Pengalaman Bukber All You Can Eat



Untuk mengumpulkan berjuta ide menulis (di samping mengalahkan rasa malas), aku mengubek-ubek kenangan masa lalu yang bisa aku jadikan bahan postingan di blog. Tenang, tantangan demi tantangan akan berakhir batinku saat ini. Jujur untuk sampai garis finish rasanya sudah ngos-ngosan. Ditambah lagi aku mendapat kabar dari Google bahwa iklan adsenseku selama 30 hari dinonaktifkan dikarenakan ada kejanggalan yaitu aku sering mengklik sendiri. Siapa yang tidak lemas membaca email dari Google itu coba. Ibarat anak jaman now, baru sayang-sayangan udah ditinggal pergi. Baru merasa nyaman banget, udah dicuekin. Ah, apaan sih ya? Hehehe.

Kembali lagi kepada ide menulis, kali ini aku teringat kejadian di tahun 2017 dimana kantorku mengadakan acara bukber atau buka bersama dalam rangka puasa Ramadhan. Memang aku akui selama 8 tahun aku bekerja di kantor, belum pernah sekalipun diadakan buka bersama. Kalau acara makan-makan lain yang sifatnya umum cukup sering diadakan. 

Beberapa teman memang kurang antusias dengan acara bukber itu. Tapi atas nama solidaritas, akhirnya acara tersebut dapat terselenggara. Tanggal persisnya aku lupa kapan bukber dilaksanakan. Pimpinan minta bukber dengan model all you can eat alias makan sekenyangnya. Mulailah aku dan rekan kerja yang bernama Tania mencari informasi mengenai bukber all you can eat.

Tahun 2017 seingatku sedang booming bukber di hotel dengan model all you can eat. Akhirnya pilihan kami jatuh ke Hotel Santika yang berlokasi di jalan Jemursari. Tentu atas sepengetahuan juga persetujuan pimpinan, aku dan Tania akhirnya melakukan reservasi dan membayar DP bukber all you can eat di Hotel Santika. Kalau tidak salah harga per paxnya sembilan puluh sembilan ribu rupiah. Kami memesan untuk 15 orang.

Ketika hari yang dijadwalkan untuk buka bersama tiba, kami bertemu langsung di Hotel Santika. Aku dan Tania yang datang paling awal untuk memastikan reservasi atas nama kantor. Alhamdulillah, semuanya sesuai pesanan. Semua karyawan berkumpul lengkap, pimpinan pun datang mengajak istri dan kedua anaknya. Sebelum azan maghrib berkumandang, pimpinan memberikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan kepada para karyawannya. Beliau mengucapkan terima kasih atas kehadiran kami semua dan berharap acara bukber ini menjadi ajang silaturahmi agar kami tetap guyub.

Azan Maghrib pun berkumandang. Kami diberi kebebasan apakah mau melaksanakan sholat Maghrib terlebih dahulu atau berbuka puasa. Kamipun terpencar karena selera hidangan berbuka puasa yang berbeda-beda. Awal datang ke Hotel Santika, aku memperhatikan di kanan kiri meja kami, ada berbagai rombongan pengunjung yang terdiri dari berbagai instansi. Ada sekelompok ibu pengajian yang berbuka puasa sekaligus mengundang anak yatim. Aku lihat banyak sekali bingkisan berupa tas dan perlengkapan sekolah yang dibungkus oleh kertas kado berwarna bening. Anak-anak yatim itu baru aku lihat pada saat kami menyantap hidangan berbuka. Dengan sistem all you can eat dan ruangan restoran yang terasa sempit dengan adanya acara bukber ini, maka aku dengan mudah mengenali anak-anak yatim tersebut.

Trenyuh sekali melihat para anak yatim itu mencicipi hampir semua hidangan. Mereka yang tak malu ataupun lelah mengantri hidangan berbuka, terlihat sangat ceria sekali. Sedangkan aku, jika sudah terlihat antrian memanjang, maka aku akan balik badan mencari makanan lain yang sepi peminat. Begitulah aku, tidak mau ribet. Walaupun mungkin hidangan yang sepi peminat itu bukan seleraku, tapi aku lebih bisa berdamai ketimbang harus merasakan lelah akibat rasa antri.

Dengan harga sembilan puluh sembilan ribu per pax menurutku sudah sangat berharga untuk buka puasa di hotel berbintang tiga. Makanan yang disajikan sangat variatif. Hidangan pembuka berupa roti dan kue-kue tradisional menimbulkan selera makan berikutnya. Hidangan utama yaitu makan nasi juga tak kalah lengkap. Katanya orang Indonesia kalau belum makan nasi belum dikatakan makan namanya, hehehe. Menu tradisional seperti ikan dan ayam bakar, nasi goreng sangat menggugah selera. Minuman pun tak kalah variatifnya. Mulai dari air putih sampai minuman berperisa buah. 

Pengalamanku berbuka puasa di hotel dengan model all you can eat memberiku warna baru di dunia kuliner. Aku akui, kebersamaan dengan teman-teman pada saat makan dengan model all you can eat tidak guyub karena kami sibuk sendiri-sendiri memilih makanan sesuai selera. Sampai di meja makan pun kadang kami tidak bertemu, ada yang masih sibuk mencari minum, hidangan penutup sampai mencari area terbuka untuk merokok. Hanya saat acara akan berakhirpun baru kami mulai berkumpul kembali.

Sayang sekali, acara buka puasa bersama di tahun 2017 itu tidak sempat aku abadikan karena kamera di gawai yang masih rendah resolusinya. Mungkin foto-foto kenangan itu masih tersimpan di gawai pimpinan kami, namun aku sendiripun sungkan untuk menanyakannya.

Credit foto : tokopedia.com
Next Post Previous Post