Menulis Itu Hobi atau Passion?
Hai, Sobat Blogger!
Katanya untuk jadi penulis itu harus bakat. Tapi ada yang bilang enggak juga. Nah, saya pun salah satu yang enggak tau bahwa ternyata saya bisa menulis padahal enggak punya bakat tersebut, hehe. Seringnya dan rajin-nya berlatih menulis tentu akan membuat siapapun bisa menjadi penulis. Begitu sih.
Jadi sebenarnya setiap orang bisa menjadi apa yang dia mau meski enggak berbakat?
Iyap, bisa aja kalau menurut saya mah. Karena setiap orang yang berbakat tetapi malas untuk berlatih akan kalah dengan yang tak punya bakat tetapi rajin untuk berlatih. Iya, enggak sih? Nah, jadi, ya, kalau menurut saya setiap orang bisa menjadi apapun yang mereka mau asalkan rajin untuk berlatih dan enggak malas untuk memulai. Kebanyakan orang hanya menginginkannya tetapi tak kunjung memulai untuk berlatih dan menggapai apa yang diinginkan.
Apapun itu yang diharapkan, tak akan bisa di raih jika hanya dalam angan saja. Tetaplah kudu di dikejar, diusahakan, dikorbankan, dan dilatih untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Begitu sih jika menurut pandangan saya. Namun, enggak mudah memang praktek-nya. Teori itu selalu lebih mudah dibandingkan langsung melakukannya, betul apa betul? Hihi.
Nah, back to topic mengenai menulis. Saya cerita dulu ya bagaimana saya berkenalan dengan dunia menulis, sebenarnya ini sudah pernah saya singgung di tulisan saya yang judulnya Ketika Memutuskan Untuk Menulis, 10 Hal Ini Tak Pernah Terlupa ~. Tapi bahasan kali ini saya akan lebih menekankan bahwa saya sebenarnya tak pernah memiliki bakat menulis sama sekali, hehe.
Dulu menulis bagi saya adalah hal yang asing. Menulis yang pernah saya lakukan adalah sewaktu SD, SMP dan SMA bahkan kuliah hanya untuk pelajaran bahasa indonesia atau pun tugas akhir. Sewaktu SD hanya pernah menulis tentang pengalaman liburan, membuat puisi, atau pun menuliskan surat kepada teman pena. SMP pun enggak beda jauh, masih berkutat tentang pengalaman liburan, membuat puisi dan membuat cerita berdialog. SMA sudah mulai belajar menulis karya ilmiah dan sewaktu kuliah, skripsi adalah salah satu buku yang pernah saya tulis. Wow, enggak nyangka juga bisa membuat skripsi loh. Padahal mah ya memang harus karena demi mengejar titel Sarjana!
Sewaktu sekolah dulu tak pernah ter-pikirkan akan fokus menjadi penulis atau bekerja dengan kegiatan menulis. Enggak sama sekali. Saya pikir setelah lulus kuliah menjadi karyawan sudah cukup. Kenyataannya saya pun resign lebih cepat dan merasa enggak nyaman menjadi karyawan, meski gajinya pasti dan bisa menabung setiap bulan. Tapi, enggak membuat saya betah dan malah membuat saya malas untuk berangkat ke kantor setiap paginya, wkwk.
Meski singkat perkenalan dengan menulis ini. Ternyata ini pekerjaan ter-nyaman saya setelah melalui proses panjang dari online shop, guide tour travel, karyawan, online shop, hingga sekarang fokus menulis. Merasa tak percaya, karena awalnya saya hanya coba-coba. Pada tahun 2017, saya mencoba menjadi penulis artikel. Meski agak kurang yakin sama keputusan ini, akhirnya saya berani melangkah.
Tak menyangka dari hasil coba-coba tersebut saya betah, nyaman, bahagia, dan senang banget dengan menulis. Padahal saya enggak pernah merasakan hal itu sewaktu sekolah. Keluarga pun enggak ada satu pun yang suka menulis, kecuali ibu yang terkadang suka menulis puisi di buku-bukunya. Namun, terbesit dalam hati bahwa ini hanya hobi, ya hobi. Merangkai kata menjadi hobi baru buat saya. Benarkah?
