Fakta dan Kronologis Lengkap Terkait Kematian Jamal Khasshoggi
Foto Jamal Khashoggi |
Jamal Khashoggi atau kerap dipanggi Khashoggi merupakan salah satu jurnalis senior di Arab Saudi.
Pada Selasa, 2 Oktober 2018 Khashoggi dinyatakan hilang setelah memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Khashoggi yang telah berusia 59 tahun merupakan jurnalis kewarganegaraan Saudi Arab.
Khashoggi menamatkan study Administrasi Bisnis di Indian State University, Amerika Serikat.
Pada era 1990-an Khashoggi sudah mulai merintis karirnya sebagai jurnalis pada salah satu koran berbahasa Inggris.
Seiring berjalannya waktu, Khashoggi kemudian sudah menjadi wakil pemimpin redaksi Arab News dari tahun 1999-2003.
Selanjutnya Khashoggi juga pernah mendapati posisi yang sama pada koran Al Watan, yang saat itu hanya bertahan selama 2 bulan saja.
Yang akhirnya, pada tahun 2007 ia kembali bekerja di Al Waltan selama 3 tahun sebagai pemimpin redaksi.
Jamal Khashoggi dikenal sebagai seorang jurnalis yang sangat kritis terhadap pemerintah Arab Saudi. Tak jarang ia mengkritik pemerintah Arab Saudi melalui tulisan-tulisannya. Sehingga Khashoggi dikenal sebagai jurnalis yang mimiliki idealisme yang tinggi.
Salah satu tulisan kritikusnya adalah terhadap putra mahkota Muhammed bin Salman "Putra mahkota Saudi Arab harus mengembalikan martabat negaranya". Selain itu ia juga menulis "Yang paling dibutuhkan negara Arab adalah kebebasan berekspresi".
Dalam tulisan itu tampak Khashoggi adalah seseorang yang pemberani dalam menyampaikan aspirasinya. Hal ini dikarenakan Khashoggi mengaku Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang ia tahu dan ia inginkan. Jadi, sebuah kesalahan jika orang-orang menyebutkan bahwa ia adalah musuh pemerintah Arab Saudi.
Sayangnya, dari kepedulian Khashoggi itu menyebabkan ia seperti dimusuhi oleh pihak-pihak yang dikritisi olehnya.
Sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat. Kepergiannya ke Washington DC pada tahun 2017 itu adalah untuk menghindari kemungkinan adanya penangkapan.
Keteguhan hatinya untuk mengkritik pemerintah Arab Saudi untuk lebih baik ternyata mendapat pandangan yang buruk.
Kepindahan Khashoggi tersebut tampak memberikan perhatian kepada pihak-pihek tertentu. Pangeran Muhammed Bin Salman mulai memberi tindakan antikorupsi di seluruh kerajaan. Selain itu beliau juga menyampaikan akan memberangus pihak-pihak yang menurutnya menentang pemerintah.
Pada selasa, 2 Oktober 2018 diberitahukan bahwa Jamal Khashoggi memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul. Hal ini terekam oleh CCTV di lokasi kejadian. Khashoggi mendatangi kantor tersebut guna mengurus suart cerai dengan mantan isteri nya. Surat ini diurus agar ia dapat menikah dengan tunangannya di Turki.
Setelah memasuki kantor konsulat tersebut, Khashoggi dinyatakan tidak dapat ditemukan, dan dianggap belum keluar dari kantor tersebut. Hingga akhirnya pada rabu, 3 Oktober 2018 The Washington Post mengangkat berita bahwa Khashoggi belum terlihat sejak saat itu. Sehingga otoritas pemerintahan Turki meyakini bahwa Khashoggi masih berada pada lokasi awal, di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul.
Namun, pada kamis, 4 Oktober 2018 pemerintah Saudi Arab mengkonfirmasi bahwa Khashoggi menghilang setelah meninggalkan gedung itu. Pemerintah Saudi Arab menyampaikan bahwa Khashoggi sudah pergi meninggalkan lokasi pada hari yang sama.
Hari ketika setelah kehilangan Khashoggi, pada jum'at, 5 Oktober 2018 kementrian luar negeri Turki memanggil duta besar Arab Saudi.
Putra mahkota, Muhammesd Bin Salman menyampaikan pernyataan serupa seperti apa yang disampaikan pemerintah Arab Saudi sebelumnya, bahwa Khashoggi tidak ada di konsulat.
Muhammad Bin Salam juga menyampaikan bahwa mereka mempersilahkan pemerintah Turki untuk melakukan pencarian di gedung dan sekitar halaman kedutaan.
Selanjutnya, pada sabtu, 6 Oktober 2018 kepolisian negara Turki meyakini bahwa Khashoggi menghilang karena telah dibunuh di gedung konsulat. Sehingga pada keesokan harinya, minggu, 7 Oktober 2018 pihak negaraTurki meminta untuk menggeledah kantor konsultan.
Pada kamis, 11 oktober 2018, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan pernyataan bahwa tapat pada selasa, 2 oktober 2018 kamera CCTV di gedung konsulat tidak berfungsi. Sehingga tidak dapat menangkap kejadian-kejadian pada saat itu.
