Ratangga, Menjadi Pusat Perhatian di Jakarta!
Hai, Sobat Blogger!
Alhamdulillah sudah melewati akhir pekan nih. Saatnya semangat di hari senin, ya. Jangan benci sama hari senin karena siapa tahu rezeki yang sedang kita tunggu-tunggu, akhirnya datang di hari ini. Masyaallah. Yakin deh kamu bakalan tobat benci-benci sama hari senin, hihi.
Tentunya sudah kembali bekerja, ya. Kamu bekerja naik apa nih? Transportasi umum apa naik kendaraan pribadi? Kalau saya nih angkoters banget, wkwkwk. Sebutan untuk orang-orang yang senang menaiki kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Anak angkutan sejati, istilahnya. Yap, entah kenapa saya paling males naik kendaraan pribadi. Bukan karena enggak suka, sih. Tapi enggak bisa, wkwkwk. Iya, gaes saya enggak bisa naik motor, heu.
Tapi, ya sebagai anak angkoters nih. Naik kendaraan umum tuh asyik kok. Apalagi di Jakarta sekarang angkutan umumnya sudah bagus, enggak kaya dulu zaman saya sekolah. Sekarang terlihat lebih tertata, rapi, bersih dan nyaman. Zaman dulu saya masih kerja (sekarang sudah resign, wkwk), saya salah satu pejuang subuh naik Transjakarta. Bukan karena rajin sih tapi biar enggak telat ke kantor. Meski naik Transjakarta lebih muter-muter dibandingkan naik motor, tapi tetap aja saya prefer naik transjakarta, hehe.
Berangkat kerja di waktu subuh tuh, segar banget udaranya. Terus transjakarta-nya masih sepi banget. Saya bisa lanjutin tidur karena udaranya dingin dan masih banyak bangku kosong. Selain itu, murah. Berangkat sebelum jam 7 pagi, harga transjakarta hanya Rp. 2.000,- loh. Total sehari saya naik transjakarta pulang pergi hanya merogoh Rp. 5.500,-. Masyaallah, jadi kan saya buahagia banget hehe. Irit banget, bisa banyak nabung.
Itulah mengapa saya lebih demen naik angkoters. Selain bisa melanjutkan tidur (kalau naik motor tentu enggak bisa, wkwk) naik angkutan umum juga murah meriah dan fasilitasnya pun sudah nyaman banget. Meski ada kelebihan dan kekurangan naik kendaraan umum. Tapi, insyaallah transportasi publik di Jakarta semakin baik dan melek teknologi pastinya.
Nah, baru-baru ini Jakarta mengenalkan transportasi publik yang baru loh. Sudah kenalan belum? Yap, MRT adalah transportasi publik baru yang diresmikan tanggal 25 Maret 2019 kemarin. Antusias masyarakat Jakarta begitu besar, eh enggak Jakarta doang sih, Jabodetabek mungkin ya. Karena pas saya kesana emang benar-benar ramai banget. Seperti semua masyarakat Jakarta dan sekitar pada tumpah di stasiun MRT.
Seperti biasa, setiap transportasi publik baru di buka pasti ada uji coba. Uji coba menaiki MRT ini gratis loh. Hanya perlu daftar saja ke website lalu nanti akan masuk ke Bukalapak. Terus, tinggal isi data sesuai dengan yang diminta. Setelah pilih jadwal keberangkatan, klik selesai. Enggak pakai waktu lama akan ada email yang memberitahukan bahwa kita sudah terdaftar untuk naik MRT di hari yang kita pilih.
Ada kelebihan dan kekurangannya memang menaiki Ratangga ini. Ratangga adalah nama dari kereta MRT. Meski transportasi baru tetapi sepertinya ada beberapa sistem yang belum berjalan ketika uji coba gratis. Mungkin bisa saja masih dalam perbaikan, ya. Selain itu, masih banyak masyarakat yang masih gagap teknologi loh. Miris saya lihat-nya, heu. Nah, apa saja sih kelebihan dan kekurangan MRT ini? Berikut ini ulasannya, gaes :
Kelebihan Menaiki Ratangga
Ada beberapa kelebihan menaiki transportasi baru ini. Untuk kamu yang belum coba, ada baiknya mencobanya, nih.
1. Perjalanan Tak Macet
Iya lah, ini pasti, hehe. Jakarta itu terkenal dengan macet-nya. Nah, untuk para pekerja yang ingin berangka dan pulang pergi tanpa macet ya naik MRT aja sih. Dijamin enggak terkena macet kecuali si Ratangga tiba-tiba rusak, hehe. Ayo, naik transportasi publik aja, gaes. Sudahi naik kendaraan pribadi. Biar Jakarta enggak macet, hihi.
