Mimpi Arkha

Raihlah mimpi setinggi-tingginya. Tak perlu takut jatuh. Karena dengan bermimpi kita dapat dengan mudah meraih apa yang ingin capai. Dengan mimpi kita akan lebih bersemangat menjalani hidup. Maka, JANGAN TAKUT! BERMIMPILAH!   ~ steffifauziah

Ayah Arkha adalah seorang kontraktor. Suatu ketika, Ayah Arkha ditugaskan untuk merenovasi sebuah gedung museum yang sudah lama. Gedung tersebut telah lama berdiri dan hingga kini belum ada perbaikan besar pada gedung tersebut. Oleh karena itu, Ayah Arkha mendapatkan tugas untuk merenovasi gedung tersebut. Beberapa hari setelah Ayah Arkha mengerjakan renovasi pada gedung museum ini, ayah teringat Arkha.

“Hmm, sepertinya jika Ayah ajak Arkha kesini, dia akan sangat senang,” batin ayah.

Saat ayah pulang dari kerja, ayah langsung mencari Arkha. Kata ibu, Arkha sedang berada di kamarnya.

“Arkha, apakah Ayah boleh masuk?” tanya ayah sambil mengetuk pintu kamar Arkha.

“Boleh Ayah,” kata Arkha dari dalam kamar.

Ayah pun mendatangi tempat tidur Arkha dan duduk di sudutnya.

“Arkha sedang apa?” tanya ayah.

“Lagi melihat majalah tentang perjuangan sejarah Indonesia, Yah. Arkha terharu karena ternyata perjuangan mereka begitu hebat ya, Yah. Coba liat ini,” kata Arkha dengan mata berbinar.

“Betul, sayang. Oiya, kebetulan tugas Ayah beberapa hari ini merenovasi gedung Museum Keprajuritan Indonesia. Arkha mau Ayah ajak kesana saat akhir pekan?” tanya ayah.

“Benarkah Ayah? Arkha, mau banget, Yah. Ajak Arkha akhir pekan ini kesana, ya. Janji, ya,” kata Arkha dengan semangatnya.

Gerbang Utama Museum Keprajuritan

“Siap, Insya Allah pekan ini kita kesana bersama Ibu juga, ya,” kata ayah sambil mengecup kening Arkha.

Malam ini Arkha tidur dengan perasaan tak sabar. Akhir pekan hanya tinggal 3 hari lagi, tetapi rasanya Arkha ingin segera mengunjungi Museum Keprajuritan Indonesia yang berada di Taman Mini Indonesia Indah.

Sebelumnya, Arkha sudah sering diajak oleh ayah dan ibu ke taman mini, tetapi biasanya Arkha menghabiskan waktu di Museum Air Tawar atau di anjungan saja. Kadang kala juga menaiki kereta api mini untuk mengelilingi taman mini. Arkha pun juga pernah mengunjungi Museum Transportasi bersama teman-teman sekolah dasarnya saat study tour, tetapi belum pernah sama sekali mengunjungi Museum Keprajuritan Indonesia. Maka, ini adalah pengalaman pertamanya.

Seperti biasa ibu selalu mampir ke kamar Arkha sebelum tidur. Ibu melihat Arkha masih saja terjaga.

“Arkha, sudah malam. Ayo tidur, Nak,” kata ibu mengingatkan dengan lembut.

“Iya, Bu, tetapi Arkha sulit tidur, Bu,” kata Arkha dengan wajah berseri.

“Kenapa kok tumben Arkha susah tidur?” tanya ibu sambil menyalakan lampu kamar Arkha.

“Tadi saat Ayah masuk kamar Arkha. Ayah bilang akan ajak Arkha ke Museum Keprajuritan Indonesia. Arkha lagi senang, Bu, tentang cerita sejarah perjuangan Indonesia karena setelah membaca majalah ini Arkha jadi pengen lihat langsung,” kata Arkha sambil menunjukkan majalah yang sedang dipeluknya ketika hendak tidur.

