Fenomena Langkanya Masker
Kantor saya selalu menyediakan stok untuk kebutuhan masker. Maklumlah, kantor bergerak di bidang jasa penyemprotan nyamuk demam berdarah dimana para teknisi dibekali masker untuk dipakai sendiri maupun diberi kepada pelanggan yang menggunakan jasa kami.
Namun ada yang berbeda di bulan Januari 2020. Virus corona yang menyerang warga kota Wuhan di negara Cina pada Desember 2020 awalnya terdengar biasa saja bagi kami yang berada di Indonesia. Nah, sedikit kejanggalan datang di bulan Januari ketika teman saya yang berada di divisi GA atau General Affair di kantor saya hendak berbelanja kebutuhan masker untuk kantor. Begitu tiba di kantor, teman saya melaporkan bahwa masker yang biasa kami beli di toko langganan habis.
Saya masih bersikap datar dan memberi arahan agar berbelanja di toko alat kesehatan lainnya. Tak disangka-sangka ternyata kejadian yang serupa juga dialami oleh toko kedua dimana kehabisan stok masker.
Selang dua pekan kemudian kamipun mencoba membeli masker kembali dengan harapan stok sudah tersedia. Tebak apa yang terjadi ? Harga masker sangat melonjak tajam yaitu sudah tiga kali lipat. Tentu saja teman saya mengurungkan niatnya membeli masker karena harganya melebihi budget yang dianggarkan kantor.
Akhirnya awal bulan Maret dimana mulai muncul kasus pasien covid-19 di Indonesia seperti menjawab spekulasi yang beredar mengenai kelangkaan masker. Bahkan Polisi menggerebek tempat penimbunan masker diantaranya :
- Di Jakarta Utara dua penimbun masker diamankan oleh Polisi (Berita di Kompas)
- Di Tangerang, Polisi juga menyita 600.00 masker yang ditemukan di gudang PT. MJP Cargo di kecamatan Neglasari (www.merdeka.com)
Bayangkan di saat para tenaga medis sedang berjuang dalam memberi pengobatan pasien yang terpapar covid-19 dan sangat membutuhkan masker medis, namun masih ada oknum di luar sana yang menggunakan adanya wabah ini sebagai kesempatan untuk meraup pundi-pundi rupiah.
Di balik kelangkaan masker medis dan ulah jahat para oknum penimbun masker, ternyata juga ada berkah bagi orang-orang yang amanah dalam bekerja. Salah satunya adalah orang yang diberi skil menjahit. Saya memiliki teman kerja dimana istrinya adalah seorang penjahit, sebut saja namanya mbak Nur. Mbak Nur yang beberapa bulan sebelum wabah covid-19 melanda Surabaya sempat mengeluh kepada saya bahwa usahanya mengalami penurunan orderan jahitan, namun semenjak wabah ini beliau justru mendapat pesanan puluhan bahkan ratusan masker non medis.
Karena kemurahan hati Mbak Nur pula, maka kami teman-teman suaminya memesan masker dan diberi harga spesial. Karena masker medis yang langka dan harganya benar-benar di luar logika kami sebagai karyawan dengan gaji pas-pasan, maka kami menyiasatinya dengan memesan masker non medis yang lebih murah. Untuk mencuci masker kain produksi mbak Nur, kami cukup merendam dengan air panas dan deterjen sedikit lalu dijemur sampai kering.
Kalau saya pribadi berusaha mengganti masker yang saya pakai setiap harinya karena kita tidak akan pernah tahu siapa saja yang pernah ditemui selama perjalanan pulang dan pergi bekerja, siapa tahu ada pembawa virus lainnya selain covid-19.
Kita semua pasti ingin agar badai covid-19 ini segera berlalu karena dampaknya begitu besar bagi seluruh sektor kehidupan manusia. Namun di tengah-tengah badai ini, Allah SWT tetap memberikan rezeki-Nya kepada sebagian orang yang memiliki kemampuan menjahit. Dengan masker non medis inilah salah satu bagian dari ikhtiar kita terhindar dari covid-19, selain tentunya juga menerapkan social distancing dengan individu lain.
Saya berharap keamanahan para penjual masker non medis, berjualan tidak semata-mata mencari keuntungan semata namun juga diniatkan mencari pahala.