Pengertian Fallacy (Kesesatan Berpikir) Dalam Logika

Pengertian Fallacy. Istilah fallacy berasal dari bahasa Yunani, yaitu "fallacia" yang berarti "sesat pikir". Secara umum, fallacy diartikan sebagai proses penalaran yang tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Fallacy juga dapat berarti kerancuan berpikir yang diakibatkan oleh ketidak-disiplinan pelaku dalam menyusun data dan konsep, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Fallacy merupakan bagian dari logika yang mempelajari beberapa jenis kesesatan penalaran sebagai lawan dari argumentasi logis. Fallacy timbul karena adanya suatu gejala berfikir atau aktivitas berpikir yang disebabkan karena :
  • ketidak-tepatan atau penyalah-gunaan bahasa (verbal), seperti pemilihan terminologi yang salah.
  • pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansi (materi), seperti pemilihan premis yang tidak tepat atau membuat premis dari proposisi yang salah, serta proses penyimpulan premis yang tidak tepat atau premis tidak berhubungan dengan kesimpulan yang diinginkan.  
Sedangkan menurut John Locke, fallacy dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
  • karena subyek sesungguhnya jarang berpikir sendiri atau berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain.
  • karena subyek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi kenyataannya tidak menggunakan rasionya dengan baik.
  • karena subyek tidak terbuka untuk melihat persoalan secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan orang tertentu atau sumber tertentu.  

Pelaku Fallacy. Terdapat dua pelaku fallacy yang dikenal dalam dunia filsafat, yaitu :

1. Sofisme.
Sofisme adalah sesat pikir yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk menyesatkan orang lain, padahal di pemuka  pendapat sendiri tidak sesat. Disebut sofisme karena yang pertama mempraktekkan fallacy adalah kaum sofis, yaitu sekelompok cendikiawan yang mahir dalam berpidato pada jaman Yunani Kuno. Para cendikiawan tersebut melakukan fallacy dengan cara sengaja menyesatkan orang lain, padahal lawan bicara mereka sebenarnya telah mengemukakan argumentasi yang benar. Para cendikiawan pelaku fallacy selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikannya melalui pidato-pidato sehingga terkesan mereka merupakan para orator yang hebat. 
2. Paralogisme.
Istilah paralogisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu "paralogismos" yang merupakan penggabungan dari kata "para" yang berarti di samping, dan "logizesthai" yang berarti bernalar, menguraikan dengan akal budi. Secara umum, paralogisme dapat diartikan sebagai pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir yang dilakukannya. Paralogisme juga dapat diartikan sebagai :
  • penalaran apapun yang bentuknya salah.
  • kekeliruan atau kesesatan apapun dalam penalaran.
  • penalaran silogistik yang keliru.
  • pelanggaran tidak sengaja terhadap hukum dan aturan logika dengan tidak memperdulikan argumentasi sebagai kekuatan bukti dan pada umumnya akan bermuara pada suatu kesimpulan yang keliru.
Paralogisme pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles, yang dimaksudkannya sebagai bentuk argumentasi yang salah. Dalam segi logika, paralogisme termasuk dalam kekeliruan silogisme

