Jadikan Kegagalan Sebagai Pengalaman Berharga
Kegagalan Sebagai Pengalaman Berharga |
Perjalanan Hidup Manusia
Dalam perjalanan hidup kita sebagai anak manusia tentu banyak sekali peristiwa yang telah dialami. Mulai dari pengalaman receh sampai pengalaman berharga yang bisa jadi tak dapat kita lupakan untuk waktu yang cukup lama. Semua tergantung peristiwa apa yang pernah kita alami.
Ada yang menganggap moment pernikahan merupakan kenangan terindah karena sekali seumur hidup. Namun bagi beberapa individu lainnya bisa jadi moment kepergian anggota keluarga yang disayang ke pangkuan Ilahi merupakan kepedihan yang luar biasa.
Di usia saya yang sebentar lagi menuju empat puluh tahun tentu saja banyak peristiwa yang telah saya alami. Mulai dari kepergian almarhum Bapak untuk selama-lamanya menghadap Allah SWT, peristiwa pernikahan yang sudah menginjak tahun ke delapan dengan kenyataan sampai sekarang saya dan suami belum dikarunia momongan hingga peristiwa lain yang aku hampir tak bisa mengingatnya satu per satu.
Ada satu peristiwa di tahun 2018 dimana saya harus mengikuti serangkaian tes dalam rangka penerimaan calon dosen di kota Malang dan hasilnya adalah belum diberi kesempatan Allah SWT untuk mengemban amanah sebagai tenaga pengajar. Disinilah berawal kenangan tak terlupakan itu.
Awalnya saya mendapat panggilan psikotest via pesan Whatsapp tiga hari menjelang hari H. Namun karena gawai saya sempat bermasalah sehingga pesan tersebut baru terbaca satu hari sebelum test. Tentu saja saya bingung luar biasa bagaimana harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan mendadak. Dengan modal nekat akhirnya saya browsing internet untuk mencari biro travel dari Surabaya menuju ke Malang. Karena travel langganan saya tidak bisa melakukan penjemputan mendadak, mau tidak mau saya harus mencari alternatif travel lain.
Awalnya saya mendapat panggilan psikotest via pesan Whatsapp tiga hari menjelang hari H. Namun karena gawai saya sempat bermasalah sehingga pesan tersebut baru terbaca satu hari sebelum test. Tentu saja saya bingung luar biasa bagaimana harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan mendadak. Dengan modal nekat akhirnya saya browsing internet untuk mencari biro travel dari Surabaya menuju ke Malang. Karena travel langganan saya tidak bisa melakukan penjemputan mendadak, mau tidak mau saya harus mencari alternatif travel lain.
Di panggilan sesi pertama untuk menjalani psikotes saya sudah bangun sejak pukul 03.00 dini hari agar tidak sampai terlambat dijemput travel. Namun ternyata travel yang sudah saya pesan memberi sinyal kurang baik dengan pernyataan driver yang plin plan. Karena saya merasa sedikit khawatir dengan keselamatan diri akhirnya saya putuskan pergi ke stasiun Wonokromo menggunakan ojek online untuk naik kereta menuju kota Malang.
Tak dinyana ternyata jadwal kereta paling pagi sudah berangkat dan baru ada kembali pukul 08.00 WIB sedangkan jadwal wawancara berlangsung pukul 09.00 Perjalanan kereta bisnis memakan waktu dua jam dan saya berpikir saya akan terlambat!
Akhirnya saya nekat pergi ke terminal Purabaya menggunakan ojek online. Dasar saya yang jarang bepergian menggunakan bus antar kota dalam propinsi, bingunglah saya mencari bus tujuan kota Malang. Bermodal nekat dan aktif bertanya, akhirnya bus dengan kota tujuan saya dapatkan. Namun ternyata saya salah memilih bus. Bus yang saya naiki adalah bus ekonomi dimana waktu tempuhnya yaitu kurang lebih dua jam perjalanan. Memang waktu masih menunjukkan pukul 06.00 pagi namun dengan bus ekonomi yang sering berhenti demi mendapatkan penumpang semakin menambah lama perjalanan. Bukannya saya pilih-pilih moda transportasi. Namun saya berpikir bagaimana caranya saya harus sampai di tujuan tepat waktu.
