Kebersamaan

Rasanya berdebu sekali blogku karena sudah hampir sebulan tidak aku sentuh. Entahlah, rasanya kok malas sekali ingin menorehkan kata dan merangkai kalimat demi kalimat untuk bercerita.

Kali ini aku ingin menceritakan sedikit kisah tentang petualangan kami bersepuluh ke Gunung Bromo, Jawa Timur. Sebenarnya bukan petualangan yang menantang (walau bagiku sangat menantang dan melelahkan), namun ini adalah acara gathering kantor keluar kota untuk pertama kalinya. Bisa dibayangkan, gathering pertama kali dimana kami sangat awam bepergian satu kantor keluar kota.

Yang pasti seksi sibuknya adalah diriku dengan dibantu teman-teman satu kantor. Jumlah kami memang tak banyak namun dari jumlah yang sedikit itu kami bisa menjadi team yang berkualitas dan Insha Allah solid ke depannya. Aamiin.


Berada di tengah-tengah para lelaki dalam lingkungan kerja bagiku tidak terlalu menakutkan ya. Apalagi aku dianggap senior oleh teman-teman. Walaupun yang seumur denganku ada tiga orang lagi di kantor. Teman-teman kantor yang semua laki-laki sudah memperlakukanku bak seorang ibu. Dan mereka adalah anak-anakku yang bandelnya tak karuan. Hahaha. Tapi tak apa, itulah lika-liku kehidupan kantorku yang penuh warna warninya.


Solidaritas dalam pertemanan tak bisa nampak jika kita berada dalam suasana kerja. Namun solidaritas dan kekompakan dapat terlihat pada saat ada acara di luar kantor, salah satunya gathering yang kami adakan. Kenapa aku sebut demikian ? Karena pada saat acara gathering berlangsung akan nampak para anggota yang saling menunggu satu dengan lainnya pada saat naik ke penanjakan, saling membantu dalam membayar uang masuk toilet umum ataupun membantu mengambilkan makanan untuk temannya yang lain. Di sini seninya!


Karena aku perempuan sendiri di perjalanan ini, aku lebih banyak diam dan tidak mengikuti obrolan dunia para lelaki. Namun mereka kawan-kawanku sangat sigap dalam membantuku yang bertubuh gendut ini pada saat naik ke puncak Bromo. Akupun harus menempatkan diri sebagai seorang laki-laki karena medan di Bromo sangat ramai serta berdesak-desakkan yang menyebabkan kami harus naik ojek satu motor berisi dua orang penumpang. Kalau tidak begitu maka kami tidak dapat melihat matahari terbit. Namun rupanya kesempatan melihat matahari terbit bukan takdir kami. Macet yang panjang oleh mobil-mobil Jeep mengakibatkan perjalanan keatas menggunakan ojek pun terhambat. Tak apalah, hal tersebut tak mengurangi keceriaan kami berpetualang.



Akhir kata, aku sangat terkesan dengan pengalaman pertama piknik di luar kota bersama pimpinan dan teman-temanku. Biasanya piknik kami hanyalah dari satu restoran ke restoran lainnya di kota Surabaya. Mungkin jika dikumpulkan semua dokumentasi acara makan-makan di kantorku, bisa aku buat review mengenai beberapa restoran yang telah kami kunjungi.  Bayangkan, dalam setahun biasanya ada dua atau tiga kali kami makan-makan di luar. Moment ulang tahun berdirinya perusahaan tempat kami bekerja, acara tutup tahun sekaligus evaluasi dan yang terakhir pada saat pimpinan kami berulang tahun. Namun sensasi acara makan di luar kantor mendadak sedikit sirna tergantikan oleh piknik di Bromo yang sampai sekarang aku belum bisa move on dibuatnya. Walau sudah sebulan berlalu sejak tanggal 13 Desember 2019 namun moment ke Bromo merupakan moment spesial bagiku (dan juga mungkin bagi teman-teman yang lain) di penghujung tahun.

Kalau bisa memilih maka kami ingin sekali ada acara sejenis diadakan minimal setahun sekali. Semoga saja perusahaan kami bisa bertambah maju seiring berjalannya waktu agar liburan singkat seperti di Bromo dapat kami ulangi kembali di tahun-tahun berikutnya bersama anggota keluarga kami seluruhnya. Aamiin, Insha Allah.

Kalian-kalian yang berada di Surabaya dan ada permasalahan dengan hama bisa menghubungi kami di link instagram berikut ya :

https://www.instagram.com/fogging.surabaya/
https://www.instagram.com/shieldantirayap/


Next Post Previous Post