Intensifikasi Untuk Meningkatkan Hasil Produksi Bisnis

>








ILUSTRASI INTENSIFIKASI BISNIS (KOKO/ UCEO)








ILUSTRASI INTENSIFIKASI BISNIS (KOKO/ UCEO)













Sebagai sebuah karir, saat ini entrepreneur tidak lagi dipandang dengan sebelah mata. Ada banyak orang yang mulai sadar jika di tengah lapangan pekerjaan yang semakin sedikit, menjadi entrepreneur merupakan solusi yang layak dicoba untuk mengurangi jumlah pengangguran. Meningkatnya jumlah entrepreneur berdampak pula pada meningkatnya tingkat persaingan bisnis. Untuk menjaga agar suatu bisnis dapat terus berjalan, seorang pengusaha harus dapat terus berinovasi.

Inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam artikel berjudul “Diversifikasi Menurut para Pakar”, kami pernah menjelaskan salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pengusaha untuk menjaga dan mengembangkan bisnisnya, yakni melalui langkah diversifikasi. Secara singkat, diversifikasi dapat dijelaskan sebagai langkah perluasan atau penambahan barang atau jasa untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Selain diversifikasi, langkah yang dapat diambil oleh pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya adalah dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi secara singkat dapat diartikan sebagai upaya perluasan usaha yang dilakukan dengan menambah atau memperluas faktor-faktor produksi yang ada. Contoh dari langkah ekstensifikasi adalah membuka cabang baru toko yang sudah ada, mendirikan pabrik sendiri untuk produksi barang usaha, serta penambahan jumlah armada angkutan.

Langkah ketiga yang dapat ditempuh oleh pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya adalah dengan menempuh langkah intensifikasi. Secara umum, intensifikasi dapat diartikan sebagai usaha meningkatkan atau memaksimalkan hasil produksi dengan meningkatkan kemampuan produktifitas faktor-faktor produksi. Dalam artikel kali ini, kita akan lebih memperdalam pemahaman mengenai intensifikasi, mulai dari definisi, jenis, hingga contoh intensifikasi yang dapat dilakukan oleh pengusaha terhadap bisnisnya.

Selama ini kita mendengar terminologi intensifikasi lebih sering digunakan dalam pembahasan mengenai pajak. Akan tetapi, dalam artikel kali ini kita akan membahas intensifikasi dalam segi bisnis. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, intensifikasi merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan hasil produksi dengan meningkatkan kemampuan produktifitas faktor-faktor produksi. Beberapa langkah intensifikasi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan hasil produksi adalah dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja, memperbaiki cara berproduksi, hingga meningkatkan jam operasi mesin.


















>








ILUSTRASI INTENSIFIKASI BISNIS (KOKO/ UCEO)








ILUSTRASI INTENSIFIKASI BISNIS (KOKO/ UCEO)













INTENSIFIKASI DALAM BISNIS: MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA

Langkah intensifikasi pertama yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan hasil produksi adalah dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja yang baik tentunya akan memberikan hasil pekerjaan yang baik pula. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk dapat menerapkan intensifikasi dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja, antara lain:

1. Intensifikasi dengan meningkatkan pendidikan tenaga kerja

Di dunia ini ada banyak orang yang bisa sukses meskipun tidak menempuh tingkat pendidikan yang tinggi. Orang-orang seperti Albert Einstein, Bill Gates, hingga Susi Pudjiastuti adalah tiga dari banyak contoh orang yang bisa sukses tanpa gelar. Meskipun bukan yang utama, namun pendidikan tetap menjadi faktor yang penting dalam langkah intensifikasi dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja.

Pendidikan dikategorikan menjadi dua, yakni pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal dapat ditempuh melalui sekolah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bagi yang merasa pendidikan sekolah belum cukup, dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, yakni perguruan tinggi. Pendidikan perguruan tinggi pun memiliki tahap, mulai dari D3, S1, S2, hingga yang tertinggi S3.

