Kesal Dengan Rekan Kerja? Lihat Tips Dari UCEO

>








ILUSTRASI KESAL DENGAN REKAN KERJA (SAMUEL/UCEO)








ILUSTRASI KESAL DENGAN REKAN KERJA (SAMUEL/UCEO)













DEFINISI RASA KESAL

Kesal dengan rekan kerja sepertinya menjadi masalah klasik bagi sebagian besar pekerja. Bagaimana tidak? Kebanyakan pekerja di Indonesia menghabiskan waktu rata-rata delapan jam sehari bersama rekan-rekan kerjanya di kantor. Padahal, dalam satu perusahaan akan ada banyak sekali orang dengan berbagai macam kepribadian. Ketika berbagai kepribadian tersebut digabungkan ke dalam sebuah tempat kerja, tidak menutup kemungkinan jika akan terjadi bentrok antara satu orang dan lainnya. 

Kesal dengan rekan kerja adalah sesuatu yang wajar, namun sikap kesal dengan teman kerja dapat berpengaruh buruk bagi diri kita dan juga bagi perusahaan tempat kita bekerja. Rasa kesal dengan teman kerja bisa membuat performa kerja kita menurun, akibatnya pencapaian kerja kita juga menurun. Ketika rasa kesal dengan rekan kerja ini semakin parah, biasanya tidak hanya kita saja yang terganggu, namun rekan-rekan kerja kita yang lain pun akan terkena imbasnya. 

Sebenarnya, apa itu rasa kesal? Rasa kesal atau dongkol sering diartikan dengan perasaan marah atas suatu kejadian tertentu. Rasa kesal dapat diungkapkan melalui cacian atau dapat pula hanya disimpan di dalam hati. Rasa kesal yang dirasakan oleh seseorang selama berulang-ulang kali dapat menimbulkan sebuah rasa kekecewaan. Ketika kekecewaan berlangsung dalam waktu yang lama, maka dapat berubah menjadi stres, depresi, hingga trauma. 

Rasa kesal dalam diri seseorang dapat muncul karena berbagai alasan. Alasan munculnya rasa kesal ini seringkali terjadi dengan sebuah alasan yang jelas, namun tidak jarang pula muncul karena alasanyang abstrak. Setidaknya, ada dua jenis rasa kesal, yakni:

Kesal yang Wajar

Kesal yang wajar adalah rasa kesal yang muncul karena sebuah alasan yang jelas. Contohnya, ketika sedang berkendara di jalan raya, terdapat motor di depan kendaraan kita yang memasang lampu sign ke arah kiri. Lalu secara tiba-tiba, motor tersebut justru belok ke kanan. Ketika hal tersebut terjadi, kita merasa kesal dan langsung meneriaki pengendara tersebut “Woy yang bener dong pasang sign-nya! Pasang sign kiri kok belok kanan!” Rasa kesal seperti ini disebut sebagai rasa kesal yang wajar karena sikap pengendara itu memang salah dan kita dirugikan oleh sikapnya tersebut.

Kesal yang Tidak Wajar

Selain rasa kesal yang wajar, ada pula rasa kesal yang tidak wajar. Rasa kesal yang tidak wajar terjadi karena sebuah alasan yang tidak jelas. Contohnya, suatu hari Doni melihat Fahmi sedang kebingungan di tengah jalan. Ternyata mobil yang dikendarai oleh Fahmi mogok dan tidak ada satu orang pun di tempat itu yang bisa membantu Fahmi. Akhirnya karena merasa iba, Doni membantu Fahmi untuk mendorong mobilnya ke bengkel. Setelah sampai ke bengkel, Fahmi tidak mengucapkan terima kasih sedikitpun kepada Doni. Doni pun merasa kesal. 

