Kesalahan Penulis Pemula Saat Kirim Naskah ke Penerbit Mayor

Hai, Sobat Blogger!


Menjadi penulis di penerbit mayor dan buku-buku kita terpajang di toko buku, pasti semua penulis ingin seperti ini. Siapa sih yang enggak ingin bukunya ketika terbit, banyak yang membaca? Pasti mau dong? Saya pun, hihi. Nah, makanya penulis-penulis buku pasti selalu mengincar penerbit mayor.

Sebenarnya penerbit enggak hanya mayor doang kok. Ada penerbit indie juga. Tapi, pastinya berbeda ya cara menjual buku di penerbit mayor dan penerbit indie. Lalu apa pengertian masing-masing dari penerbit mayor dan penerbit indie ini?

Penerbit Mayor

Penerbit besar yang telah banyak menerbitkan buku-buku dari penulis terkenal. Naskah yang masuk ke penerbit ini, penulis mendapatkan royalti. Entah sistem jual putus atau sistem bagi hasil, bagi hasilnya biasanya sekitar 10%. Selain itu, ketika kita memasukkan naskah ke penerbit mayor lebih sulit. Kenapa? Seleksinya ketat dan hanya tulisan yang bagus, unik, menjual dan bermanfaat serta tulisannya sudah baik saja yang dapat lolos.

Tapi jangan harap buku disini cepat terbit, karena banyak prosesnya bisa bertahun-tahun buku kita baru terbit. Yang beruntung bisa hanya beberapa bulan terbit. Buku yang terbit di penerbit mayor ini biasanya akan masuk ke toko buku seluruh Indonesia. Kemungkinan bisa juga ke luar negeri jika dirasa buku yang terbit sangat layak diterbitkan disana.

Penerbit Indie

Penerbit ini bisa dikatakan penerbit kecil, meski enggak selalu. Juga ada penerbit besar yang masih indie kok. Bedanya dari penerbit mayor, ketika kita ingin memasukkan naskah maka biasanya ada biaya penerbitan. Harganya pun macam-macam. Tapi ada juga penerbit indie yang memberikan penerbitan gratis. Beberapa penerbit memberikan syarat minimum penjualan tetapi ada juga yang tidak menggunakan syarat.

Terbit buku di penerbit indie bisa dikatakan cepat, hanya beberapa bulan bisa terbit karena prosesnya tidak terlalu rumit seperti penerbit mayor. Namun, penulis hanya mendapatkan keuntungan dari pembelian buku yang terbit. Misal harganya 70 ribu untuk pelanggan, maka untuk penulis hanya dikenakan 60 ribu. Jadi, penulis baru bisa dapat untung dari penjualan buku ketika buku telah terjual.

Nah, itu tadi perbedaan penerbit mayor dan penerbit indie. Maka dari itu, penulis yang sudah sering menulis untuk penerbit indie biasanya ingin sekali coba ke penerbit mayor. Selain penjualannya lebih luas juga lebih bergengsi. Kadang bisa dibuatkan meet and greet ketika penjualan buku laris atau best seller. Wah siapa yang enggak mupeng coba? Hehe.

Untuk itu kali ini saya akan bahas beberapa kesalahan penulis pemula ketika baru pertama kali mengirimkan naskahnya ke penerbit mayor. Saya sudah beberapa kali pengalaman ke penerbit mayor meski baru antologi dan buku duet, hehe. Doakan bisa segera buku solo, hehe. Aamiin. Yuk, langsung kita cek saja apa saja kesalahan dari penulis pemula ini.

7 Kesalahan Penulis Pemula

Apa saja sih kesalahan penulis pemula ini? Sebenarnya bukan suatu hal yang memalukan. Namanya masih pemula pasti perlu banyak belajar dong, iya enggak? Saya pun masih sering kok melakukan kesalahan meski sudah beberapa kali kirim naskah ke penerbit mayor, heu. Sama-sama belajar kita ya, jika ada yang ingin ditambahkan juga silahkan beritahukan ke saya. Yuk, simak penjelasan versi saya di bawah ini :

1. Mengirim Naskah ke Email Tanpa Tulisan di Badan Email

Ketika kita akan mengirimkan naskah ke penerbit mayor jangan hanya naskah saja yang dikirimkan ke email. Tetapi sertakan tulisan di badan email. Editor akan lebih respect dengan naskah kita. Berikan subject email yang menyambung dengan naskah kita, supaya editor pun juga tahu tema apa yang kita berikan ke penerbit mayor.

Saya dapat tips ini ketika pernah mengikuti kelas cerita anak dan mentornya sendiri adalah editor dari salah satu penerbit mayor yang sudah terkenal. Mulai dari situ saya mulai aware untuk tidak lupa akan hal ini. Istilahnya sopan dengan editor, jangan ujug-ujug hanya memberikan naskah kita tanpa ada kata permisi dulu. Jadi, jangan lupakan tulisan di badan email, minimal kata-kata yang memberitahukan tentang tema naskah yang sedang kita ajukan.

2. Naskah di Kirim ke Banyak Editor


Kirimkan naskah ke satu editor saja jangan semua editor dalam satu penerbit. Setiap editor biasanya sudah ada ketentuan tema apa yang dia pegang. Jika kita lebih hati-hati ketika akan mengirimkan naskah, maka akan lebih mudah naskah kita langsung dipegang oleh editor yang sesuai dengan naskah tema kita. Baca lebih seksama lagi di website atau pemberitahuan dari penerbit mengenai hal ini supaya tidak salah mengirimkan naskah, ya.