Lambat laut hingga sekarang saya merasakan ini bukan sekedar hobi. Begitukah? Iya, kata orang-orang ini namanya passion. Terlalu jatuh cinta dengan menulis. Enggak hanya suka-sukaan aja dengan menulis. Terlampaui enggak bisa jauh dari menulis dan kangen jika enggak menulis. Begitulah yang saya rasakan.
Tapi, apakah benar? Saya pun berusaha memisahkan kedua kata tersebut dalam diri saya. Apakah menulis bagi saya Hobi atau Passion? Saya mencoba merangkum-nya dari hasil pengalaman saya sendiri.
Dari penjelasan diatas, saya kira saya bisa memutuskan bahwa menulis itu hobi. Kenapa? Karena saya gemar banget sama menulis. Setelah mengenal menulis, jatuh cinta dengan kegiatannya dan ingin terus menulis setiap saat membuat saya berpikir ini adalah hobi saya yang baru saya temukan.
Saya memiliki beberapa hobi memang dari sewaktu sekolah saya senang sekali membaca, terutama komik. Saya dan kakak saya rajin menabung demi membeli komik terbaru. Enggak komik saja sih, seiring waktu saya pun suka dengan novel maupun cerita-cerita fantasi seperti Harry Potter, Lord of The Rings, Narnia, dll. Sampai akhirnya sekarang lebih suka membaca buku-buku islami. Ya, sama seperti membaca saya pikir, menulis hanya hobi yang memang baru ketahuan sekarang.
Kesenangan istimewa pada waktu senggang, ini adalah arti hobi yang kedua. Saya suka menulis di waktu senggang. Awalnya. Namun, dengan seiring-nya waktu, menulis menjadi hal yang paling utama yang saya kerjakan. Dari sini saya berpikir ulang, apakah benar menulis yang selama ini saya kerjakan hanya sekedar hobi? Jika membaca memang saya lakukan ketika senggang, tetapi lain halnya dengan menulis. Ada rasa untuk memprioritaskan menulis dibandingkan kegiatan yang lain. Jadi, apakah menulis masih hobi untuk saya?
Bukan pekerjaan utama, itu arti lain dari hobi. Jelas, menulis bagi saya pekerjaan utama. Meski memang sekarang pekerjaan utama saya sebagai seorang istri yang melayani suami dan mengurus rumah, tetapi menulis menjadi bagian dari itu. Saya pun memiliki waktu yang pasti kapan saya menulis, melayani suami atau pun mengurus rumah. Time management saya mengenai ketiga hal tersebut begitu utama bagi saya sekarang. Jadi, sekali lagi, apakah benar menulis hanya sekedar hobi?
Dari contoh diatas bahwa "melukis itu sebagai hobi saja, bukan sebagai mata pencahariannya". Saya mendapatkan mata pencaharian dari menulis. Saya banyak mendapatkan job dari menulis. Dari menulis artikel, ghost writers, menulis buku bahkan menjadi blogger pun saya sudah mendapatkan bayaran. Uang yang saya terima sangat lumayan membuat mantan karyawan seperti saya tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari sewaktu dulu sebelum menikah. Saya pun mulai yakin bahwa menulis bukan hobi bagi saya, ini lebih dari sekedar hobi.
Lalu, apakah menulis itu passion buat saya?
Enggak beda jauh memang dengan arti hobi tetapi ini lebih spesifik lagi kepada kegiatan yang selama ini saya lakukan. Nafsu, keinginan besar, bernafsu bekerja. Seperti itulah saya menulis. Sangat memiliki keinginan besar untuk bisa menulis di berbagai media. Bisa bermanfaat untuk orang banyak. Berkeinginan bisa membuat mereka berubah menjadi orang yang lebih baik ketika membaca tulisan saya. Itulah harapan ketika saya menulis.
