Pengalaman Mendaki Gunung Sibayak



Pengalaman Mendaki Gunung sibayak
Gunung Sibayak - Sumatera Utara

Heyy heyy heyy guys..
Selamat malam, apa kabar semuanya? semoga sehat selalu dan diberikan semangat yang luar biasa dalam beraktivitas sehari-hari. Aamiin... Senang banget bisa menulis kembali walaupun sebenarnya  ini hanya sebatas pengalaman singkat aja ketika aku mendaki salah satu puncak gunung di Sumatera Utara, tepatnya gunung sibayak.

Sebenarnya terakhir kali aku ngepost itu sekitar 3 bulan lalu ( Teori konspirasi kematian XXXTentaction ) Bagi yang belum baca, monggo yaa.

Jadi, udah sekitar 3 bulan gitu aku  ngga pernah nulis lagi di blog ini, walaupun memang sebenarnya blog ini masih sangat baru. Jadi akhir-akhir ini cukup sibuk banget dengan berbagai aktivitas organsasi di kampus, belum lagi tugas-tugas kuliah yang selalu menemani malam-malam ku. (Kan jadi curhat wkwk). 
Sebenarnya tugas itu tidak bisa jadi keluhan sih bagi mahasiswa ataupun pelajar, karna aku masih sangat ingat dengan dosen Bahasa Indonesia semester lalu, beliau selalu mengatakan bahwa tugas itu adalah rezki. Yapp jadi harus selalu bersyukur atas rezki yang melimpah di setiap hari-hariku hahaha..

Jadi, pada bulan Mei kemarin, aku dengan kawan-kawan mengadakan trip ke gunung sibayak, yang letaknya di Berastagi, tanah Karo, sumatera Utara. Sebenarnya ini bukan pengalaman pertama aku mendaki gunung tersebut, ini adalah pengalaman yang ke tiga kalinya, yaaa karena aku memang dilahirkan di salah satu desa di tanah Karo. Jadi ini bukan first time bagi aku.

Sebelumnya, untuk pendakian ke gunung sibayak sebelumnya aku hanya praktik kesana, kebetulan waktu SMA aku mengikuti les Bahasa Inggris, nahh jadi selama aku les disana, dua kali kami mengikuti praktik untuk langsung  berintraksi dengan tourist disana, karena memang banyak tourist yang selalu berkunjung ke gunung sibayak.
Menurut aku sih itu adalah salah satu tips yang cukup mantap untk diterapkan. Sebenarnya bukan hanya itu, sudah pernah juga beberapa tourist yang sudah diundang oleh pak Hendrik ke tempat aku les dengan beliau, jadi ini adalah proses belajar yang sangat menyenangkan bagi kami.

Jadi, pada bulan Mei lalu, tepatnya pada hari sabtu kami mengadakan trip, memang ini adalah perjalanan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, tapi memang karena kesibukan masing-masing, kali ini adalah waktu yang tepat. Sejujurnya hari sabtu pagi sampai siang aku masuk kuliah, karena memang ada jadwal. Tapi karena aku adalah orang yang sangat suka berinteraksi dengan alam, maka kuliah bukan sesuatu yang menjadi penghalang wkwkw.

Rencana, setelah pulang kuliah aku bakal langsung pulang dan Packing barang-barang yang mungkin nanti diperlukan saat disana. Namun hal tersebut ditahan oleh salah satu teman SMP yang tiba-tiba ngajak ketemu (Rindu katanya wkwk). Singkat cerita, kami ngobrol hingga jam 3 sore. Memang waktu yang cukup lama, tapi aku merasa tidak enak jika memang harus cepat pergi, sedangkan kami sangat jarang bertemu.

Singkat cerita, aku sampai di kost sekitar jam 3 lebih gitu, karena pada hari itu entah kenapa  transportasi cukup susuah dan perjalanana sangat macet, ditambah jarak kampus dengan kost aku cukup jauh, biasanya ditempuh dalam waktu 30 menit (Paling cepat).

Setelah sampai, aku mulai mengerjakan apa yang patut untuk dikerjakan, mulai dari menyiapkan pakaian, peralatan-peralatan yang mungkin dibutuhkan disana, makanan, dll. Karena memang dari kemarin tidak ada persiapan sebelumnya.

Hal yang cukup membuat kesabaranku hilang adalah menunggu, dan pada saat itu aku sangat menunggu terlalu lama. Mungkin sekitar 3 atau 4 jam, yaahhh kalian taulah orang Indonesia ..
Perjanjian awal, kami berangkat sekitar jam 6 sore, dan kami berangkat berlima. 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Namun entah kenapa ketika kami bertemu di titik kumpul, aku melihat orang-orang baru disana, mereka adalah teman dari teman aku katanya(??) 