3. Naskah di Kirim Tidak Sesuai Format yang di Minta Penerbit

Biasanya setiap penerbit memiliki format khusus ketika kita akan mengirimkan naskah. Ada yang minta outline dulu dan ada yang minta naskah full. Itu semua tergantung dari penerbit. Pahami dulu naskah yang diminta oleh penerbit. Jangan sampai kita salah kirim karena terburu-buru. Seharusnya yang dikirim naskah full tapi kita kirim hanya outline. Pasti lah naskah kita akan langsung ditolak karena salah mengirimkan format naskah.

Jangan sampai salah ya, gaes. Seorang penulis harus gemar membaca. Jadi, sebelum akhirnya kirim naskah cek dulu ketentuan dari penerbit tersebut. Biar apa? Biar enggak salah. Jangan sering-sering loh, nanti penerbit mayor hafal sama kesalahan kamu, terus ogah deh kerjasama. Duh, jangan sampai, ya!

4. Kadang, Naskah juga di Kirim ke Banyak Penerbit

Ke banyak editor aja enggak boleh apalagi ke banyak penerbit. Ketika mengirim naskah kita harus melakukannya satu per satu penerbit ya, gaes. Misal, kita mengirim naskah ke penerbit A. Tunggu konfirmasi penerbit A hingga tuntas baru deh jika ditolak pindah ke penerbit B. Jadi, jangan buru-buru, ya. Mereka juga manusia dan pastinya yang mengirimkan naskah ada buanyak banget. Ke bayang dong ya seribet apa penerbit itu, hehe.

Kirim saja ke satu penerbit dan mulai menulis lagi dari pada kesel nunggu kabar dari penerbit. Dengan begitu kita akan terus produktif untuk menghasilkan karya. Wah, keren deh.

5. Asal Kirim Naskah Tanpa Melihat Penerbit Tersebut Memiliki Genre Khusus


Kamu punya naskah novel remaja tapi masukkan naskahnya ke penerbit Quanta Kids. Enggak nyambung, gaes. Cek dulu deh. Penerbit mayor mana yang menerima novel remaja. Baru deh kamu kirim naskahnya kesana, ya. Jangan asal kirim yang penting sudah ke kirim ke penerbit. Lah, kalau penerbitnya aja salah. Bagaimana naskah kamu bisa terbit? Yang ada itu naskah kamu langsung di delete sama editornya karena salah alamat. Enggak mau kan?

Nah, jadi mulai lah berhati-hati, ya. Baca dengan seksama penerbit yang bisa menerbitkan novel remaja kamu itu. Jangan sampai salah alamat apalagi sampai ke alamat palsu *kaya lagu, wkwk. Yuk, mulai cari tahu genre penerbit biar enggak salah melulu.

6. Tidak Sabar Untuk Segera Terbit

Baru juga seminggu itu naskah masuk ke penerbit, kamu sudah enggak sabar dan selalu kirim email menanyakan naskahmu. Sabar, gaes. Biasanya penerbit punya ketentuan kok sekitar 2-3 bulan untuk mengabari apakah naskah kita diterima atau tidak. Ada pun yang mengabari kalau naskah kita di tolak, ada juga yang tidak. Jika sudah lewat 3 bulan, enggak ada salahnya kita tanyakan kembali takutnya terlewat.

Tapi, jika tak ada balasan juga, ya berarti kamu belum rezeki di penerbit tersebut. Jangan sedih, yes. Masih banyak kok penerbit mayor lainnya. Tetap semangat untuk mencoba ke penerbit lain,ya. Intinya sabar kalau naskah masuk penerbit mayor. Banyak loh yang sudah satu hingga dua tahun tidak terbit juga bukunya di penerbit mayor. Jadi, tetap bersabar!

7. Sulit Dihubungi Ketika Naskah Ada Revisi


Ketika sudah ada kata "Selamat" pada balasan email dari penerbit. Itu tanda bahwa naskah kamu keterima. Hore! Selamat, ya. Tapi, jika ada revisi dari editor jangan langsung hilang gitu aja dong. Ayo revisi naskah kamu, ya. Jika ada kesalahan atau sesuatu hal pada naskahmu adalah hal wajar kok. Editor pun minta revisi supaya naskah kamu semakin oke punya.

Jadi, jangan sulit dihubungi sama editor ya. Ayo perbaiki naskah kamu agar layak di baca sama orang banyak. Terus buku kamu bisa bermanfaat deh. Wah, kamu pun kemudian hari akan bangga sama karya yang telah berhasil kamu terbitkan. Iya enggak?

Itu tadi beberapa hal mengenai kesalahan penulis pemula ketika akan kirim naskah ke penerbit mayor. Sebenarnya enggak ke penerbit mayor saja sih. Sama juga ke penerbit indie. Tapi, jangan sampai salah ya cari penerbit indie. Nanti malah ketipu atau kena zonk. Kan sedih banget jadinya. Seharusnya buku terbit itu bahagia bukannya malah sedih karena harus bayar sekian padahal katanya gratis, heu.

Semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita, ya. Saya pun juga masih banyak belajar ketika mengirim naskah ke penerbit mayor, hihi. Oh, ya kamu punya tips lain enggak? Boleh dong share di kolom komentar di bawah ini, ya.

Salam,
Next Post Previous Post