Enggak saya sekedar berbagi cerita, tetapi ada ilmu atau hikmah yang bisa diambil atau manfaat lainnya ketika seseorang membaca tulisan saya. Dari situlah akhirnya saya memiliki keinginan besar untuk terus menulis. Enggak hanya sekedar hobi di waktu luang, tetapi saya membuat waktu luang untuk menulis. Saya jadwalkan diri saya untuk menulis. Setiap hari menulis, entah untuk blog atau buku antologi atau outline ke penerbit atau pun hanya caption di instagram. Intinya meluangkan waktu untuk menulis.
Soal kegemaran, saya memang gemar menulis. Sangat gemar, hingga segala bentuk cara untuk menyalurkan menulis ini saya ikuti. Dari menulis artikel di berbagai macam media online, menulis sebagai ghost writer di media online, menulis di blog, maupun menulis di buku antologi atau pun untuk buku duet. Sekarang pun saya sedang menyusun buku solo (semoga bisa segera selesai). Intinya saya tetap menulis dimana pun itu dan apapun media-nya. Ada rasa aneh ketika tak menulis dalam sehari, merasa kangen dan merasa ada yang kurang. Begitulah yang saya alami.
Ya, sudah satu tahun lebih dari akhir tahun 2017 hingga sekarang, saya tak pernah bosan dengan menulis. Meski terkadang ada rasa jenuh, tetapi itu jenuh karena menulis dalam genre yang sama, bukan jenuh kepada menulisnya. Dulu, sewaktu saya aktif menulis artikel. Sehari saya bisa menulis 5 artikel bahkan lebih. Namun, lama kelamaan saya jenuh dengan artikel. Lalu, saya mulai mencari hal lain. Sampai akhirnya saya menulis buku, menjadi ghost writer bahkan menjadi blogger juga hingga sekarang. Akhirnya saya pun semakin menyukai menulis. Saya bisa explore kemampuan saya dalam menulis di dalam berbagai macam kegiatan.
Waktu adalah salah satu yang saya korbankan untuk menulis. Saya bisa mengorbankan waktu hanya untuk memenuhi waktu deadline untuk menyerahkan naskah tulisan saya. Meski harus tidur larut malam dan pastinya kurang tidur. Terkadang, mengorbankan waktu yang seharusnya bersama keluarga tetapi merasa tanggung untuk menyelesaikan misi menulis. Begitulah, jika sudah bertemu dengan passion yang sesungguhnya.
Iya, saya pun tak lagi memikirkan untung dan rugi. Menulis tak ada ruginya bagi saya. Tetapi yang membuat kesal terkadang ada orang yang tega memanfaatkan untuk berbuat zhalim. Passion menulis yang saya punya seperti sengaja untuk membuat seseorang atau sebuah perusahaan untung. Astagfirullah. Tapi saya enggak mau menyerah untuk menulis. Biarlah yang sudah berlalu, itu semua ujian yang Allah berikan.
Tugas saya kembali lagi menulis dan menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya. Tak pernah ada ruginya buat saya. Tak lagi pun memikirkan untung rugi atau berapa pun biaya yang dikeluarkan ketika membeli buku sendiri. Paling terpenting adalah nyaman dalam melakukan kegiatan menulis. Manfaat yang saya berikan dalam tulisan tersebut bisa sampai kepada para pembaca.
Begitulah kisah saya dalam menulis. Sampai saya akhirnya menyadari bahwa selama ini menulis itu passion bukan hanya sekedar hobi. Semoga penjelasan saya mengenai ini, bisa membuat kamu-kamu yang masih bingung mengenai hobi dan passion, bisa menemukan jawabannya, ya. Semoga tulisan saya kali ini pun bermanfaat untuk kamu semua.
Katanya untuk jadi penulis itu harus bakat. Tapi ada yang bilang enggak juga. Nah, saya pun salah satu yang enggak tau bahwa ternyata saya bisa menulis padahal enggak punya bakat tersebut, hehe. Seringnya dan rajin-nya berlatih menulis tentu akan membuat siapapun bisa menjadi penulis. Begitu sih.