“Wah, anak Ibu sudah semakin paham tentang arti perjuangan, ya. Pantas saja Arkha penasaran ingin lihat langsung,” kata ibu saat melihat majalah yang diberikan kepada Arkha.

“Iya ‘kan, Bu, para pahlawan itu keren-keren banget ‘kan? Arkha enggak sabar, Bu, ingin segera akhir pekan. Terus Arkha bisa langsung melihat ini,” kata Arkha menjelaskan dengan penuh semangat.

“Iya, tapi ‘kan akhir pekan masih lama. Jadi, sekarang tidur dulu, ya. Besok Arkha ‘kan harus sekolah. Oke?” kata ibu menjelaskan agar Arkha mau segera tidur.

“Bagaimana caranya biar Arkha bisa tidur cepat, Bu? Arkha tetap sulit tidur,” kata Arkha merengek.

“Arkha sudah membaca doa tidur belum?” tanya ibu.

“Belum, Bu.”

“Nah, makanya Arkha jadi sulit tidur karena belum membaca doa tidur. Sekarang taruh majalahnya dan siap-siap tidur. Setelah itu baca doa tidur, ya.”

Tak berapa lama, Arkha akhirnya terlelap. Ibu keluar kamar Arkha sambil mematikan lampu dan menutup pintu.

***

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh Arkha datang juga. Akhir pekan pun tiba. Arkha yang sudah tak sabar ingin segera menjelajahi Museum Keprajuritan Indonesia begitu senang pagi ini. Ayah dan ibu sempat kaget karena Arkha sudah bangun sebelum subuh. Biasanya setiap pagi Arkha akan dibangunkan ayah untuk sholat subuh berjama’ah di masjid. Namun, hari ini tampak berbeda karena Arkha sudah mandi dan sudah siap dengan peci serta koko untuk pergi ke masjid bersama ayah.

Ayah pun sangat bangga saat melihat Arkha begitu bersemangat akhir pekan ini. Keinginannya yang begitu kuat untuk mengunjungi Museum Keprajuritan Indonesia membuat Arkha bisa mandiri untuk bangun di pagi hari tanpa dibangunkan oleh ayah atau ibunya. Setelah itu, Arkha bersiap-siap ganti baju. Lalu, sarapan bersama ibu dan ayah.

“Ayah, habis sarapan kita langsung berangkat kan, Yah?” tanya Arkha tak sabar.

“Iya, abis ini kita langsung jalan menuju taman mini, ya,” kata ayah sambil mengusap kepala Arkha.

“Horeeee!” sorak Arkha dengan senyum lebar.

Perjalanan Arkha, ayah dan ibu ke Taman Mini Indonesia Indah ternyata tidak lama, hanya butuh sekitar 20 menit saja. Apalagi akhir pekan ini terlihat jalanan lumayan sepi. Tentu hal ini membuat Arkha semakin terlihat bersemangat karena bisa segera sampai di museum yang diinginkannya.

Museum Keprajuritan Indonesia diketahui telah dibangun pada masa Pemerintahan Presiden kedua yaitu Soeharto. Museum ini telah diresmikan pada tahun 1987. Demi menjaga semangat juang para pahlawan ketika memeperjuangkan Indonesia, Museum Keprajuritan Indonesia ada untuk pengumpulan bukti sejarah. Semua tersimpan rapi di dalam gedung Museum Keprajuritan Indonesia di lantai dua.

Kapal Banten di Kawasan Museum Keprajuritan

Museum ini dibentuk seperti benteng pertahanan dan dikelilingi oleh air. Gedung museum ini memang sengaja dibuat sedemikian rupa seperti itu karena memang ada filosofinya yaitu memperlihatkan Indonesia yang kuat untuk mempertahankan kemerdekaan dan memberitahukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara maritim yang kuat. Sebelum memasuki Museum Keprajuritan Indonesia, terdapat 2 kapal yang berlabuh di depan gedung museum. Kapal Banten dan Kapal Pinisi yang berasal dari Sulawesi Selatan bersandar di danau. Kapal ini memperlihatkan kehebatan maritim Indonesia yang berada di barat maupun di timur.

