Keterampilan Berbicara

>








(Image: Mariska/UC)








(Image: Mariska/UC)













Keterampilan berbicara atau yang disebut sebagai retorika merupakan seni berbicara yang bisa dimiliki seseorang yang bertujuan untuk menyampaikan pesan lisan secara efektif, sebagai bentuk komunikasi kepada orang lain.

Berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. 

Sebagai seni, keterampilan berbicara merupakan seni keterampilan yang elegan, ekpresif, dan kreatif. Di dalam keseharian kita, kita selalu melihat orang-orang bertemu dan berbicara dengan orang lainnya dengan mudah. Beberapa orang memang terlahir dengan bakat berbicara yang baik. Tapi untungnya, bagi kita yang tidak dilahirkan dengan bakat tersebut, keterampilan berbicara bisa dipelajari dan dikuasai.

Mayoritas pemimpin dunia dan orang-orang sukses adalah orang-orang yang terampil dalam berbicara. Keterampilan dalam berbicara sangat penting dalam kehidupan kita, karena berbicara merupakan proses pertukaran informasi antarindividu maupun antarkelompok. Tidak adanya keterampilan berbicara yang baik akan menghalangi seseorang, bukan saja dalam hal berkarir, tetapi juga dalam hubungan sosial dan pribadi. Sebuah pesan dapat berubah menjadi sebuah kesalahpahaman, frustasi, bahkan bencana bila terjadi kesalahan dalam penyampaian, ataupun kesalahan interpretasi dari orang yang diajak bicara.

Berikut cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara:

  • Tingkatkan kemampuan berbahasa yang baik, perbanyak kosakata dengan banyak membaca dan menulis. Cari kosakata yang belum atau kurang dikenal. Semakin kita bisa mengekspresikan diri, semakin baik kemampuan kita dalam berkomunikasi.
  • Latih kemampuan mendengar. Perhatikan apa yang dikatakan pembicara lain sebelum kita mengutarakan pendapat. Resapi apa yang didengar sebelum merespon.
  • Belajar untuk mengerti dan menghargai cara pandang orang lain dengan pemikiran terbuka dan berusahalah melihat sesuatu dari perspektif yang lain. Sebagai hasilnya, kita akan lebih bisa bekerja sama dan lebih pengertian terhadap pemikiran orang lain.
  • Hindari komunikasi di situasi yang emosional. Kita akan kehilangan objektifitas dan cenderung mengatakan sesuatu yang nantinya akan disesali. Ambil waktu untuk memikirkan posisi kita sebelum berbicara.
  • Ikut serta dalam organisasi yang mendorong meningkatkan berbagai keterampilan berbicara kita, dan yang memungkinkan kita bertemu dengan orang-orang baru yang menarik.

Keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukkan kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat aspek keterampilan utama yang merupakan ciri pribadi dewasa, yakni:

  • Keterampilan Sosial

Kemampuan berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan ini menuntut agar kita mengetahui apa yang harus dibicarakan, bagaimana cara mengatakannya, kapan mengatakannya, dan kapan tidak mengatakannya.

  • Keterampilan Semantik

Kemampuan menggunakan kata-kata dengan arti yang tepat dan penuh pemahaman. Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai makna yang terkandung dalam kata-kata serta ketetapan dan kepraktisan dalam penggunaannya. Karena dengan cara inilah kata-kata dengan cepat dan mudah masuk ke dalam pikiran.

  • Keterampilan Fonetik

Kemampuan membentuk unsur-unsur fonetik bahasa secara tepat. Keterampilan ini bertanggungjawab menentukan persetujuan atau penolakan sosial. 

  • Keterampilan Vokal

Kemampuan menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara. Suara yang jelas, bulat, bergema menandakan orang yang berbadan tegap dan terjamin. Sedangka suara yang melengking, berisik, atau serak parau memperlihatkan kepribadian yang kurang menarik atau kurang meyakinkan.


















>








(Image:Sofiani/UC)








(Image:Sofiani/UC)













Dua sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk efektivitas komunikasi retoris, yaitu :  

  1. Mendengarkan , mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar. 
  2. Menggunakan taktik-taktik retoris.

Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris. 