Rasa kesal yang dirasakan oleh Doni disebut sebagai rasa kesal yang tidak wajar. Doni semestinya tidak merasa kesal karena ketika membantu seseorang kita seharusnya ikhlas melakukannya. Sehingga ketika telah membantu seseorang dengan tulus ikhlas, kita semestinya tidak mengharapkan imbalan apapun, termasuk rasa terima kasih sekalipun.


















>








ILUSTRASI KESAL DENGAN REKAN KERJA (SAMUEL/UCEO)








ILUSTRASI KESAL DENGAN REKAN KERJA (SAMUEL/UCEO)













TIPE-TIPE REKAN KERJA YANG MENYEBALKAN

Dalam konteks dunia kerja, kita seringkali juga sering merasa kesal kepada rekan kerja kita, baik rasa kesal yang wajar maupun rasa kesal yang tidak wajar. Berikut adalah beberapa tipe rekan kerja yang seringkali bisa membuat orang lain merasa kesal. 

1. Si Bermuka Dua

Dari sekian banyak rekan kerja yang kita miliki di kantor, kita pasti punya setidaknya satu rekan kerja yang hobi “bermuka dua”.  Rekan kerja yang seperti ini sangat pandai dalam menarik perhatian rekan kerja lain dan atasan. Tapi di balik sikap ramahnya tersebut, orang seperti ini sebenarnya hanya teman sesaat. Ia hanya akan mencari keuntungan dari kita. Ketika berada di belakang kita, bukan tidak mungkin dia akan menjelek-jelekkan kita dan membuat nama baik kita menjadi buruk. Orang seperti ini juga tidak ragu-ragu untuk memutar balikkan cerita. Selama hal tersebut menguntungkan untuknya, dia akan tega berbuat apa saja.

2. Si Caper

Rekan kerja yang Caper, alias cari perhatian, adalah tipe rekan kerja yang sering membuat keonaran di kantor. Ia sering berteriak-teriak dan mengganggu rekan kerja lain di kantor. Rekan kerja yang caper dapat pula memiliki sikap yang tenang, namun ketika berbicara, ia selalu ingin menjadi pusat perhatian. Ia banyak membual ketika bercerita supaya orang lain memandang dia sebagai orang hebat.  

3. Si Cerewet

Si cerewet adalah tipe rekan kerja yang suka sekali berbicara. Sebenarnya, ketika jam istirahat atau ketika tidak ada kerjaan, tipe teman cerewet ini sangat menyenangkan karena membuat suasana kantor menjadi ceria. Sayangnya, banyak tipe rekan kerja yang cerewet sepanjang hari. Ia bahkan bisa mengajak kita mengobrol di jam kerja, atau saat kita dikejar banyak sekali pekerjaan mendekati dateline. Si cerewet seringkali tidak sadar jika dirinya mengganggu orang lain, maka dari itu, cara paling tepat untuk menghadapi rekan kerja seperti ini adalaha dengan menegurnya secara langsung. 

4. Si Jutek

Berkebalikan dengan rekan kerja yang cerewet, rekan kerja yang jutek justru biasanya tidak banyak omong. Sayangnya, sekali mengeluarkan suara, perkataan orang ini dapt menusuk dan menyakiti orang lain. Hal-hal yang diributkan oleh si jutek pun biasanya tidak masuk akal. Dia bisa saja jutek karena tidak suka dengan gaya bahasa kita atau bisa saja dia bertindak jutek ketika kita tidak melakukan kesalahan apa pun kepadanya. 

5. Si Tidak Kompeten

Menghadapi rekan kerja yang satu ini memang susah-susah gampang. Kita mungkin akan merasa “gemes” melihat pekerjaannya yang tidak pernah dilakukan dengan baik, namun kita tidak tega mengatakannya karena kita tahu memang kemampuannya hanya sebatas itu. Rekan kerja yang tidak kompeten sebenarnya dibagi lagi menajdi dua jenis. Pertama, rekan kerja yang tidak kompeten namun mau mendengarkan orang lain. Tipe rekan kerja seperti ini mungkin menyebalkan, namun sikapnya yang mau belajar membuat kita sedikit “luluh”. 

