Sastra Melayu Klasik : Ciri-Ciri, Unsur-Unsur Instrinsik, Dan Jenis Sastra Melayu Klasik
Sastra melayu klasik atau disebut juga dengan sastra melayu lama merupakan sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu, yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang hidup dan berkembang di daerah melayu. Sastra melayu klasik tercipta dari suatu ajaran atau ucapan (lisan), yang bermula pada abad ke-16 Masehi. Sastra melayu klasik merupakan gambaran keadaan masyarakat lama yang masih berpola pikir sederhana dan masih sangat dikuasai oleh kepercayaan gaib dan kesaktian. Disebut sebagai sastra melayu klasik karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.
- menggunakan bahasa melayu lama, maksudnya adalah karya-karya sastra melayu klasik banyak menggunakan bahasa melayu lama.
- anonim atau onomatope, maksudnya adalah nama pengarang dalam sastra melayu klasik tidak dicantumkan dalam karya sastra tersebut.
- komunal, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik merupakan milik bersama.
- tradisional, maksudnya adalah sastra melayu klasik mempertahankan adat kebudayaan setempat.
- pralogis, maksudnya adalah cerita-cerita dalam sastra melayu klasik banyak diwarnai oleh hal-hal gaib dan tidak masuk akal.
- kurang dinamis, maksudnya adalah perubahan dan perkembangan sastra melayu klasik sangat lamban.
- simbolis, maksudnya adalah peristiwa-peristiwa dalam karya sastra melayu klasik banyak disajikan dalam bentuk lambang.
- didaktis, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik memberikan pendidikan kepada pembacanya, baik moral ataupun relijius.
- imitatif, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik bersifat meniru (imitatif) yang diwariskan secara turun temurun.
- istana sentris, maksudnya adalah peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra melayu klasik sebagian besar tentang kehidupan istana.
- berkembang secara lisan, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik disebarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut.
- universal, maksudnya adalah isi pesan dari karya sastra melayu klasik berlaku kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun.
Unsur-Unsur Instrinsik Karya Sastra Melayu Klasik. Unsur-unsur instrinsik karya sastra melayu klasik meliputi :
1. Tema.
Tema adalah gagasan atau ide utama yang mendasari karya sastra atau cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita. Dalam sastra melayu klasik pada umumnya tema yang diangkat adalah berkisar antara istana dan kerajaan.
2. Alur atau Plot.
Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun secara kronologis serta berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
- alur maju.
- alur mundur.
- alur campuran.
3. Penokohan.
Penokohan adalah pendiskripsian atau perwatakan para tokoh dalam cerita. Dalam karya sastra melayu klasik penokohan atau tokoh dalam karya sastra berkisar tentang seorang pangeran, orang miskin yang menjadi raja atau menjadi istri raja, binatang yang berbudi pekerti, dan penokohan lain yang dianggap mampu mewakili sifat dan ciri manusia pada jaman dahulu,
4. Latar atau Setting.
Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa yang digambarkan dalam karya sastra melayu klasik. Latar juga merupakan unsur instrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu, dan suasana yang terjadi pada suatu peristiwa dalam karya sastra.
5. Amanat.
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan dalam cerita. Pesan moral tersebut biasanya berisi tentang pelajaran dan buah pikir yang hendak disampaikan oleh pengarang lewat suatu karya sastra. Amanat dalam suatu karya sastra dapat diceritakan secara langsung atau bisa juga disampaikan secara tidak langsung atau implisit lewat dialog, tokoh, atau unsur-unsur lain dalam cerita.
Selain kelima unsur instrinsik tersebut di atas, sebagian ahli memasukkan satu unsur lagi sebagai unsur instrinsik suatu karya sastra yaitu :
* Sudut Pandang.
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, atau dapat juga berarti dari sudut ana pengarang memandang ceritanya. Terdapat beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita, yaitu :
- sudut pandang orang pertama, di mana dalam sudut pandang ini pengarang biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya.
- sudut pandang orang ketiga, di mana dalam sudut pandang ini pengarang biasnya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia, atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
- sudut pandang pengamat serba tahu, di mana pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh.
- sudut pandang campuran, di mana pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama, selanjutnya serba tahu dan pada bagian akhir kembali ke sudut pandang orang pertama.
Jenis Sastra Melayu Klasik. Sastra melayu klasik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sebagai berikut :
A. Pengaruh.
Berdasarkan pengaruhnya, sastra melayu klasik dapat dibagi empat, yaitu :
- sastra melayu klasik asli. Merupakan karya sastra melayu klasik yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan (lisan).