I. Taktik Afirmasi

I.1. Taktik "Ya"
Ini adalah taktik berbentuk pertanyaan yang membuat lawan bicara hanya bisa menjawab: “Ya”, dan harus bisa menerima kesimpulan akhir tanpa syarat. Contoh:
Ini adalah taktik yang digunakan Socrates saat berhadapan dengan Euthypron:

S: Keahlian memelihara kuda merupakan perhatian yang tepat untuk kuda, bukan?
E: Ya.
S: Dan tidak setiap orang mengerti anjing pemburu kecuali si pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Karena keahlian memburu merupakan perhatian yang tepat untuk anjing pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Dan bukankah keahlian berternak sapi merupakan perhatian yang tepat untuk sapi?
E: Ya, tentu.
S: Kalau begitu, Euthypron, bukannkah kesalehan adalah perhatian yang tepat untuk para dewa?
E: Ya.

I.2. Taktik Mengulang
Taktik ini memiliki fungsi yang penting dalam retorika. Pembicara berusaha terus-menerus menyampaikan pikiran dan idenya yang menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian dan berusaha mengolah ide itu. Namun, hal yang diulang haruslah hal yang positif dan mengandung kebenaran. Sebagaimana yang dikatakan pepatah latin: “Gutta cavat lapidem , non vi, sed saepe cadendo” (tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, melainkan karena tetesan yang terus-menerus).

Contoh:
Sekali lagi saya ingatkan bahwa…
Di sini saya ingin menekankan bahwa…
Biar saya ulangi kembali…

I.3. Taktik Sugesti
Taktik ini dimaksudkan untuk membuat lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.

Contoh:

Ini merupakan saat yang paling tepat bagi Anda untuk...
Investasi ini akan memberikan keuntungan yang berlipat bila Anda lakukan sekarang... 
Pendaftarannya sangat mudah dan cepat, Anda hanya tinggal...

II. Taktik Ofensif


















>








(Image:Mariska/UC)








(Image:Mariska/UC)













II.1. Taktik Antisipasi
Kita sudah mengantisipasi kelemahan lawan bicara kita di saat ia sedang mengatakan pendapatnya, kemudian kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan argumentasi kontra yang kita buat.

Contoh:
Mungkin Anda akan keberatan bila…
Pasti muncul pertanyaan dalam benak Anda saat…
Oleh karena itu saya katakan bahwa…

II.2. Taktik Mengagetkan
Saat lawan bicara sedang menantang kita dengan pernyataan negatif, kita memberikan jawaban balik dari sudut pandangan yang tidak diduganya.

Contoh: 
Oleh karena itu, saya menganjurkan Anda agar…
Justru karena itu…
Bahkan, Anda sudah lebih mengerti tentang hal itu…

II.3. Taktik Bertanya Balik
Ini adalah taktik yang melemparkan satu pertanyaan balik yang menyebabkan lawan bicara menerima kekeliruannya sendiri.

Contoh:
Anda sudah menyadari kekeliruan itu, lalu kenapa Anda masih terus...
Kenapa saat itu Anda tidak mengatakannya?
Jadi Anda yang memperbolehkan...?

II.4. Taktik Provokasi
Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan untuk memaksa seseorang untuk berbicara terus terang.

Contoh:
Saya meragukan pendapat itu
Itu tidak benar!
Anda sendiri tidak percaya pada apa yang Anda katakan 

II.5. Taktik Mencakup
Taktik ini mencakupkan hasil pengamatan kita dengan argumentasi lawan, sehingga argumentasi itu dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.

Contoh:
Dengan desain Eropa yang stylish untuk kenyaman Anda berkendara, rasakan sendiri sensasi fun drive Ford Fiesta di dealer Ford terdekat. 
Hadir dengan inovasi baru, kulkas Toshiba Glacio Jazz memberikan kesegaran di rumah Anda dengan desain warna-warni yang keren... 

II.6. Taktik Memotong
Taktik ini digunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dengan alasan menyampaikan sesuatu yang penting.

Contoh:
Bolehkah saya sampaikan sebentar pengumuman yang sangat penting?
Perbolehkan saya untuk menjawab sebentar...

III. Taktik Negasi

III.1. Taktik "tidak" !
Taktik ini sebaiknya digunakan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris karena menyangkal secara langsung pendapat lawan bicara untuk penjelasan yang tuntas. 