2. Bersih dan Rapi
Mungkin faktor masih baru, jadinya bersih dan rapi. Bagus banget pas naik pertama kali. Bikin betah sih pas naik Ratangga, hehe. Selain itu, enggak ada bau-bau aneh juga, hehe. Pokoknya enggak nyesel naik Ratangga. Kamu kapan coba?
3. Dapat Melihat Pemandangan dari Atas
Kalau dari Halte Lebak Bulus, naik Ratangga ini berada di atas. Sesampainya di Masjid Al Azhar (dekat Blok M) akan pelan-pelan turun ke bawah tanah. Tapi, enggak kerasa sama sekali loh pas turun itu. Malah takjub saya mah, wkwk, norak yes. Nah, pemandangan dari atas ini bagus sih. Bikin mata melek enggak jadi bobo. Kapan lagi kita melihat pemandangan Jakarta dari atas kalau enggak naik Ratangga. Iya enggak? Hehe.
4. Tanda Petunjuk Jelas
Setiap tanda petunjuk di stasiun maupun di Ratangga semua jelas dan enggak bikin bingung. Kebayang dong stasiun MRT itu segede gaban, gaes. Kalau kesasar kapan sampai rumah, wkwkw. Makanya bersyukur banget ada tanda petunjuk jelas. Jadi pas saya sampai di Stasiun Lebak Bulus mau ke Stasiun HI enggak kesasar kemana-mana gaes, hehe.
5. Ada Jam Keberangkatan yang Akurat
Ini juga kelebihan yang sangat membantu. Jadi, saya tau kapan harus berdiri dan kapan saya harus duduk di ruang tunggu. Penting? Iya lah, wkwkwk. Kan capek yes nunggu berdiri di depan pintu masuk Ratangga padahal itu Ratangga lewatnya masih lama, heu. Jadi, ada jam keberangkatan ini bikin kita enggak buru-buru, gitu. Seru banget ada transportasi publik yang kaya begini.
6. Perjalanan Nyaman
Yap, tentu nyaman dong. Masih baru tapi enggak nyaman bisa di bully netizen Indonesia yang maha benar, heu. Meski tempat duduknya bukan tempat duduk busa kaya di KRL, tetapi nyaman kok. Tempat duduknya mirip-mirip di Transjakarta, gitu. Namun, tetap nyaman dan perjalanan Ratangga pun enggak berasa dan enggak terlalu berisik. Kalau saya masih kerja, naik MRT adalah salah satu solusi saya nih, hehe. Hidup, Angkoters!
7. Stasiun MRT Luas
Luas sekalih pemirsah! Saya pas sampai diatas mau siap-siap tukerin tiket dengan sticker, takjub banget. Ini Stasiun bisa untuk main sepak bola loh. Lumayan juga sih jalan dari bawah, naik tangga terus sampai di depan pintu Ratangga. Karena luasnya itu, jadi agak capek wkwk. Tapi enggak apa-apa sih biar orang Indonesia senang jalan sekaligus olahraga, hihi.
8. Terhubung dengan Transjakarta
Beberapa stasiun MRT seperti Lebak Bulus dan stasiun di daerah Sudirman sudah terhubung dengan Transjakarta. Jadi, kita enggak perlu jalan jauh lagi ketika sampai di stasiun. Tinggal turun (jika di Lebak Bulus) atau tinggal naik (jika di HI) untuk lanjut naik Transjakarta. Insyaallah naik transportasi publik semakin dipermudah.
Kekurangan Menaiki Ratangga
Kekurangan yang saya berikan disini bukan untuk menjelekkan Ratangga. Tetapi ingin membuat Ratangga menjadi lebih bagus dan lebih baik lagi kedepan-nya. Semoga kekurangan yang saya share ini bisa menjadi acuan untuk membuat Ratangga menjadi transportasi umum yang unggulan di Jakarta.
1. Ekskalator Sulit Ditemukan
Tanda petunjuk dari mana mau kemana memang jelas. Tetapi untuk menemukan tanda petunjuk fasilitas seperti ekskalator ini yang susah. Saya bawa bayi dan kakak saya baru selesai melahirkan sekitar 3 bulan lalu secara caesar, jadi butuh banget naik ekskalator. Tapi, berhubung enggak tau ada dimana, akhirnya dengan semangat 45 yang membara bisa juga naik dengan tergopoh-gopoh hehe. Mungkin kalau petunjuk-nya lebih jelas bisa menimalisir untuk nenek-nenek, wanita hamil dan membawa bayi.
2. Tempat Sampah Jarang
Saya hanya melihat tempat sampah di dekat tangga. Di sekitar pintu masuk untuk scan barcode tiket tidak ada tempat sampah. Di dekat pintu masuk Ratangga pun tak ada. Menurut saya kurang banyak tempat sampah. Selain itu, masyarakat Jakarta atau Jabodetabek masih sulit kesadarannya untuk tak buang sampah sembarangan. Miris sih, saya aja bekas sticker naik Ratangga, di bela-belain masukin ke tas biar enggak nyampah.
