Menjadi Dewasa Setelah Menikah


Source : pixabay

Setiap manusia yang terlahir di muka bumi sejatinya akan bertumbuh. Dari fase bayi, anak-anak sampai menjadi besar atau bisa dikatakan dewasa. Namun apakah makna dewasa yang sesungguhnya ?

Kedewasaan belum tentu dimiliki oleh semua anak manusia di dunia ini.

Kali ini saya ingin bercerita tentang dua anak manusia, sebut saja namanya Bella dan Doni. Mereka berdua sudah disahkan oleh negara maupun di depan penghulu sebagai pasangan suami istri. Hampir enam tahun mereka mengarungi kehidupan rumah tangga sebagai sepasang suami istri.

Bella dan Doni tidak kekurangan apapun dalam hal ekonomi bahkan cenderung lebih dari berkecukupan. Mereka bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan yang cukup baik reputasinya. Walau jarak kantor keduanya relatif jauh namun Doni dengan setia mengantar jemput Bella berangkat dan pulang kerja. Terkadang Doni harus mengabaikan kepentingannya sendiri demi menjemput istri tercinta.

Selama hampir enam tahun berumah tangga, Bella dan Doni belum diberi momongan. Usaha sebenarnya mereka lakukan namun bisa dikatakan tidak maksimal mengingat jam kerja Bella sering overtime saking sibuknya. Untungnya Doni bukan tipe suami yang suka menuntut istrinya.

Bella dan Doni masih hidup menumpang di PIM alias pondok mertua indah, hehehe. Dalam hal ini rumah orang tua Bella yang mereka tumpangi sampai pernikahan menginjak tahun keenam. Orang tua Bella malah senang dengan kehadiran Doni dapat meramaikan suasana rumah. Terlebih secara finansial, Doni banyak membantu orang tua Bella.

Yang menjadi persoalan bukanlah status mereka berdua yang tak jua mendapat momongan atau menumpang di rumah mertua. Namun persoalan besar kedua pasangan suami istri ini adalah belum dewasanya cara berpikir mereka.

Mengapa sih saya ngejudge Bella dan Doni belum dewasa ? Sok tahu amat ya saya. Baiklah, saya ingin mulai bercerita sedikit mengapa dapat saya simpulkan mereka belum dewasa.

Gaya hidup konsumtif


Mungkin karena Doni memiliki take home pay yang lumayang besar maka dia berani untuk bergaya hidup konsumtif. Mulai dari jam tangan senilai dua juta sekian, sampai smartphone keluaran terbaru kisaran lima juta sekian..WOW banget kan!

Kecanduan Bermain Games di Gadget


Diketahui bahwa Doni hampir setiap malam begitu pulang dari bekerja selalu bermain games dari gadgetnya. Teman-teman kerjanya pun mengamini kelakuan Doni tersebut. Sampai-sampai Doni rela merogoh kocek demi membeli voucher google play tidak hanya puluhan ribu nominalnya melainkan ratusan ribu. Fantastic bukan!

Bella sendiri juga melakukan hal yang dengan suaminya, yaitu gemar bermain games. Bermain games merupakan sesuatu hal yang wajar. Salah satu fungsi bermain games adalah melepaslan rasa penat apalagi setelah seharian bekerja. Ohya, bermain games juga ada profesinya lho. Apalagi mereka para pemain yang profesional justru mendapatkan pundi-pundi uang dari bermain games.

Ketidakmampuan Mengatur Keuangan Rumah Tangga

Karena gaya hidup tinggi yang konsumtif akhirnya Doni sedikit kelimpungan dalam mengatur keuangan keluarga kecilnya. Jumlah pemakaian kartu kreditnya pun menumpuk dan tak sesuai dengan pendapatan bulanan yang diterima.

Kisah ini bukan fiktif semata. Di luar sana ada banyak Bella dan Doni lainnya yang masih belum bisa berperan sebagai layaknya suami istri.

Mari kita jadikan cerminan agar kelak jika akan memutuskan untuk menikah, kita terhindar dari sifat kekanak-kanakkan dan bahkan konsumtif 
Next Post Previous Post