Contoh:
Dari pada mengatakan: Anda berbohong! 
Sebaiknya katakan: Apakah Anda mengatakan hal yang benar?
Dari pada mengatakan: Anda tidak membaca keterangan yang dilampirkan! 
Sebaiknya katakan: Apakah Anda sudah membaca keterangan yang dilampirkan?


















>
























III.2. Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan yang bertentangan dengan apa yang dikatakan lawan bicara. 

Contoh:
Kalaupun apa yang Anda katakan itu benar, itu tidak membuktikan apa pun!
Anda hanya melebihkan apa yang sesungguhnya terjadi! 

Di luar taktik-taktik retoris yang dikemukakan di atas, masih banyak orang mengatakan sulit sekali untuk bisa mendekati orang baru, memperkenalkan diri, dan memelihara percakapan. Berikut adalah beberapa tips  dari kuliah gratis UCEO "Berburu Peluang Usaha" yang bisa Anda praktekan untuk membangun percakapan dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya:

1. Klise

Klise adalah basa-basi. Kalau kita mengatakan “selamat pagi”, “apa kabar”, itu klise. Kadang-kadang mungkin ada orang yang pura-pura tidak mendengar, tidak apa-apa, berlatihlah “selamat pagi”, “selamat siang”. Ada cara lain juga yang masih masuk dalam klise atau basa- basi misalnya Anda mengatakan komentar tentang sesuatu, “ini udaranya lebih dingin dari kemarin”, “eh kursinya goyang ya”, “kereta kita/ mobil kita jalannya cepat”, itu semua, kalimat-kalimat seperti itu, bisa memancing percakapan berikutnya. Itu contoh- contoh klise atau basa-basi yang bisa kita mulai.

2. Obrolkan fakta ringan

Percakapan bisa dimulai dengan klise lalu dilanjutkan dengan percakapan ringan tentang suatu fakta. Misalnya setelah mengatakan “Selamat pagi”, “Wah, hari ini keretanya tepat waktu!”. Itu fakta, bukan? Atau bisa juga “Keretanya terasa lebih cepat, ya.”, atau “Hari ini tampaknya akan hujan.”. Gunakan fakta ringan untuk orang yang pertama kali kita kenal. Jangan menggunakan fakta berat seperti fakta tentang politik, atau masalah berat yang bila dibicarakan bisa jadi berkepanjangan. Karena belum tentu kita sepaham dengan orang itu. Fakta ringan adalah yang nomor dua.

3. Obrolkan opini ringan

Opini ringan adalah opini tentang segala sesuatu yang mudah untuk dipercakapkan, bersifat positif, dan tidak berat-berat. Contohnya bila Anda hadir di sebuah pesta dan baru bertemu dengan seseorang yang baru Anda kenal. Anda boleh bertanya kepadanya, “Tampaknya ruangan ini besar sekali, saya baru pertama kali datang ke ruangan ini. Di kota kami, mungkin ini ruangan yang paling besar. Bagaimana pendapat Bapak?”. Sesuatu yang ringan. Atau bisa juga bertanya tentang makanan kesukaan, apa yang dia pikir, apakah nanti akan hujan atau tidak, itu opini. Namun untuk opini ini, ada juga hal yang tidak boleh diperbincangkan: yang berkaitan dengan SARA, atau hal yang membuat kita sedih. Ringan, positif, dan menyenangkan. Yuk kita coba!

Dapatkan Ilmu Gratis Sekarang di Kuliah Online Berburu Peluang Usaha 


















>





>


















Ketika kita hendak memulai usaha bisnis darimana kita terlebih dahulu memulainya? DR (HC). Ir.Ciputra pernah berkata “lebih baik kita bertengkar selama masa perencanaan daripada bertengkar selama masa pelaksanaan” dengan kata lain tuntaskan sebanyak mungkin pertanyaan dan permasalahan usaha bisnis sebelum usaha tersebut dilakukan. Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah "Berburu Peluang Usaha" dan UCEO telah mempersiapkan pembelajaran ini secara gratis untuk siapapun Anda dan dimanapun Anda berada.




Daftar Gratis Sekarang
Next Post Previous Post