Tapi tidak masalah, mereka adalah orang-orang sangat menyenangkan dan sangat menguntungkan bagi kami, karena jujur diantara kami berlima tidak ada seorang pun yang membawa tenda. Banyangin!

Kalau mereka tidak ada, aku nggatau apa yang bakal terjadi melihat kondisi yang sangat dingin disasana. Mereka membawa 3 tenda, jadi kami bisa numpang hahah.. 1 tenda untuk laki-laki dan 2 tenda untuk perempuan, bukan hanya tenda, kami juga tidak membawa perlatan masak, makanan selain roti dan peralatan-peralatan lainnya. Karena memang kami hanya bermodalkan nekat untuk mendaki pada saat itu, karena memang bisa dibilang kami masih belum punya pengalaman yang cukup.

Sekitar jam 9 kami berkumpul, dan berangkat menggunakan angkot pada saat itu dari kota Medan. Ini merupakan perjalanan panjang yang sangat menyenangkan, gurauan dan candaan di perjalanan saat itu membuat kami agar tidak mengantuk. 
Diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang menghilangkan dinginnya udara di perjalanan saat itu. Mereka sangat bersahabat, walaupun belum saling mengenal sebelumnya. Tapi tetap saja kami adalah mahasiswa dari satu kampus yang sama.

Tak terasa, sekitar pukul 11:30 malam, kami sampai di pos pertama, simpang tiga dimana biasanya tempat ujung pendaki menggunakan angkot, kami menemui banyak angkot yang parkir disana, karena memang biasanya akan cukup ramai pendaki pada malam minggu.
Saat itu kami harus membeli tiket dengan harga 10/15k (Saya lupa, tapi kisaran segitu).

Setelah selesai bertransaksi, kini saatnya memulai pendakian yang sesungguhnya. Dibalut dengan udara yang sangat dingin dan sedikit suara hewan-hewan di malam itu menambah aroma-aroma pendakian yang sesungguhnya, itu adalah pengalaman pertama aku mendaki di malam hari. Karena biasanya aku selalu mendaki di pagi hari ketika matahari sudah terik.

Suasana yang gelap membuat kami harus mengeluarkan senter dari tas masing-masing untuk membantu pencahayaan jalur pendakian, langkah demi langkah kami menapaki jalan yang sangat menanjak dan sedikit berlubang-lubang. 
Pepohonan besar yang menutupi sekeliling membuat suasana menjadi semakin mendebarkan. 
Ditambah dengan keheningan suara di alam bebas yang sangat khas sampai sekarang di benakku. 
Hanya langkah kaki setapak demi setapak yang terekam di telinga. Tapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena kami cukup ramai pada saat itu. Ramai walaupun hanya kelompok kami saja. Yaahh kami tidak menemukan kelompok pendaki lain pada malam itu, karena memang saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 00:00

Baru mencapai sekitar 50 meter pendakian, badan sudah mulai menghangat, keringat sudah mulai bercucur, seolah udara dingin disana tidak berpengaruh terhadap pendakian yang cukup menguras tenaga, setapak demi setapak kami langkahkan menyelusuri jalur yang sangat menanjak. 
Sesekali ku arahkan senter menuju sudut-sudut semak yang tampak sedikit bergoyang, yaa itu akibat angin. Kuarahkan sentar ke atas, kebelakang dan ke sudut-sudut samping, seakan-akan aku nampak penasaran. Hingga akhirnya salah seorang kawanku tampak risih. Rasa penasaran memang selalu menyelimuti pikiranku saat itu, entah apa yang menjadi penasaran mengganjal pada diriku akupun tidak tau. 

Tidak lama dalam perjalanan seorang dari salah satu kami berdiri tegak dan diam dibelakang, ia seolah tak sanggup menggerakkan kakinya sampai terlihat wajahnya sangat pucat. "Sudah sangat letih dan tidak sanggup" ucapnya, sehingga semua harus menghentikan pendakiannya. Tapi aku berpikir perjalanan masih beberapa menit saja. Mungkin hal tersebut memang cukup wajar karena dia adalah perempuan.

Tidak bisa berhenti terlalu lama karena kami harus mengejar waktu juga, kami segera melanjutkan perjalanan hingga kami tiba di posko terakhir sekitar pukul 12an
Di posko tersebut cukup ramai pendaki, disana kami berhenti sekitar 30 menit sekaligus shalat bagi yang belum shalat dari rumah. Sementara semua orang pergi berwudu' saya duduk di di pinggir jalan, didekat toilet, di ujung. Tampaknya kedua teman saya sedang asyik bercerita, didekat posko. Sementar aku disuruh untuk menjaga tas didekat toilet paling ujung selagi mereka shalat. 