Immanuel Kant dalam "Critique of Pure Reason" mengidentifikasi adanya empat paralogisme yang sesuai dengan empat klaim pengetahuan dasar psikologi rasional, yaitu :
  • kekukuhan.
  • kesederhanaan.
  • kepribadian.
  • idealistis.
Jenis Fallacy. Fallacy atau kesesatan berpikir dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Kesesatan Bahasa (Verbal).
Kesesatan bahasa pada umumnya terjadi karena penggunaan kata atau istilah tertentu dalam kalimat atau bahasa yang memiliki arti yang berbeda-beda. Secara umum,  Drs. Surajiyo, dkk dalam bukunya yang berjudul "Dasar-Dasar Logika" membedakan kesesatan karena bahasa menjadi empat jenis, yaitu :
  • kesesatan aksen atau tekanan/intonasi  (fallacy of accent), adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat adanya perubahan tekanan pada satu kata tertentu, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan arti.
  • kesesatan term ekuivokal (fallacy of equivocation), adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat pergantian arti dari sebuah term yang sama. Term ekuivokal merupakan sebuah term yang dilambangkan oleh kata yang memiliki struktur fonologis yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda.  
  • kesesatan karena kiasan/metafora (fallacy of metaphorization), adalah jenis kesesatan yang terjadi karena adanya penalaran dalam arti kiasan yang disamakan dengan arti yang sebenarnya.
  • kesesatan amfiboli (fallacy of amphiboly), adalah jenis kesesatan yang terjadi jika suatu struktur kalimat mempunyai makna ganda. Perbedaan penafsiran tersebut tidak terjadi karena aksen atau jeda, tetapi karena pembicara atau penulis membuat kalimat yang memang sedemikian rupa sehingga menjadikan makna dari kalimat tersebut menjadi ganda atau bercabang. Kesesatan karena kiasan disebut juga kesesatan karena gramatikal.
2. Kesesatan Relevansi (Material).
Kesesatan relevansi pada umumnya terjadi karena kesimpulan yang diambil tidak relevan dengan premisnya. Maksudnya adalah secara logis kesimpulan yang diambil tidak terkandung atau tidak merupakan implikasi dari premisnya. Atau dapat dikatakan bahwa kesesatan relevansi merupakan kesesatan berpikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang atau lawan bicara, yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya. Kesesatan relevansi ini sering dilakukan oleh kaum sofis sejak jaman Yunani Kuno. Kesesatan relevansi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :
  • Fallacy of dramatic instance, adalah kecenderungan dalam melakukan analisa masalah sosial dengan menggunakan satu atau dua kasus saja untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum (over generalization)
  • Argumentum ad hominem, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena seseorang berusaha agar orag lain menerima atau menolak sesuatu hal, yang tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan seseorang tersebut. Atau dengan kata lain, argumentatum ad hominem adalah kesesatan yang terjadi karena adanya pemaksaan kehendak agar orang lain menerima keputusan yang didasarkan pada kepentingan tertentu.
  •  Argumentum ad baculum, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena penerimaan atas kebenaran bukan ditentukan oleh penalaran melainkan karena tekanan atau intimidasi.
  • Argumentum ad misericordiam, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena argumen yang dibuat dimaksudkan untuk menimbulkan belas kasihan pihak lain. Argumen dimaksud biasanya dilakukan agar suatu perbuatan dimaafkan.
  • Argumentum ad ignorantiam, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena seseorang memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada dikarenakan seseorang tersebut tidak mengetahui apapun juga mengenai sesuatu tersebut atau karena belum menemukannya.
  • Argumentum auctoritatis atau argumentum ad verecundiam, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena orang menerima atau menolak suatu kebenaran bukan berdasarkan penalaran tetapi berdasarkan otoritas orang yang mengatakannya.
  • Argumentum ad populum, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena suatu kesimpulan atau argumentasi dianggap benar karena didukung oleh banyak orang. 
  • Post hoc ergo proper hoc (kesesatan non causa pro causa), adalah jenis kesesatan yang terjadi karena kesimpulan yang dibuat bukan berdasarkan penyebab yang semestinya, melainkan oleh sebab yang lain.
  • Ignoratio elenchi atau red herring, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena karena seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya, yang biasanya dilatar-belakangi oleh prasangka, emosi, atau perasaan subyektif.
  • Appeal to emotion, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena argumentasi yang diutarakan dengan sengaja tidak diarahkan kepada persoalan yang sesungguhnya, tetapi dibuat sedemikian rupa untuk menarik respon emosi dari lawan bicara.
  • Petitio Prinsipii, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena pengulangan prinsip dengan prinsip (pernyataan berulang/tautologi), sehingga meskipun teks atau kalimat yang digunakan berbeda tetapi sebenarnya mempunyai makna yang sama. Petitio Prinsipii pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles
  • Kesesatan aksidensi, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena adanya pemaksaan aturan-aturan atau cara-cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental atau situasi yang bersifat kebetulan.
  • Kesesatan karena komposisi, adalah jenis kesesatan yang terjadi karena penetapan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhan. Kesesatan karena komposisi dapat juga berarti kesesatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa totem pro parte
  • Kesesatan karena divisi atau pembagian, adalah kesesatan yang terjadi karena penetapan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya. Kesesatan karena divisi atau pembagian dapat juga berarti kesesatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa pars pro toto yang keliru.


Pada umumnya orang yang sengaja ber-fallacy adalah mereka yang menyimpan tendensi atau ambisi pribadi, sedangkan yang berpikir ngawur adalah mereka yang menyadari kekurangan dirinya atau mereka yang kurang bertanggung jawab terhadap setiap pendapat yang dikemukakannya.

Fallacy sangat efektif untuk melakukan sejumlah aksi yang tidak bermoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, fitnah, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, serta meraih kekuasaan dengan janji palsu.

Semoga bermanfaat.


Beberapa Artikel Yang Mungkin Anda Cari :
Next Post Previous Post