Jadi sebenarnya setiap orang bisa menjadi apa yang dia mau meski enggak berbakat?
Iyap, bisa aja kalau menurut saya mah. Karena setiap orang yang berbakat tetapi malas untuk berlatih akan kalah dengan yang tak punya bakat tetapi rajin untuk berlatih. Iya, enggak sih? Nah, jadi, ya, kalau menurut saya setiap orang bisa menjadi apapun yang mereka mau asalkan rajin untuk berlatih dan enggak malas untuk memulai. Kebanyakan orang hanya menginginkannya tetapi tak kunjung memulai untuk berlatih dan menggapai apa yang diinginkan.
Apapun itu yang diharapkan, tak akan bisa di raih jika hanya dalam angan saja. Tetaplah kudu di dikejar, diusahakan, dikorbankan, dan dilatih untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Begitu sih jika menurut pandangan saya. Namun, enggak mudah memang praktek-nya. Teori itu selalu lebih mudah dibandingkan langsung melakukannya, betul apa betul? Hihi.
Nah, back to topic mengenai menulis. Saya cerita dulu ya bagaimana saya berkenalan dengan dunia menulis, sebenarnya ini sudah pernah saya singgung di tulisan saya yang judulnya Ketika Memutuskan Untuk Menulis, 10 Hal Ini Tak Pernah Terlupa ~. Tapi bahasan kali ini saya akan lebih menekankan bahwa saya sebenarnya tak pernah memiliki bakat menulis sama sekali, hehe.
Dulu menulis bagi saya adalah hal yang asing. Menulis yang pernah saya lakukan adalah sewaktu SD, SMP dan SMA bahkan kuliah hanya untuk pelajaran bahasa indonesia atau pun tugas akhir. Sewaktu SD hanya pernah menulis tentang pengalaman liburan, membuat puisi, atau pun menuliskan surat kepada teman pena. SMP pun enggak beda jauh, masih berkutat tentang pengalaman liburan, membuat puisi dan membuat cerita berdialog. SMA sudah mulai belajar menulis karya ilmiah dan sewaktu kuliah, skripsi adalah salah satu buku yang pernah saya tulis. Wow, enggak nyangka juga bisa membuat skripsi loh. Padahal mah ya memang harus karena demi mengejar titel Sarjana!
Sewaktu sekolah dulu tak pernah ter-pikirkan akan fokus menjadi penulis atau bekerja dengan kegiatan menulis. Enggak sama sekali. Saya pikir setelah lulus kuliah menjadi karyawan sudah cukup. Kenyataannya saya pun resign lebih cepat dan merasa enggak nyaman menjadi karyawan, meski gajinya pasti dan bisa menabung setiap bulan. Tapi, enggak membuat saya betah dan malah membuat saya malas untuk berangkat ke kantor setiap paginya, wkwk.
Meski singkat perkenalan dengan menulis ini. Ternyata ini pekerjaan ter-nyaman saya setelah melalui proses panjang dari online shop, guide tour travel, karyawan, online shop, hingga sekarang fokus menulis. Merasa tak percaya, karena awalnya saya hanya coba-coba. Pada tahun 2017, saya mencoba menjadi penulis artikel. Meski agak kurang yakin sama keputusan ini, akhirnya saya berani melangkah.
Tak menyangka dari hasil coba-coba tersebut saya betah, nyaman, bahagia, dan senang banget dengan menulis. Padahal saya enggak pernah merasakan hal itu sewaktu sekolah. Keluarga pun enggak ada satu pun yang suka menulis, kecuali ibu yang terkadang suka menulis puisi di buku-bukunya. Namun, terbesit dalam hati bahwa ini hanya hobi, ya hobi. Merangkai kata menjadi hobi baru buat saya. Benarkah?
Lambat laut hingga sekarang saya merasakan ini bukan sekedar hobi. Begitukah? Iya, kata orang-orang ini namanya passion. Terlalu jatuh cinta dengan menulis. Enggak hanya suka-sukaan aja dengan menulis. Terlampaui enggak bisa jauh dari menulis dan kangen jika enggak menulis. Begitulah yang saya rasakan.
