Harapanku Jika Pandemi Covid-19 Berakhir




Tak ada yang menyangka jika Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang terkena pandemi Covid 19. Dan jujur aku termasuk yang menyesal karena meremehkan pandemi ini awal-awal muncul di Wuhan.

Awalnya aku tidak tahu ketika beberapa media menayangkan mengenai wabah corona yang sedang terjadi di salah satu kota di Cina. Bahkan ketika beberapa akun Instagram memposting guyonan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kebal dari wabah Corona ini pun, aku termasuk yang setuju. Di kemudian hari guyonan di media sosial itu membuatku menyesal karena ikut bercanda menggunakan wabah penyakit yang kami kira tak akan sampai ke Indonesia.

Ternyata aku salah besar. Allah sebaik-baik pembuat rencana dan manusia hanya bisa pasrah akan rencana Allah. Aku pribadi merasa sedih akan datangnya pandemi Covid 19 di Indonesia. Terlebih lagi awal Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan sendiri bahwa ada dua orang warga negara Indonesia yang berdomisili di Depok positif terkena covid-19 dan keduanya memiliki hubungan darah sebagai ibu dan anak.

Lagi-lagi aku masih santai mendengar kabar tersebut. Karena aku merasa berada di Propinsi Jawa Timur yang bisa dikatakan letaknya terbilang jauh dari Propinsi Jawa Barat. Namun, di pertengahan bulan Maret 2020 aku merasa ada yang aneh dimana kantorku mendadak banjir orderan spraying disinfektan. Seharusnya aku turut senang kantor tiba-tiba banyak yang menghubungi untuk permintaan semprot disinfektan. Tentu akan menambah omset perusahaan, pikirku kala itu.

Nyatanya seiring dengan permintaan semprot disinfektan itu, aku baru membaca berita di media sosial bahwa di Jawa Timur sudah ada korban jiwa yang diakibatkan virus corona ini. Aku sungguh terkejut kemudian menghubungkan dengan keadaan meningginya traffic permintaan semprot disinfektan di kantorku.

Aku tidak bisa mengatakan apakah aku harus senang atau justru bersedih mengalami dua peristiwa sekaligus. Tapi yang pasti aku menjadi was was di awal-awal wabah corona masuk ke Jawa Timur. Dilema yang aku alami adalah di saat pandemi ini masuk ke kota tempatku berdomisili di saat itu pulalah aku harus berjibaku dengan pekerjaan yang semakin padat dan menyebabkan diri ini harus sering pulang malam demi terselesaikannya pekerjaan.

Sebisa mungkin aku menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi vitamin setiap harinya. Beruntungnya aku bekerja di perusahaan yang sangat memperhatikan karyawannya sehingga kami semua diberi jatah vitamin selama tiga puluh hari ke depan. Karena pekerjaan yang padat dan mengharuskanku pulang malam, aku pun berusaha menerapkan pola hidup sehat seperti cuci tangan sebelum masuk kantor dan sebelum makan serta membiasakan diri menggunakan masker walaupun aku berada hanya di dalam kantor sehari-harinya.

Pada akhirnya aku menyadari bahwa aku tidak boleh menyepelekan segala sesuatu utamanya wabah penyakit. Meskipun itu berada jauh dari kita, namun jika Tuhan berkehendak maka akan didekatkan penyakit itu di negara kita.

Bulan Maret 2020 ini mungkin akan aku ingat sepanjang masa hidupku dimana aku mengalami dua keadaan hati yang berbeda dan itu harus aku hadapi di satu waktu secara bersamaan. Dan bulan Maret ini pula dimulainya perjalanan panjang kami sebagai warga Jawa Timur dalam menjaga jarak atau physical distancing dengan orang lain meskipun itu adalah rekan kerja sendiri. Warga yang masih harus bekerja diharapkan untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan menuju kantor.

Jujur saja aku ingin wabah ini segera berakhir. Siapa yang tidak ingin wabah covid-19 segera berakhir. Kebebasan kami terenggut dengan adanya virus ini. Kami tak bisa melangkah jauh untuk sekadar melakukan pekerjaan harian di luar rumah. Beberapa orang dirumahkan bahkan kemungkinan suamiku pun yang bekerja di bidang transportasi udara akan mengalami nasib yang sama. Tapi kami bisa apa selain berserah diri kepada Yang Maha Kuasa Pemilik alam dan seisinya. Sembari berdoa agar musibah ini segera berlalu.

Beberapa aku baca keinginan beberapa teman yang punya rencana setelah wabah ini berakhir misalnya : ingin piknik atau libura, ingin umroh, lalu ada yang ingin bertemu dengan keluarga terkasih serta banyak keinginan lainnya yang tak dapat tertulis dengan kata-kata saking banyaknya.

Jika ditanya apa keinginanku, maka aku hanya ingin menjadi pribadi yang lebih banyak bersyukur setelah pandemi ini berakhir. Karena aku merasa sebelum corona muncul, ternyata aku memang seorang pribadi yang kurang atau bahkan tidak pernah bersyukur. Salah satu contoh, dibatasinya warga keluar rumah kalau bukan untuk sesuatu yang penting membuatku mengeluh tidak bisa ke mall dan keluhan lainnya padahal masih banyak di luar sana orang-orang yang seumur hidupnya tidak pernah menapaki langkahnya ke mall.


QS Ar-Ra'd : 11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri"



Mungkin jika kita mau sedikit berintrospeksi atas apa yang telah terjadi di muka bumi ini dan mau melakukan perbaikan, Insha Allah akan ada jalan keluar atas musibah ini. Wallahu A'lam Bishowab

Next Post Previous Post