Sebenarnya aku ingin menghampiri mereka disana, karena serem juga kalau sendiri. Tapi karena tampaknya mereka sedang asyik berbicara jadi aku mencoba mengalahkan rasa aneh ini. Selagi menunggu, aku mencoba mencari handphone di saku bajuku, setidaknya walaupun tidak ada signal disana aku bisa memainkan musik sambil menikmati cemilan dan air hangat bekalku. Yaa sekarang aku tampak lebih enjoy.

Tak lama setelah semua selesai, kami melanjutkan perjalanan dari posko terakhir, perjalanan terakhir ini akan memakan waktu sekitar 30 menit, tergantung bagaimana kecepatan kita mendaki juga sih.
Ini adalah perjalanan yang benar benar paling paling sulit diantara perjalanan sebelumnya, jalanan yang cukup sempit, licin, banyak jurang dan sangat gelap. 

Disini harus super hati-hati dan jangan sampai tertinggal diantara kelompok pendaki. Memang terasa cukup melelahkan disini, perjalanan yang sangat menanjak membuat kita harus mengeluarkan tenaga yang lebih banyak lagi, karena bukan hanya badan yang harus dibawa, tas yang isinya cukup berat juga harus dirangkul menuju puncak pendakian. Beberapa kali, terpeleset dan jatuh memang harus dilalui melalui jalan ini, jadi harus benar-benar hati-hati. 

Disekitaran jalur ini, banyak lorong-lorong dan semak semak di sekitar perjalanan. Suara-suara hewan kecil tampak dekat dan mengikuti langkakah kaki. Karena jalanan yang sangat sempit oleh pohon dan semak semak di sepanjang jalur. Aku justru tidak tertarik dan penasaran seperti sebelumnya dan tetap fokus pada perjalanan yang cukup letih. Karena sangat licin dan banyak bebatuan disana. 

Tak lama, sekitar 30 menit kami tiba. Belum bisa dibilang puncak, tapi kami sudah menemukan beberapa tenda yang sudah dipasang disana. Beberapa dari kami meminta memasang tenda di tempat ini saja, karena mungkin sudah sangat letih. tapi akhirnya atas kesepakatan bersama tim, kami menanjak sedikit lagi supaya besok pagi tidak begitu jauh ketika mau ke puncak.
Akhirnya, kami memasang tenda di pinggir jalan yang cukup lebar, didekat jurang. Memang tidak terlalu dalam, tapi tetap harus berhati-hati.

Setelah memasang 3 tenda, akhirnya kami dapat membaringkan badan sekitar 2 jam-an sebelum akhirnya kami dibangunkan oleh para wanita untuk shalat subuh. Ketika aku mulai membuka dan keluar dari tenda, udara disana sangat dingin, benar-benar sangat dingin. 
Walaupun aku adalah orang yang dilahirkan di daerah pegunungan yang sangat dingin, itu adalah udara terdingin yang pernah aku rasakan. Aku benar benar ingin tidur kembali saat itu. Setelah selesai shalat dan bersiap-siap, kami menuju puncak, cukup ramai orang disana.

Pemandangan dar puncak sibayak memang benar-benar menggugah selera, sampai aku lupa udara dingin disana dengan semua pemandangan yang begitu memukau.
Disana kami bertemu dengan orang-orang baru yang sangat ramah dan bersahabat,tak heran jika mendaki gunung kita bakal mendapat banyak teman baru.

Beberapa jam kami disana sambil mengabadika momen-momen indah itu, kami turun sekitar pukul 9 pagi. Sebelumnya, kami sarapan terlebih dahulu sebelum kembali. Karena memang mengingat jalan yang sangat luar biasa pasti membutuhkan tenaga yang luar biasa pula hehe.
Sekitar pukul 10 kami pulang dan sore hari kami sampai di Medan, di rumah masing-masing. 

Sesampainya dirumah kembali teringat tugas-tugas kuliah yang cukup menumpuk, hanya bisa pasrah dan mengerjakan satu demi satu (Noh jadi curhat wkwk)

Namun, ini adalah perjalanan yang sangat menyenangkan yang masih aku tunggu untuk kelanjutannya. Pengalaman ini memang benar-benar sebuah memori yang akan selalu terlekat selamanya. Karena memang menjadi sebuah kenyataan, bahwa bermain dengan alam itu sangat menyenangkan, jadi mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan keindahan alam Indonesia untuk kedepannya kelak.

Demikian sedikit cerita saya saat mendaki gunung sibayak, rasanya sudah cukup panjang wkwk. Semoga pembaca dapat menikmatinya, dan dapat memperoleh hal-hal yang baik. Terimakasih..



Next Post Previous Post