Kapal Pinisi di Kawasan Museum Keprajuritan

Arkha pun begitu takjub dengan pemandangan yang dia lihat. Belum lagi saat melihat gerbang utama Museum Keprajuritan yang begitu mempesona. Bentuk gerbang utama ini dibuat sangat megah dengan bentuk model bangunan seperti abad ke 16. Model ini sengaja dipilih karena melambangkan sifat keterbukaan dan keramahan dari masyarakat Indonesia. Tentu, Arkha yang akhirnya paham makna dari bentuk gerbang utama ini langsung terpana saat mengetahuinya. Arkha pun merasa bahwa memiliki sifat ramah kepada semua orang adalah keharusan dan itu melambangkan orang-orang Indonesia.

Gerbang Utama Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah

Saat Arkha memasuki Museum Keprajuritan Indonesia, terdapat dua meriam yang menyambutnya. Tak lupa juga Arkha berfoto disini bersama Ayahnya. Lalu, Arkha pun menaiki tangga menuju ke lantai dua, untuk melihat bukti dan rekaman sejarah masa perjuangan Indonesia. Disana Arkha pun semakin takjub dengan berbagai macam replika yang memperlihatkan masa-masa perjuangan Indonesia dahulu.

Patung-patung pada Masa Perjuangan

Begitu banyak sejarah perjuangan di Museum Keprajuritan Indonesia ini, dari berbagai macam posisi perang waktu dulu yang masih sangat terekam dengan baik di museum ini hingga baju-baju perang pada waktu dulu pun masih ada berjejer rapi di dalam museum. Sampai akhirnya Arkha mencoba menaiki atap gedung museum. Disini dapat dengan jelas terlihat pemandangan di sekeliling museum. Dari mulai kapal yang berlabuh di danau, tempat pentas yang berada di tengah gedung, sampai melihat hampir keseluruhan Taman Mini Indonesia Indah.

Danau di Kawasan Museum Keprajuritan

Arkha berkata kepada ibu, “Bu, Arkha punya mimpi.”

“Apa itu, Nak?” tanya ibu.

“Arkha juga mau seperti para pejuang Indonesia yang namanya terukir selamanya dan diingat sebagai pahlawan, tapi Arkha enggak tau caranya, Bu?” tanya Arkha menatap ibu.

“Jika Arkha ingin berjuang juga seperti para pahlawan terdahulu Arkha bisa kok dengan melakukan pelestarian budaya yang ada di Indonesia. Setidaknya Arkha tak merusak pembuktian sejarah ini dengan cara hal yang sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-coret peninggalan budaya dan tidak mengambil benda bersejarah. Arkha harus mematuhi setiap peraturan yang ada di dalam museum. Selain itu, Arkha pun harus berusaha mengajak teman-teman Arkha yang lain untuk mencintai budaya Indonesia ini. Supaya Arkha punya teman untuk menjaga rekaman dan bukti sejarah Indonesia sampai kapanpun,” kata ibu menjelaskan panjang lebar.

“Baiklah, Bu. Arkha mau jadi seperti itu, Bu. Mulai besok Arkha akan bilang kepada teman-teman di sekolah mengenai museum ini dan juga cara menjaganya,” kata Arkha dengan semangat.

“Ingat, Arkha juga harus berani menegur jika ada yang masih nakal melanggar peraturan. Arkha enggak boleh takut untuk menegurnya. Oke?” kata ayah menambahkan.

“Siap, Ayah! Mulai hari ini mimpi Arkha sebagai penjaga pelestarian budaya akan Arkha laksanakan,” kata Arkha dengan senyum lebar.

“Kamu hebat, Nak,” kata ibu dan ayah bersamaan dan memeluk erat Arkha.

Penulis,
Next Post Previous Post