- sastra melayu klasik pengaruh Jawa. Pengaruh jawa cukup banyak mempengaruhi khazanah sastra melayu klasik (sastra melayu nusantara), hal ini sebagai akibat dari kekuasaan pemerintahan kerajaan di pulau jawa yang banyak menguasai kerajaan-kerajaan kecil di daratan Sumatera dan kawasan melayu lainnya.
- sastra melayu klasik pengaruh India. Pada jaman dahulu, Indonesai atau daerah melayu merupakan jembatan penghubung antara dua negara besar yang merupakan sentral perekonomian Asia yaitu India dan China. Banyaknya pedagang dari India yang sampai ke Indonesai atau tanah melayu ikut pula mempengaruhi karya sastra melayu klasik.
- sastra melayu klasik pengaruh Arab - Persia. Disebut juga dengan sastra melayu Islam. Pengaruh budaya Arab - Persia terutama dalam hal bahasa sangat mempengaruhi karya sastra melayu klasik. Hal ini karena banyaknya kosa kata Arab yang dimasukkan ke dalam struktur bahasa melayu atau bahasa Indonesia.
B. Bentuk.
Berdasarkan bentuknya, sastra melayu klasik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Prosa Lama.
Prosa lama meliputi :
a. Dongeng.
Dongeng adalah suatu karya sastra prosa yang isinya hanya khayalan, hanya ada dalam fantasi pengarang. Dongeng dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
- Fabel, adalah dongeng tentang kehidupan binatang. Cerita dalam fabel dimaksudkan untuk menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya.
- Legenda, adalah dongeng yang dikaitkan atau dihubungkan dengan keajaiban alam atau terjadinya suatu tempat, yang setangahnya mengandung unsur sejarah.
- Mite (Mythe) atau Mitos, adalah dongeng yang berhubungan hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan animisme, misalnya berkaitan dengan cerita tentang dewa, makhluk halus, roh, jin, dan lain sebagainya.
- Sage, adalah dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah.
- Farabel, adalah dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut hanya merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
b. Hikayat.
Hikayat adalah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, dongeng, cerita, maupun sejarah. Hikayat pada umumnya mengisahkan tentang kehebatan seseorang lengkap dengan kesaktian, keanehan, serta mukjizat tokoh utamanya.
c. Tambo.
Tambo adalah cerita sejarah yang merupakan cerita tentang kejadian atau asal usul keturunan raja.
d. Wira Carita atau Cerita Kepahlawanan.
Wira carita adalah sebuah cerita yang tokok utamanya merupakan seorang ksatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
2. Puisi Lama.
Puisi lama merupakan bentuk puisi yang terikat oleh aturan-aturan, diantaranya :
- jumlah kata dalam satu baris.
- banyaknya suku kata dalam tiap baris.
- jumlah baris dalam satu bait.
- rima atau persajakan.
- irama.
Puisi lama meliputi :
a. Mantra.
Matra adalah doa yang diucapkan oleh seorang dukun atau pawang dalam keadaan trance atau kerasukan. Mantra juga dapat berarti serangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, yang biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif. Ciri-ciri mantra adalah :
- bersifat lisan, sakti atau magis.
- adanya perulangan.
- metafora yang merupakan unsur penting dari mantra.
- bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius.
- bentuknya bebas dibandingkan dengan puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris, dan persajakan.
b. Bidal.
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam satra melayu klasik yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah :
- ungkapan, adalah kiasan tentang keadaan atau kelakuan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
- peribahasa, adalah kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
- tamsil, adalah seperti perumpamaan tetapi diikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
- ibarat, adalah seperti perumpamaan dan tanzil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
- pepatah, adalah kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
- pameo, adalah ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.
c. Gurindam.
Gurindam adalah satu bentuk puisi melayu klasik yang terdiri dari dua beris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
- baris pertama berisikan semacam soal, masalah, atau perjanjian.
- baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama.
Gurindam yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah gurindam duabelas, yang merupakan kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan gurindam 12 karena berisi 12 pasal, yang berisi diantaranya tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat.
d. Syair.
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Kata syair berasal dari bahasa Arab, yaitu syu'ru yang artinya perasaan. Syair seringkali hanya mengutamakan isi. Ciri-ciri syair adalah :
- terdiri dari 4 baris.