Kategori pendidikan yang kedua adalah pendidikan informal. Pendidikan informal bisa didapatkan melalui pelatihan-pelatihan, baik berupa seminar, workshop, maupun training. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, perusahaan dapat melakukan intensifikasi dengan mengikutsertakan atau bahkan mengadakan sendiri pelatihan bagi karyawannya. Intensifikasi dalam bentuk pelatihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan hard skill maupun soft skill karyawan.

2. Intensifikasi dengan meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja

Untuk memaksimalkan hasil produksi, perusahaan juga harus melakukan intensifikasi dalam hal kualitas mental dan spiritual tenaga kerja. Intensifikasi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan fasilitas keagamaan sesuai dengan agama yang dianut oleh tenaga kerja. Intensifikasi melalui fasilitas keagamaan dapat berupa bangunan untuk beribadah maupun kegiatan-kegiatan rohani yang berguna untuk membangun spiritualitas tenaga kerja.

Perusahaan juga dapat meningkatkan intensifikasi kualitas mental karyawan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang membangun sikap profesional mereka. Misalnya melalui outbond, camping, atau musyawarah kerja yang bersifat sharing pendapat dan harapan karyawan. Melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi ini, perusahaan dapat sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur perusahaan sehingga tenaga kerja dapat memiliki integritas yang baik sebagai seorang karyawan.

3. Intensifikasi dengan perbaikan gizi dan kesehatan tenaga kerja

Selama ini ada banyak sekali perusahaan yang menuntut tenaga kerjanya untuk bekerja keras demi mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Sayangnya, hanya sedikit dari perusahaan-perusahaan tersebut yang memberikan fasilitas gizi dan kesehatan bagi tenaga kerjanya. Akibatnya, kemampuan kerja karyawan akan semakin turun seiring dengan menurunnya kesehatan dan stamina mereka.

Penting bagi perusahaan untuk memerhatikan asupan gizi dan kesehatan karyawannya sebagai langkah intensifikasi perusahaan. Bagi perusahaan yang menyediakan fasilitas makan untuk tenaga kerja, sebaiknya tidak asal memilih makanan yang murah dan enak saja, namun juga harus memerhatikan segi gizi dari menu makanan tersebut. Sementara itu, bagi perusahaan yang tidak menyediakan fasilitas makan untuk tenaga kerja, sekiranya dapat menyediakan kantin yang bersih dan sehat di kantor, sehingga karyawan memiliki kemudahan untuk mengakses makanan sehat dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Perusahaan juga wajib memberikan waktu istirahat yang cukup untuk karyawannya. Waktu istirahat yang cukup melingkupi jam kerja yang ideal (umumnya banyak perusahaan yang menerapkan 8 jam kerja bagi karyawannya) dengan waktu istirahat lebih kurang satu jam pada jam makan siang. Perusahaan juga sebaiknya tidak melarang karyawan untuk absen ketika sedang sakit. Karyawan yang tetap dipaksa untuk bekerja ketika sedang sakit justru akan merugikan karena kinerjanya menjadi tidak optimal. Selain itu, karyawan yang sedang sakit juga berpotensi menularkan penyakitnya pada tenaga kerja yang lain.

Perusahaan juga sebaiknya membatasi jam lembur karyawan, baik jam lembur yang dilakukan sepulang jam kantor maupun jam lembur yang dilakukan pada saat hari libur. Hal ini berguna untuk menghindari kondisi fisik karyawan yang kelelahan bekerja sehingga berakibat pada menurunnya kualitas kesehatan karyawan tersebut.

4. Intensifikasi dengan meningkatkan “sense of belonging” tenaga kerja

Langkah intensifikasi yang terakhir namun paling penting adalah dengan menanamkan sense of belonging tenaga kerja terhadap perusahaan. Intensifikasi sense of belonging atau rasa memiliki penting untuk ditanamkan dalam diri setiap tenaga kerja. Dengan adanya rasa memiliki, maka tenaga kerja akan dengan senang hati meluangkan tenaga, waktu dan pikirannya untuk perusahaan tersebut. Dengan rasa ini pula tenaga kerja akan tetap setia pada perusahaan, terlepas dari gaji atau bonus-bonus lain yang ia terima.