Tapi, apakah benar? Saya pun berusaha memisahkan kedua kata tersebut dalam diri saya. Apakah menulis bagi saya Hobi atau Passion? Saya mencoba merangkum-nya dari hasil pengalaman saya sendiri.
Ketika Menulis Itu Hanya Hobi ...
Awalnya, saya kira pun begitu ... |
Arti kata hobi menurut KBBI yang dilansir dari jagokata.com
yaitu, kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama
contoh: 'melukis itu sebagai hobi saja, bukan sebagai mata pencahariannya'
Dari penjelasan diatas, saya kira saya bisa memutuskan bahwa menulis itu hobi. Kenapa? Karena saya gemar banget sama menulis. Setelah mengenal menulis, jatuh cinta dengan kegiatannya dan ingin terus menulis setiap saat membuat saya berpikir ini adalah hobi saya yang baru saya temukan.
Saya memiliki beberapa hobi memang dari sewaktu sekolah saya senang sekali membaca, terutama komik. Saya dan kakak saya rajin menabung demi membeli komik terbaru. Enggak komik saja sih, seiring waktu saya pun suka dengan novel maupun cerita-cerita fantasi seperti Harry Potter, Lord of The Rings, Narnia, dll. Sampai akhirnya sekarang lebih suka membaca buku-buku islami. Ya, sama seperti membaca saya pikir, menulis hanya hobi yang memang baru ketahuan sekarang.
Kesenangan istimewa pada waktu senggang, ini adalah arti hobi yang kedua. Saya suka menulis di waktu senggang. Awalnya. Namun, dengan seiring-nya waktu, menulis menjadi hal yang paling utama yang saya kerjakan. Dari sini saya berpikir ulang, apakah benar menulis yang selama ini saya kerjakan hanya sekedar hobi? Jika membaca memang saya lakukan ketika senggang, tetapi lain halnya dengan menulis. Ada rasa untuk memprioritaskan menulis dibandingkan kegiatan yang lain. Jadi, apakah menulis masih hobi untuk saya?
Bukan pekerjaan utama, itu arti lain dari hobi. Jelas, menulis bagi saya pekerjaan utama. Meski memang sekarang pekerjaan utama saya sebagai seorang istri yang melayani suami dan mengurus rumah, tetapi menulis menjadi bagian dari itu. Saya pun memiliki waktu yang pasti kapan saya menulis, melayani suami atau pun mengurus rumah. Time management saya mengenai ketiga hal tersebut begitu utama bagi saya sekarang. Jadi, sekali lagi, apakah benar menulis hanya sekedar hobi?
Dari contoh diatas bahwa "melukis itu sebagai hobi saja, bukan sebagai mata pencahariannya". Saya mendapatkan mata pencaharian dari menulis. Saya banyak mendapatkan job dari menulis. Dari menulis artikel, ghost writers, menulis buku bahkan menjadi blogger pun saya sudah mendapatkan bayaran. Uang yang saya terima sangat lumayan membuat mantan karyawan seperti saya tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari sewaktu dulu sebelum menikah. Saya pun mulai yakin bahwa menulis bukan hobi bagi saya, ini lebih dari sekedar hobi.
Lalu, apakah menulis itu passion buat saya?
Ketika Menulis Itu Ternyata Passion ...
Seperti yang dilansir oleh apaarti.com berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa
passion berarti kb. 1 nafsu, keinginan besar. to have a p. for work bernafsu bekerja. 2 kegemaran (for pada).
Enggak beda jauh memang dengan arti hobi tetapi ini lebih spesifik lagi kepada kegiatan yang selama ini saya lakukan. Nafsu, keinginan besar, bernafsu bekerja. Seperti itulah saya menulis. Sangat memiliki keinginan besar untuk bisa menulis di berbagai media. Bisa bermanfaat untuk orang banyak. Berkeinginan bisa membuat mereka berubah menjadi orang yang lebih baik ketika membaca tulisan saya. Itulah harapan ketika saya menulis.