- tiap baris terdiri dari 4 - 5 kata (8 - 12 suku kata).
- persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna (a-a-a-a).
- tidak ada sampiran, keempat baris merupakan isi.
- terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan.
- biasanya berisi cerita atau berita.
e. Karmina.
Karmina atau dikenal juga sebagai pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris.
- baris pertama merupakan sampiran.
- baris kedua merupakan isi.
Ciri-ciri karmina adalah :
- setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
- bersajak aa-aa, aa-bb.
- bersifat epik atau mengisahkan seorang pahlawan.
- semua baris diakhiri dengan koma kecuali baris ke-4 diakhiri dengan titik.
- mengandung hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
f. Seloka.
Seloka adalah satu bentuk puisi melayu klasik, yang berisikan pepatah atau perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Seloka biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang ditemui juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
g. Pantun.
Pantun adalah sejenis puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi). Ciri-ciri pantun adalah :
- terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait atau kuplet.
- setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8 - 12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
- separo bait pertama merupakan sampiran, dan separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
- persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa),
- beralun dua.
Berdasarkan bentuk atau jumlah baris tiap bait, pantun dapat dibedakan sebagai berikut :
- pantun biasa, adalah pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
- pantun kilat atau karmina, adalah pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
- pantun terkait, adalah pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
- talibun, adalah pantun yag terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separoh lainnya merupakan isi.
- seloka, adalah pantun yang terdiri dari empat baris dalam satu bait, dengan persajakan datar (aaaa)
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :
- pantun anak, yang meliputi pantun bersuka cita dan pantun berduka cita.
- pantun pemuda, yang meliputi pantun perkenalan, pantn berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantn beriba hati, dan pantun dagang.
- pantun tua, yang meliputi pantun nasehat, pantun adat, dan pantun agama.
- pantun jenaka.
- pantun teka-teki.
h. Talibun.
Talibun adalah satu bentuk puisi lama yang tiap baitnya terdiri lebih dari 4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris), berirama : abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya. Talibun mirip dengan pantun, karena mempunyai sampiran dan isi.
i. Stanza.
Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga dengan oktaf tidak beraturan.
j. Soneta.
Soneta berasal dari bahasa Italia, yaitu "sonetto" yang merupakan adaptasi dari bahasa Latin "sono" yang berarti bunyi atau suara. Syarat soneta adalah sebagai berikut :
- jumlah baris ada 14.
- ke-14 baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina. Sehingga pembagian bait adalah : 2 x 4 dan 2 x 3
- kedua buah quatrain merupakan merupakan kesatuan yang disebut stanza atau oktaf.
- kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.
- oktaf berisi lukisan alam, jadi sifatnya obyektif.
- sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan dalam oktaf, jadi sifatnya subyektif.
- peralihan dari oktaf ke sextet disebut volta.
- jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku kata.
- rumus dan sajak soneta adalah : a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
k. Puisi-Puisi Arab.
Bentuk puisi Arab adalah sebagai berikut :
- Masnawi, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait, dengan persajakan aa, bb, cc, dan seterusnya, yang berisi puji-pujian untuk pahlawan.
- Rubai, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait, dengan persajakan a-a-b-a, yang berisi tentang nasehat, puji-pujian, atau kasih sayang.
- Kit'ah, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait.
- Gazal, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait.
- Nazam, yaitu bentuk puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
Selain dari jenis sastra melayu klasik tersebut di atas, masih terdapat beberapa lagi bentuk karya sastra yang tidak murni berasal dari sastra melayu, tetapi masih terdapat hubungan dengan sastra melayu klasik, yaitu :
- Kaba, adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan secara turun temurun. Misalnya : cerita Sabai nan Aluih.
- Kakawin, adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, dengan mempergunakan metrum dari India (Tambo). Penyainya disebut kawi. Misalnya : Ramayana, Arjunawiwaha, dan Negarakertagama.
- Kidung, adalah jenis puisi Jawa pertengahan yang menggunakan persajakan asli Jawa.
- Parwa, adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa Sansekerta dan menunjukkan ketergantungan dengan kutipan-kutipan dari karya aslinya.
- Cerita Pelipur Lara, adalah sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan, yang bersigat perintang waktu dan menghibur belaka. Cerita pelipur lara hampir sama dengan hikayat.
Demikian sedikit uraian tentang sastra melayu klasik. Semoga bermanfaat.