Selain dengan cara-cara di atas, perusahaan juga dapat melakukan intensifikasi melalui peningkatan kualitas tenaga kerja dengan memperbaiki manajemen sumber daya manusia di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui manajemen sumber daya manusia lebih jauh, Anda bisa membaca artikel "Pengertian Sumber Daya Manusia dan Manajemen Sumber Daya Manusia".

INTENSIFIKASI DALAM BISNIS: MEMPERBAIKI CARA BERPRODUKSI

Langkah intensifikasi dalam bisnis yang kedua adalah dengan cara memperbaiki cara berproduksi. Untuk bisa memaksimalkan hasil produksi, perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap cara berproduksi sebelumnya. Apabila perusahaan menemukan kekurangan dalam cara sebelumnya, maka perusahaan harus mau memperbaiki cara berproduksi dengan  sesuatu hal yang dianggap lebih baik.

Cara berproduksi yang baik berbeda-beda di tiap perusahaan. Cara produksi yang baik menurut perusahaan A belum tentu dapat berhasil jika diterapkan di perusahaan B. Karenanya, proses trial and error merupakan langkah yang bisa diambil sebelum perusahaan menemukan cara berproduksi yang tepat. Satu hal yang perlu diperhatikan, cara berproduksi harus disesuaikan dengan perkembangan pasar. Misalnya, ketika permintaan pasar mulai tinggi, perusahaan harus bisa menyediakan barang dengan mengatur cara produksi yang tepat supaya kebutuhan masyarakat terpenuhi. Jika perusahaan tidak segera berinovasi mencari cara berproduksi yang baru, maka ditakutkan pasar akan memilih untuk menggunakan produk dari kompetitor.

A photo posted by UCEO (@ciputrauceo) on


INTENSIFIKASI DALAM BISNIS: MENINGKATKAN JAM OPERASI MESIN

Langkah intensifikasi untuk memaksimalkan hasil produksi selanjutnya adalah dengan meningkatkan jam operasi mesin. Dengan menambah jam operasi mesin, otomatis hasil produksi akan menjadi lebih maksimal. Tindakan ini bukannya tanpa resiko. Mesin adalah barang buatan manusia yang tentu saja dapat rusak dan mengalami penurunan kualitas sewaktu-waktu. Karena hal itu, maka tindakan intensifikasi dengan meningkatkan jam operasi mesin juga harus disertai dengan peningkatan perawatan mesin. Mesin yang jam operasinya dimaksimalkan hingga 2 kali lipat, berarti harus mendapatkan servis 2 kali lipat lebih sering. Begitu seterusnya jika mesin dioperasikan hingga 3, 4 atau bahkan 5 kali lebih lama, maka jadwal perawatannya pun harus lebih sering dilakukan.

Jika perusahaan bersikeras melakukan intensifikasi dengan menambah jam operasi mesin tanpa mau menambah jadwal pemeliharaan mesin, maka resiko kerusakan mesin lebih besar. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan justru akan merugi karena biaya perbaikan mesin biasanya akan jauh lebih mahal daripada biaya perawatannya. Kerugian lain juga akan didapatkan oleh perusahaan karena mesin yang rusak tidak akan mungkin bisa dioperasikan, akibatnya hasil produksi perusahaan akan menurun dan permintaan pasar pun tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan.

 

 

 

IKUTI KULIAH BISNIS ONLINE & GRATIS UCEO


















>






>


















Memiliki usaha sendiri yang sukses tentunya merupakan hal yang diidamkan oleh banyak orang. Sayangnya membuat suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal yang mudah. Banyak aspek dalam sebuah bisnis yang perlu direncanakan dengan baik dan secara terperinci sehingga terbentuk model bisnis yang menjanjikan keuntungan.

Dengan mengikuti pembelajaran mengenai BMC ini, diharapkan UC-Onliners dapat memahami kegunaan model bisnis yang baik, bagaimanakah cara membuatnya, serta dapat mempraktekkan secara langsung untuk digunakan dalam menjalankan bisnisnya




DAFTAR SEKARANG
Next Post Previous Post