Sepanjang perjalanan di samping saya duduk penumpang lain yaitu seorang bapak dengan usia mungkin menginjak usia hampir enam puluh tahunan. Setelah ngobrol basa basi, saya memberanikan diri bertanya dimana sebaiknya saya turun untuk menuju jalan Soekarno Hatta, Malang. Si bapak menyarankan agar saya turun di Alfa Ken Dedes, begitu nama sebuah tempat. Saya sendiri tidak ngeh nama lokasi tersebut. Baru setelah saya turun dari bus, akhirnya saya tahu disitu memang terdapat minimarket Alfamart di daerah Singosari, Malang. Dan di Alfamart itu ojek dan taksi online diperbolehkan menarik penumpang sehingga hampir semua penumpang bus yang berasal dari Surabaya turun di Alfamart untuk kemudian meneruskan ke tujuan akhir mereka masing-masing.
Setelah turun di Alfamart Ken Dedes, saya pun mulai mengeluarkan smartphone dan memesan ojek online ke alamat yang dituju. Alhamdulillah saya mendapat driver yang ramah, sekalian saya ajak ngobrol tentang kota Malang.
Setibanya di lokasi kampus tempat saya melakukan tes, sudah banyak calon pelamar yang datang juga. Tidak lama tes dimulai dan memakan waktu hampir dua jam. Setelah tes selesai saya kembali memesan ojek online menuju stasiun kereta api. Kenapa saya memilih stasiun kereta api karena perjalanan pulang tidak terlalu terburu-buru sekalian juga saya ingin beristirahat di dalam kereta.
Walau akhirnya saya harus sampai kantor sekitar pukul 13.30 namun tetap langkah kaki saya arahkan ke kantor dengan alasan jarak antara stasiun kereta api dan kantor cukup dekat sehingga tak masalah jika harus bekerja barang satu sampai tiga jam.
Setelah tes yang pertama, saya dipanggil tes untuk kedua kalinya. Kali ini saya sudah lebih mempersiapkan diri saya karena sudah belajar dari rumah dan untuk urusan transportasi menuju kota Malang sudah lebih berpengalaman dari yang pertama. Hanya saja tes kedua lebih berat dikarenakan harus saya jalani di bulan Ramadan dan bertepatan dengan musim kemarau. Kebayang kan harus menahan haus di saat perjalanan, wkwkwk. Namun saya bertekad akan menyelesaikan puasa satu hari penuh walau sedang bepergian. Alhamdulillah tekad saya terlaksana.
Lalu tibalah saat panggilan ketiga yaitu wawancara dengan empat orang dosen senior di kampus tersebut. Kali ini rasanya beda donk ya karena pasti akan ada beberapa pertanyaan dari empat orang yang berbeda. Betapa gugupnya saya ketika masuk ke ruangan wawancara. Tapi bersyukur sekali saya bisa melalui semua tes termasuk wawancara meskipun belum mengetahui hasil akhirnya.
Saya pun pulang dengan perasaan plong. Satu minggu berlalu, tiga minggu tanpa kabar berita sampai bulan berganti namun belum juga ada kabar apakah saya diterima atau tidak sebagai tenaga pengajar di kampus swasta tersebut. Sampai saya pernah memberanikan diri bertanya melalui sambungan telepon ke kampus tersebut mengenai penerimaan dosen yang pernah saya ikuti. Namun saya diminta menunggu saja hasilnya.
Sampai tahun berganti akhirnya saya memutuskan untuk tidak berharap. Saya pun kembali menjalani hari-hari seperti layaknya hidup normal, bekerja dan tidak lupa sesekali mengirimkan surat lamaran kerja jika ada lowongan dosen yang sesuai dengan jurusan yang telah saya tempuh.
Kalau boleh dibilang, saya tidak hanya mengalami satu kali kegagalan dalam pencapaian hidup bahkan mungkin sering mengalami kegagalan. Namun tak serta merta membuat saya menjadi lemah untuk tidak melanjutkan demi meraih tujuan yang ingin dicapai.
Yang membuat kenangan akan wawancana calon dosen di kota Malang tahun 2018 menjadi pengalaman berharga dalam ingatan adalah dimana saya harus mondar-mandir ke kota Malang selama tiga kali dan salah satunya saya jalani di bulan Ramadan. Selain itu saya harus memberanikan diri izin kerja setengah hari dan berkejar-kejaran dengan waktu agar sampai di kota Surabaya untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda di kantor. Sebenarnya bisa saja saya mengajukan cuti tapi di kantor yang tidak seberapa besar itu diperlukan loyalitas yang tinggi. Pimpinan pun tak keberatan jika suatu ketika saya diterima menjadi dosen maka pekerjaan di kantor akan sedikit dinomor duakan.
Demikian salah satu kenangan yang tidak dapat saya lupakan dalam hidup. Kalau kenangan tak terlupakan versi kalian bagaimana ? Ceritakan di kolom komentar yah...