Enggak saya sekedar berbagi cerita, tetapi ada ilmu atau hikmah yang bisa diambil atau manfaat lainnya ketika seseorang membaca tulisan saya. Dari situlah akhirnya saya memiliki keinginan besar untuk terus menulis. Enggak hanya sekedar hobi di waktu luang, tetapi saya membuat waktu luang untuk menulis. Saya jadwalkan diri saya untuk menulis. Setiap hari menulis, entah untuk blog atau buku antologi atau outline ke penerbit atau pun hanya caption di instagram. Intinya meluangkan waktu untuk menulis.
Soal kegemaran, saya memang gemar menulis. Sangat gemar, hingga segala bentuk cara untuk menyalurkan menulis ini saya ikuti. Dari menulis artikel di berbagai macam media online, menulis sebagai ghost writer di media online, menulis di blog, maupun menulis di buku antologi atau pun untuk buku duet. Sekarang pun saya sedang menyusun buku solo (semoga bisa segera selesai). Intinya saya tetap menulis dimana pun itu dan apapun media-nya. Ada rasa aneh ketika tak menulis dalam sehari, merasa kangen dan merasa ada yang kurang. Begitulah yang saya alami.
Menurut finansialku.com bahwa passion adalah sesuatu yang tidak pernah kita bosan untuk melakukannya. Passion adalah segala hal yang kita korbankan untuk mencapai suatu tujuan. Passion tidak memikirkan untung dan rugi.
Ya, sudah satu tahun lebih dari akhir tahun 2017 hingga sekarang, saya tak pernah bosan dengan menulis. Meski terkadang ada rasa jenuh, tetapi itu jenuh karena menulis dalam genre yang sama, bukan jenuh kepada menulisnya. Dulu, sewaktu saya aktif menulis artikel. Sehari saya bisa menulis 5 artikel bahkan lebih. Namun, lama kelamaan saya jenuh dengan artikel. Lalu, saya mulai mencari hal lain. Sampai akhirnya saya menulis buku, menjadi ghost writer bahkan menjadi blogger juga hingga sekarang. Akhirnya saya pun semakin menyukai menulis. Saya bisa explore kemampuan saya dalam menulis di dalam berbagai macam kegiatan.
Waktu adalah salah satu yang saya korbankan untuk menulis. Saya bisa mengorbankan waktu hanya untuk memenuhi waktu deadline untuk menyerahkan naskah tulisan saya. Meski harus tidur larut malam dan pastinya kurang tidur. Terkadang, mengorbankan waktu yang seharusnya bersama keluarga tetapi merasa tanggung untuk menyelesaikan misi menulis. Begitulah, jika sudah bertemu dengan passion yang sesungguhnya.
Iya, saya pun tak lagi memikirkan untung dan rugi. Menulis tak ada ruginya bagi saya. Tetapi yang membuat kesal terkadang ada orang yang tega memanfaatkan untuk berbuat zhalim. Passion menulis yang saya punya seperti sengaja untuk membuat seseorang atau sebuah perusahaan untung. Astagfirullah. Tapi saya enggak mau menyerah untuk menulis. Biarlah yang sudah berlalu, itu semua ujian yang Allah berikan.
Tugas saya kembali lagi menulis dan menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya. Tak pernah ada ruginya buat saya. Tak lagi pun memikirkan untung rugi atau berapa pun biaya yang dikeluarkan ketika membeli buku sendiri. Paling terpenting adalah nyaman dalam melakukan kegiatan menulis. Manfaat yang saya berikan dalam tulisan tersebut bisa sampai kepada para pembaca.
Begitulah kisah saya dalam menulis. Sampai saya akhirnya menyadari bahwa selama ini menulis itu passion bukan hanya sekedar hobi. Semoga penjelasan saya mengenai ini, bisa membuat kamu-kamu yang masih bingung mengenai hobi dan passion, bisa menemukan jawabannya, ya. Semoga tulisan saya kali ini pun bermanfaat untuk kamu semua.
Salam,