Sehari Di Kota Jombang
Bulan Desember 2019 lalu aku berkunjung ke kota Jombang yaitu salah satu Kota Kabupaten yang berada di propinsi Jawa Timur. Kebetulan aku mempunyai teman kuliah yang menetap di Kota Jombang dan aku ingin menjalin silaturahim dengannya selama kurang lebih satu tahun kami tidak bertemu.
Perjalananku dari Surabaya menggunakan kereta api Panataran jurusan Surabaya - Jombang yang memakan waktu kurang lebih tiga jam. Baiklah, aku tidak ingin membicarakan hal-hal yang aku alami selama perjalanan, mungkin nanti aku akan taruh di postingan berikutnya. Yang pasti aku sangat excited karena baru pertama kalinya aku bepergian seorang diri menuju kota yang sama sekali belum pernah aku kunjungi. Jangankan dikunjungi, sekadar melewatinya saja aku belum pernah.
Jombang yang memiliki luas 1.115 km2 dan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa penduduk menurutku sudah cukup ramai oleh kegiatan perekonomian. Salah satu kota yang dikenal dengan sebutan Kota Santri ini memang layak disebut demikian karena sepanjang perjalanan menggunakan sepeda motor yang dikendarai Machtumah banyak terdapat sekolah yang berbasis agama. Selain itu banyak tokoh berpengaruh di Indonesia yang lahir di Jombang. Sebut saja Presiden Republik Indonesia ke-4 yaitu KH. Abdurrahman Wakhid, budayawan Emha Ainun Najib dan cendekiawan muslim Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A.
Aku sebenarnya tidak perlu khawatir jika pergi ke Kota Jombang karena tepat di depan stasiun kereta api terdapat alun-alun yang sangat ramai apalagi pada saat hari Minggu. Semacam car free day yang diselenggarakan secara spontan oleh warganya. Benar-benar sangat ramai bagiku yang jarang pergi ke kota-kota kabupaten seperti Jombang.
Lalu betapa leganya hatiku begitu tahu ada penumpang turun dari motor yang dikendarai oleh abang Gojek, menandakan bahwa kota Jombang sudah masuk aplikasi ojek online. Karena biasanya di kota kecil jarang atau bahkan tidak ada ojek online. Dalam hati aku punya niat suatu hari nanti bisa berkunjung lagi ke Jombang untuk mengunjungi teman kuliahku.
Cukup lama juga aku menunggu temanku. Nama temanku Robiah Machtumah Malayati. Dia adalah seorang penulis novel, Darinya aku terinspirasi untuk belajar menulis. Alhamdulillah sudah hampir tujuh bulan aku menggeluti dunia kepenulisan dan ada satu tawaran content placement yang menghasilkan uang. Ohya kalau netizen yang budiman ingin mengenal lebih jauh dengan sosok penulis novel hebat ini bisa cuzz langsung buka Instagramnya. Dan jika ingin memesan novelnya juga bisa langsung DM ke Machtumah Malayati.
Karena temanku ini seorang pengajar atau dosen di Universitas Hasyim Asy'ari, maka aku diajak untuk berkeliling ke lingkungan kampus. Bahkan aku juga diajak ke Musem Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy'ari. Yang pasti aku sangat senang diajak keliling area kampus Tebuireng. Mungkin aku datang bukan di saat liburan sehingga pengunjung yang datang juga tidak banyak.
Sebenarnya aku ingin sekali ke Makam Gus Dur hanya saja pada saat kami mencoba untuk melihat dari kejauhan sepertinya banyak rombongan yang datang menggunakan bus untuk ziarah ke Makam Gus Dur. Akhirnya aku dan Machtumah mengurungkan niat untuk ziarah ke Makam Gus Dur. Aku pun sudah senang walau masih hanya mengunjungi Musem Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy'ari.
Setelah puas berkeliling, temanku mengajakku untuk mampir ke rumahnya sekadar melepas lelah. Dan tentunya aku juga ingin berkenalan dengan orangtua dari Machtumah. Begitu sampai di rumahnya, aku disambut dengan penuh kehangatan oleh Ibu dan Bapak dari Machtumah. Bahkan kedua orangtuanya tak segan untuk menjamuku dengan buah dan makanan ringan. Sungguh aku sangat sungkan berada disana.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB dimana aku harus kembali ke Surabaya karena keretaku berangkat pukul 13.00 WIB. Aku yang masih awam dengan jadwal keberangkatan kereta ke Jombang sebenarnya sedikit menyesal karena waktuku di Jombang sangat terbatas. Temanku pun sangat menyayangkan keberadaanku yang sangat sebentar padahal kami baru mulai mendiskusikan hal-hal seru berkaitan dengan dunia kepenulisan.
Akhir kata, Machtumah mengantarku ke stasiun kereta api Jombang. Sambil berpelukan tanda pamit, akupun segera masuk ke dalam gerbong kereta api. Pengalaman ke Jombang memberiku keberanian untuk menjalin silaturahim dengan beberapa teman komunitas kepenulisan lainnya. Semoga di waktu mendatang aku bisa main ke kota Mojokerto salah satu domisili teman komunitas menulisku.