30 Penulis Kece Untuk Buku Antologi Cagar Budaya Indonesia!

Hai, Sobat Blogger!


Mendapatkan kesempatan emas memang membuat  hati berdebar, ya. Seperti yang saya alami saat ini. Tak pernah menyangka dari menulis bisa bekerjasama dengan instansi Pemerintahan. Tak main-main loh, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah salah satu instansi pemerintah yang saat ini gencar menggalakkan tentang pendidikan dan kebudayaan. Salah satunya, pelestarian Cagar Budaya Indonesia.

Berawal dari mengikuti project yang diadakan oleh Indiscript. Waktu itu, saya ikut karena ketidaksengajaan dari seorang teman. Awalnya dia share grup untuk meramaikan grup yang akan diisi olehnya sebagai pemateri. Namun, ternyata grup yang diberikan adalah untuk Project Kemendikbud dan Indiscript perihal CBI. Nah, karena saya tertarik dengan project yang mereka buat dengan Kemendikbud akhirnya saya tetap stay di grup Dunia Nulis 10.

DL untuk menulis kisah inspiratif saat berkunjung ke Cagar Budaya Indonesia tidaklah lama. Saya pun harus putar otak, supaya naskah saya bisa diterima oleh Teh Chika selaku Penanggung Jawab dari Antologi Cagar Budaya Indonesia ini. Pertama kali mengirim naskah saya mengambil kawasan cagar alam Gunung Krakatau. Ternyata, Gunung Krakatau termasuk cagar alam bukan cagar budaya dan keduanya berbeda. Akhirnya saya harus putar otak lagi untuk membuat naskah baru.

Awalnya, naskah saya dengan cagar alam Gunung Krakatau diterima oleh pihak Indiscript dan termasuk yang lolos seleksi, senangnya bukan main. Masyaallah. Alhamdulillah, kisah inspiratif saya yang baru 3 lembar tersebut bisa diterima. Tetapi, setelah pengumuman saya pun di wapri oleh Teh Chika untuk mengubah naskah saya dikarenakan Gunung Krakatau termasuk cagar alam.

Saya pun, mulai mengobrak abrik foto-foto saya waktu traveling. Mulai memilah mana yang termasuk cagar budaya. Sampai akhirnya saya memilih Candi Surowono sebagai naskah yang saya tulis di Cagar Budaya Indonesia. Kisah saya saat di Candi Surowono ini begitu menarik. Kisah inspiratif yang di minta oleh pihak penyelenggara pun membuat naskah saya bisa diterima oleh mereka, meski ada beberapa revisi tetapi ternyata tak banyak. Selain itu, salah satu editor yang mengecek naskah saya bilang, bahwa tulisan saya rapi dan sangat minim typo. Masyaallah, semakin semangat untuk terus menulis.

Candi Surowono, Cagar Budaya Indonesia yang saya tulis di buku Aku dan Cagar Budaya

Meski harus mengulang menulis dari awal, tetapi hal itu tak membuat saya merasa lelah dalam menulis. Saya semakin bersemangat karena ternyata banyak kisah inspiratif dalam kehidupan saya. Apalagi bisa terpilih dari salah satu 30 penulis kece, wah tentu ini membuat saya begitu senang . Padahal yang mengirim naskah lumayan banyak loh. Masyaallah. Allah memberikan saya kemudahan dalam menulis.

Nah, dari kisah saya ini, saya akan berbagi tips. Mudah-mudahan tips saya ini dapat membuat kamu-kamu yang di luar sana bisa lolos seleksi juga naskahnya, ya. Saya akan memberikan tips sebagaimana pengalaman saya, saat naskah CBI saya ini di terima. Simak ulasannya berikut ini :

1. Tidak Malu dengan Kisah yang Dilalui

Terkadang ada rasa tak percaya diri dengan apa yang telah dilalui. Merasa kisah yang dituliskan kurang bagus dan takut tidak dapat diterima. Tak perlu, memikirkan hal tersebut. Tuliskan saja semua yang dirasakan saat melalui kisah tersebut. Tak perlu malu apalagi takut. Hempaskan semua rasa tak enak tersebut, percaya dirilah dengan apa yang ditulis dan yang paling penting adalah selalu yakin bahwa naskah yang telah ditulis ini layak untuk dibaca oleh orang-orang. Ingat, harus percaya diri!

2. Tulis Naskah Sesuai dengan Gaya Sendiri

Enggak usah mengikuti gaya orang lain, tulislah dengan gaya sendiri. Dengan begitu, tulisan yang diajukan akan unik. Kebanyakan para penyelenggara project suka dengan tulisan yang tidak dibuat-buat dan jujur dalam tulisannya. Tulisan mengalir dan runut dari awal hingga akhir. Tulislah dengan gaya sendiri, sebagaimana dirimu sendiri. Dengan begitu, tulisan unik yang telah ditulis akan semakin disukai deh. Jadi, enggak usah takut dengan tulisan ala sendiri, ya!

3. Tulis Pengalaman Paling Menarik Ketika Itu


Ada 30 kisah inspiratif yang menarik di buku Aku dan Cagar Budaya

Begitu banyak kisah-kisah yang bisa dituliskan dalam menceritakan kisah inspiratif dalam hidup. Namun, tak perlu ditulis semuanya. Langsung saja to the point dengan kisah paling menarik ketika pengalaman itu hadir. Ingat-ingat bagaimana kejadian itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya. Tak perlu berbelit-belit membicarakan yang tak perlu. Cukup kisah yang paling menarik saja dan berikan ending dengan penuh perasaan, pastinya dari hati, ya.

Itulah ketiga tips dari pengalaman saya pribadi hingga naskah saya diterima oleh Indiscript dan Kemendikbud. Sungguh ini pengalaman dan penghargaan yang paling besar yang telah saya terima dari menulis. Menulis bukanlah hal yang mudah, begitu banyak rintangan dari awal menulis hingga sekarang yang membuat saya ingin berhenti. Tetapi, nikmat saat naskah diterima atau buku terbit adalah suatu hal yang membuat dada begitu bergetar, Bangga. Maka, saya pun bertekad sesulit apapun dunia menulis, saya tak akan pernah menyerah.

Ini cover buku Aku dan Cagar Budaya yang akan terbit nanti

Saya percaya Allah selalu membantu hamba-hamba-Nya yang tak pernah kenal menyerah. Bismillah, untuk terus menulis dan Alhamdulillah, atas segala pencapaian saya selama ini dalam dunia literasi. Masyaallah. Barakallah.

Salam,
Next Post Previous Post