Jum'at, 12 oktober 2018 perwakilan dari pemerintah Arab Saudi datang ke Turki untuk membicarakan kasus ini lebih lanjut. Hingga pada keesokan harinya, pemerintah Arab Saudi menyebutkan bahwa keyakinan mereka atas kematian Khashoggi di konsultan karena dibunuh oleh pemerintah Arab Saudi merupakan keyakinan yang tidak memiliki dasar, dimana semua itu hanyalah sebuah kebohongan.
Terhitung setelah 13 hari setelah kehilangan Khashoggi, petugas forensik Turki kembali mendatangi kedung konsulat untuk memeriksa tempat terakhir keberadaan Khashoggi. Sehingga pada hari yang sama Amerika Serikat mulai terlibat dalam kasus ini. Presiden Donald Trump mengirimkan menteri luar negeri Amerika Serikat menuju Arab Saudi untuk berdiskusi mengenai kasus yang tak kunjung selesai.
Presiden AS Donald Trump |
Genap dua minggu tepatnya pada selasa, 16 oktober 2018 setelah kehilangan Khashoggi. Menteri luar negeri Amerika Serikat duduk dengan putra mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman untuk membahas hal ini. Tidak sampai disini, keesokan harinya menteri luar negeri Amerika Serikat kembali duduk dengan pihak Turki untuk membahas hal yang sama pula.
Setelah lebih dari 1 bulan kasus ini berjalan, pihak penyidik memastikan bberapa fakta terbaru terkait kasus kematian Jamal Khashoggi.
1. Korban dimutilasi dan diberi cairan asam
Korban diberi cairan asam oleh pelaku sebelum akhirnya dibuang ke saluran air.
Pada sabtu, 10 desember 2018 diangkat dari surat kabar Daily Sabah, bahwa penyidik telah menemukan cairan asam dan beberapa zat kimia lainnya.
Sampel tersebut ditemukan oleh tim penyidik tepatnya di rumah dinas konsul jendral Arab Saudi di Turki. Dalam penyelidikan yang telah berlangsung pada oktober lalu, tim penyidik meyakini bahwa jenazah korban diberi cairan asam hingga lenyap dan akhirnya dibuang ke saluran air.
Surat kabar ini juga memuat bahwa, sebelumnya pihak Arab Saudi sudah mengirim 11 orang tim yang merupakan pakar kimia dan racun untuk membersihkan bukti-bukti dan bekas pembunuhan Khashoggi di lokasi. Dimana saat itu jenazah Khashoggi dimutilasi agar mudah untuk dihanyutkan.
2. Pelaku pembunuhan sebanyak 15 orang
Setelah melakukan penyelidikan, tim penyidik menyampaikan bahwa ada 15 orang pelaku pembunuhan Khashoggi dan beberapa diantaranya adalah anggota militer Arab Saudi.
Tidak hanya itu, ditemukan juga fakta bahwa beberapa orang pelaku pembunuhan juga merupakan tangan kanan dari pangeran Muhammed Bin Salman. Namun beberapa telah diberhentikan karena kasus yang keji ini.
Pada sabtu, 23 november 2018 surat kabar Daily Sabah mengangkat berita, salah satu pelaku pembunuhan terhadap Khashoggi adalah Dr. Salah Muhammad Al-Tubaigy. Ia membunuh menggunakan suntikan dan pisau bedah di ruang kerja konsul Arab Saudi di Istanbul.
Sebelunya juga telah beredar spekulasi bahwa Khashoggi dicekik sebelum akhirnya ia dibunuh. Tim penyidik mengaku mempunyai 2 bukti rekaman yang diyakini merupakan suara Khashoggi setelah bertemu dengan 15 pelaku. Rekaman tersebut berisikan percakapan dan beberapa penyiksaan yang dilakukan terhadap Khashoggi.
Jelas bahwa kasus ini mencoreng nama baik pemerintah Arab Saudi, khususnya pangeran Muhammed Bin Salman, karena dari 15 orang pelaku pembunuhan, beberapa diantaranya merupakan tangan kanannya.
Dalam waktu dekat, presiden Turki Recep Tayyip Erdogen akan mengadakan pertemun dengan Muhammed, pertemuan ini akan dilaksanakan di sela-sela pertemuan G20 yang akan digelar di Argentina.
Menurut wakil menteri luar negeri RI Dino Patti Djalal, kasus ini merupakan sebuah tes bagi bangsa Arab Saudi dan dunia Internasional serta profesi jurnalis. Tidak mungkin seorang wartawan yang mengeluarkan opininya di justifikasi dari segi apapun, bahkan dibunuh dengan sangat keji. Beliau juga menghimbau pemerintah Arab Saudi untuk memperlihatkan sikap responsibel serta tanggung jawabnya terkait ini. Beliau mengancam sekeras-kerasnya kasus ini
Arab Saudi harus bisa menjelaskan kepada dunia selaku merupakan salah satu negara terbesar di dunia.