Mendikbud: Pendidik Wajib Baca Buku Ki Hajar Dewantara

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mewajibkan kalangan pendidik yang ada di Tanah Air untuk membaca buku yang ditulis Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.

"Jika kita sering menyebut sistem pendidikan yang diterapkan di Finlandia hebat, jauh sebelum itu pada 1930 konsep yang diterapkan disana telah ditulis oleh Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya," kata Anies di Jakarta, Senin.

Ia menyampaikan hal itu saat bersilaturahim dengan sekitar 650 kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia di Aula Ki Hajar Dewantara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurut Anies konsep pendidikan yang dijalankan di Finlandia sudah lama ditulis oleh Ki Hajar Dewantara, namun di Indonesia tidak dibaca, sementara di Finlandia malah dipraktikan.

"Kita semua melupakan apa yang ditulis Ki Hajar Dewantara, salah satunya pendidikan itu adalah sesuatu yang menyenangkan makanya lembaga pendidikannya diberi nama taman artinya tempat yang membahagiakan," kata dia.

Oleh sebab itu sebenarnya kita tidak perlu mengadopsi konsep yang diterapkan Finlandia karena mereka mempraktikan apa yang telah ditulis oleh bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.

Anies kemudian bertanya kepada sekitar 650 hadirin yang hadir siapa yang sudah membaca buku Ki hajar Dewantoro dan ternyata hanya satu orang saja yang mengacungkan tangan mengaku sudah membaca. Ia berencana akan menghubungi Taman Siswa untuk meminta agar buku Ki Hajar Dewantara di cetak ulang dan jika tidak bisa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mencetaknya.

Anies mengatakan begitu banyak hal yang dapat diambil dalam buku itu untuk diterapkan guna memperbaiki kualitas pendidikan.

Kita sering menggunakan kata Tut Wuri Handayani (mendorong dan memotivasi dari belakang), "Ing Ngarso Sun Tulodo "(menjadi suri tauladan)," In Madyo Mbangun Karso" (berbaur dan berinovasi) namun dalam praktik keseharian dilupakan, kata dia. 

Oleh sebab itu semua harus kembali menjadikan apa yang ditulis Ki Hajar Dewantara sebagai rujukan dan wujud tanggung jawab selaku pendidik, katanya.

Anies menepis pandangan yang mengatakan mengkultuskan buku tersebut, namun ia mengatakan kalau tidak menjadikan buku itu sebagai rujukan arah dunia pendidikan Indonesia hendak dibawa kemana.
.
.
.
.
Sumber: Antara
Next Post Previous Post