Kedua, rekan kerja yang tidak kompeten sekaligus tidak open minded. Tipe orang seperti ini sangat menyebalkan, karena meskipun kemampuannya kurang, namun ia terlalu gengsi mengakuinya. Orang seperti itu justu menolak ketika ada orang lain yang memberikan saran untuk kemajuannya sendiri. 

6. Si Tukang Tipu

Tipe rekan kerja terakhir adalah si tukang tipu. Tipe orang seperti ini adalah tipe rekan kerja yang paling berbahaya. Ia tidak ragu untuk melakukan kebohongan demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Rekan kerja yang memiliki hobi menipu ini biasanya akan menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan keinginannya, ia akan memberikan pujian palsu, bersikap sinis, hingga berani memalsukan dokumen untuk kepentingannya sendiri. 

A photo posted by UCEO (@ciputrauceo) on


AKIBAT MEMENDAM RASA KESAL

Memendam rasa kesal memiliki banyak sekali pengaruh buruk untuk diri kita, terutama jika rasa kesal itu kita tujukan ke rekan kerja kita. Berikut adalah beberapa akibat dan pengaruh buruk dari memendam rasa kesal: 

1. Pengaruh Buruk Terhadap Motivasi Kerja

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rasa kesal kepada rekan kerja dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi kerja kita. Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, kita merasa tidak semangat karena akan bertemu dengan orang tersebut. Saat berada di kantor pun kita merasa tidak betah karena harus duduk berdekatan dengan orang yang membuat kita kesal. Lama-kelamaan, rasa kesal ini akan membuat kita tidak lagi tenang dalam bekerja. Akibatnya performa kita pun menurun. 

2. Salah Persepsi

Pernah mendengar kata-kata “Apapun yang dilakukan oleh orang yang kita benci selalu terlihat salah?” Kenyataannya, rasa kesal memang membuat kita selalu memandang buruk terhadap orang yang tidak kita suka. Hal ini tentunya tidak baik dalam dunia profesional. Jika kita suatu hari terlibat sebuah proyek bersama, maka rasa kesal yang telah tumbuh di dalam hati kita akan membuat kita bekerja secara tidak profesional. Selain buruk untuk hasil pekerjaan kita, sikap tidak profesional ini akan membuat kita dipandang buruk oleh rekan-rekan kerja yang lain. 

3. Dendam Berkelanjutan

Menyimpan dendam tidak baik untuk kesehatan fisik, psikis, dan hati kita. Rasa kesal akan menumbuhkan rasa dendam yang memacu kita untuk membalas perbuatannya suatu hari nanti. Dengan menyimpan dendam, perasaan kita tidak akan pernah nyaman. Selain itu, kita juga akan terus dihantui pikiran-pikiran buruk untuk melakukan pembalasan kepada orang yang telah membuat kita kesal. 

4. Berpengaruh Buruk Terhadap Pertemanan

Rasa kesal yang terjadi di kantor bisa berpengaruh terhadap hubungan antara kita dan teman-teman kita. Meskipun kita merasa kesal dengan salah satu rekan dalam hal pekerjaan, tidak seharusnya rasa kesal itu terbawa hingga ke kehidupan kita di luar jam kantor. Namun pada kenyataannya, rasa kesal yang tercipta akibat pekerjaan di kantor justru akan berlanjut pada hubungan di luar kantor.                       

CARA MENGATASI RASA KESAL

Rasa kesal tidak boleh didiamkan terlalu lama di dalam diri kita. Maka dari itu, kita harus bisa mencari cara untuk mengatasi rasa kesal. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa kesal:

1. Meredam Kekesalan Pada Rekan Kerja

Kita mungkin kesal dengan perbuatan rekan kerja kita, namun jika perbuatan yang dilakukannya belum sangat keterlaluan, lebih baik kita mengalah dan meredam rasa kesal tersebut. Hal ini penting, bukan hanya bagi kita tapi juga untuk pekerjaan kita. 

