Berada Di Ruang Fisioterapi
Apa yang kalian bayangkan jika masuk ke dalam ruang fisioterapi ? Pasti kalian menganggap ada yang salah dari struktur tulang maupun otot seseorang yang berada di ruangan tersebut. Ohya, minus perawat dan pengunjung yang datang menemani pasien lho. Pasien yang terapi pasti ada gangguan dengan kedua bagian tubuhnya. Entah banyak atau sedikitnya gangguan tulang maupun otot tetap harus diperbaiki.
Tahun 2013 akupun pernah mengalami gangguan kecetit di tulang ekor. Waktu itu rasanya sakit sekali jika pertama bangun dari tempat tidur setelah kurang lebih delapan jam aku tidur di malam hari. Awalnya aku mencoba tak merasakan sakitnya namun kok tidak sembuh juga ya. Akhirnya aku pergi ke dokter spesialis syaraf atau neurolog di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Oleh dokter, aku disarankan melakukan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Namun karena biaya pemeriksaan MRI yang menurutku cukup mahal dan aku tidak punya uang pada waktu itu, akhirnya aku memutuskan tidak melakukannya. Dokterpun akhirnya merekomendasikanku melakukan fisioterapi yang kebetulan masih ditanggung Jamsostek kantor di tahun itu.
Baiklah, kalau fisioterapi saja yang tidak bayar alias gratis, aku masih mau melakukannya. Selain fisioterapi, aku juga diberi obat yang bernama myonal pereda nyeri di pinggang. Awalnya aku tidak tahu jika ternyata myonal memiliki efek samping yaitu mengantuk sehingga ketika pagi aku meminumnya, di tengah perjalanan naik angkot menuju kantor, akupun tertidur di angkot. Untungnya tidak kebablasan, hehehe.
Fisioterapi sewajarnya dilakukan tiga kali dalam seminggu selama sepuluh kali tapi rupanya aku sudah bosan dan malas bolak-balik. Akibatnya baru dua kali saja aku langsung menghentikan terapi pemulihan kecetitku. Selain aku merasa sudah lebih baik karena sudah tak merasakan sakit lagi di pinggang, akupun tersugesti dengan obat myonal yang benar-benar ampuh meredakan sakit akibat kecetit.
Dan enam tahun berlalu, sekarang di tahun 2019 ini aku kembali berkunjung ke ruang fisioterapi lagi. Namun kali ini tujuannya berbeda. Aku mengantarkan Ibu yang sedang mengalami pengapuran di tulang ekor dan leher. Pada bulan Ramadhan yaitu bulan Mei 2019 aku kembali ke ruang fisioterapi untuk pengobatan osteoartitis di tulang ekor ibuku selama sepuluh kali.
Lalu di akhir bulan November 2019 ini, akupun kembali mengantar Ibu untuk melakukan fisioterapi akibat pengapuran di leher. Itupun dengan jumlah kedatangan yang sama yaitu sepuluh kali.
Melihat banyaknya pasien yang melakukan fisioterapi dan sebagian besar adalah para lansia mengingatkanku untuk lebih berhati-hati lagi dalam melakukan aktivitas. Karena ternyata aktivitas di masa muda khususnya perempuan bisa berdampak di masa tuanya. Mayoritas pasien pengunjung ruang fisioterapi yang aku lihat adalah wanita.
Aku pernah mengobrol dengan seorang Ibu yang mungkin berada di kisaran usia 65 tahun. Si ibu menggunakan korset, sama dengan ibuku yang juga menggunakan korset. Namun bentuk korsetnya berbeda. Si ibu tersebut menggunakan korset dengan tali penyangga. Akupun bertanya sakit apa yang diderita si ibu tersebut. Ternyata Ibu itu kecetit tulang belakangnya dan dioperasi sehingga untuk pemulihan beliau diharuskan fisioterapi. Dan korsetnya pun semacam ada besi penyangga untuk menopang tulang punggungnya. Duh, aku gak bisa membayangkan kalau dulu aku operasi bagaimana ya kondisiku sekarang ? Apakah aku akan tetap normal atau harus menggunakan korset juga. Aku hanya memikirkan pemulihan pasca operasi yang pastinya mengharuskanku banyak diam di rumah sementara aku adalah orang lapangan yang banyak menghabiskan waktu kerja di luar.
Sekembali dari mengantar Ibu fisioterapi kadang suka kepikiran dengan pasien-pasien yang ada di ruangan itu. Entah aku termasuk individu tipe pemikir sehingga suka berpikir jauh ke depan andai sudah memasuki masa tua apakah aku akan seperti mereka ? Wallahu A'lam Bishawab.
Akhirnya memang kita harus pasrah kepada Allah SWT. Sehat dan sakit keduanya milik Allah SWT yang kita sendiri tidak bisa memilih. Semoga kita semua diberi kesehatan oleh Allah SWT sampai takdir maut menjemput. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.