2. Balas Dengan Kebaikan

Cobalah balas perbuatan tidak menyenangkan rekan kerja dengan kebaikan. Harapannya, sikap baik kita akan membuatnya sadar jika meskipun dia telah berbuat mengesalkan, tapi kita tetap profesional. Selain itu, rekan kerja kita yang lain pun akan memandang kita sebagai pribadi yang baik. Meskipun begitu, sebaiknya Anda jangan berharap lebih. Ada beberapa orang yang tidak akan berubah meskipun kita telah berbuat baik. Bahkan beberapa justru menganggap kita lemah sehingga jadi “menginjak” kita. Jika hal ini yang terjadi kepada Anda, cobalah untuk bersikap tenang di hadapannya. Memang Anda tidak harus galak atau membalas perbuatannya, namun Anda bukan berarti mau menuruti segala perbuatannya. Bantulah rekan kerja Anda ketika Anda mampu, namun segera tolak jika Anda merasa telah dimanfaatkan. 

3. Mencoba Untuk Berdiskusi

Terdapat beberapa orang yang tidak sadar jika perbuatannya tidak menyenangkan. Dengan melakukan diskusi berdua, Anda bisa memberi tahu dia jika perbuatannya tersebut tidak menyenangkan dan mintalah dia untuk memperlakukan Anda dengan lebih baik. 

4. Minta Bantuan Pihak Ketiga

Jika dengan berdiskusi Anda tetap tidak menemukan jalan keluar, Anda mungkin membutuhkan bantuan pihak ketiga. Orang yang paling tepat untuk menjadi pihak ketiga adalah orang yang sangat mengenal Anda dan juga rekan kerja Anda. Orang tersebut bisa jadi manajer Anda atau rekan kerja yang masih satu jabatan dengan Anda. 

5. Introspeksi Diri

Langkah terakhir, Anda bisa memanfaatkan rasa kesal sebagai ajang untuk Anda melakukan Introspeksi Diri (Baca Juga: “Pentingnya Introspeksi Diri Dalam Kehidupan”). Dengan melakukan introspeksi, Anda bisa mencari tahu kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri Anda. Dengan introspeksi diri Anda juga bisa mencari tahu kira-kira hal apa yang menyebabkan rekan kerja Anda berbuat sesuatu yang mengesalkan kepada Anda.

 

 

 

IKUTI KULIAH BISNIS ONLINE & GRATIS UCEO


















>






>


















Apa yang harus kita persiapkan ketika kita ingin menjual suatu produk atau jasa? Kita harus mempunyai trik-trik yang jitu agar para calon konsumen tertarik dan mau membeli produk atau jasa yang kita tawarkan. Apabila dari awal calon konsumen sudah tidak tertarik dengan produk atau jasa yang kita tawarkan, bagaimana mereka mau membeli? Bagaimana mereka percaya terhadap produk atau jasa tersebut?

Untuk menjawab berbagai macam pertanyaan tersebut, Anda harus mempersiapkan sebuah “Presentasi Penjualan”. Presentasi penjualan harus disiapkan secara tepat agar target yang menjadi sasaran mau membeli produk atau jasa tersebut. Presentasi ini begitu penting dan menjadi permulaan yang akan menentukan hasil akhir Anda.

Presentasi penjualan kali ini dikemas dalam konsep “Stand Up Selling”. Stand up selling mengajarkan bagaimana cara membuka presentasi yang menarik, mengetahui permasalahan calon konsumen, memberikan solusi, dan membuat calon konsumen Anda membeli produk atau jasa yang Anda tawarkan.

Tujuan akhir dari “Stand Up Selling” adalah menjual. Untuk itu ikutilah program studi ini untuk mempertajam kemampuan Anda dan mengetahui lebih banyak tips-tips dalam menjual.




DAFTAR SEKARANG
Next Post Previous Post