3. Kurangnya Penjaga di Setiap Pintu Ratangga
Bisa jadi masih baru, maka setiap pintu di dalam Ratangga tidak ada petugas. Padahal ini perlu loh, masih banyak yang tak peduli ketika ada penumpang mau turun tetapi nekat untuk masuk. Padahal saya bawa bayi ingin keluar dari Ratangga karena sudah sampai di Stasiun HI. Tapi, ya saya di dorong sama orang-orang yang mau masuk ke Ratangga, sampai bayi yang saya bawa kedesek. Duh, pengen nangis liat kelakuan orang Indonesia. Astagfirullah.
Kesan Menaiki Ratangga dan Suasana Stasiun MRT
Saya pertama kali menggunakan MRT. Mungkin yang sering jalan-jalan ke luar negeri, seperti Singapura sudah enggak asing menaiki MRT, ya. Kebetulan saya belum pernah main ke Singapura jadi enggak tau rasanya naik MRT, hehe. Maka, ini pengalaman pertama saya untuk naik MRT. Bagaimana kesan saya ketika sampai di stasiun MRT dan menaiki Ratangga?
1. Takjub dengan Stasiunnya
Seperti yang sudah saya singgung diatas. Bahwa stasiun MRT itu luas dan besar sekali loh. Keren sih. Kaya berasa di luar negeri (sok tau, wkwk). Tapi, ya enggak nyangka gitu liat Jakarta bisa punya MRT dengan stasiun yang besar kaya gitu. Bangga!
2. Capek Naik Tangganya, Hehe
Yap, karena itu tadi enggak ketemu ekskalator jadi naik tangga biasa. Mungkin kalau saya enggak gendong ponakan enggak bakalan capek, ya. Biasa aja. Nah, karena bawa bayi ini nih, bikin sengklek punggung, wkwk. Jadi, semoga aja tanda fasilitas di MRT semakin jelas, biar memudahkan.
3. Antrian Menaiki Ratangga Kurang Tertib
Sangat kurang tertib. Enggak sabaran banget. Padahal tinggal nunggu pada turun aja, enggak mau, malah dorong-dorongan. Sudah gitu, enggak peduli banget mau bawa bayi atau enggak. Sedih akutuh. Semoga aja semakin diperbanyak petugas, jadinya bisa lebih tertib, yes.
4. Perjalanan Sangat Nyaman
Memang saya akui perjalanan naik Ratangga nyaman. Lebih nyaman dibandingkan naik Transjakarta. Enggak macet pula. Kalau naik Transjakarta masih kena macet, tapi naik Ratangga tentu bebas macet. Seru banget. Ayo, naik MRT, gaes!
5. Masih Banyak yang Membuang Sampah Sembarangan, Sedih
Iyap, saya lihat sendiri bekas sticker bertebaran di Stasiun Lebak Bulus. Ya, mungkin karena jarang tempat sampah. Tapi itu bukan alasan. Pasti kita punya kantong di rok, celana, baju atau di gamis. Tinggal masukin kantong aja dan buang ke tempat sampah kalau ada. Enggak repot kok, tapi ya gitu deh masih banyak yang kesadarannya kurang, hiks.
Pesan Kepada Pengguna Ratangga
Dari pengalaman saya menaiki Ratangga, ada beberapa pesan nih untuk para pengguna. Katanya kan kita Indonesia banget dan orang-orangnya ramah-ramah pula. Nah, ini perlu deh garis bawahi supaya emang kita beneran terkenal dengan hal tersebut. Jadi, apa pesannya?
1. Lebih Tertib Ketika Antri
Ayo lah, lebih tertib. Katanya Indonesia mau jadi negara maju, tapi jika warganya saja enggak siap untuk maju, apakah bisa? So, kita pasti bisa kok jadi negara maju asalkan perilaku warga bisa diatur nih. Hal yang mudah aja dulu seperti antri yang tertib dan enggak desak-desakkan, hehe. Kamu bisa kan? Harus bisa!
2. Kantongi Sampah di Tas
Sampah apapun masuki saja ke tas atau kantong baju atau pun kantong celana. Ingin stasiun MRT dan Ratangga bersih? Ya, harus dimulai dari diri sendiri dulu yang memang suka kebersihan. Kalau enggak begitu, bakalan susah pasti. Nah, sudah siap kan untuk menjadi duta kebersihan untuk diri sendiri? Yuk, mulai sekarang!
3. Mendahulukan yang Turun
Enggak usah terburu-terburu masuk ke dalam Ratangga. Pasti ditungguin kok. Ada waktu keluar masuk ketika di dalam Ratangga. Jadi, jangan buru-buru hingga melukai orang lain. Santai bro, sis! Kedepankan sopan santun dan sabar, ya.
4. Tidak Rebutan Tempat Duduk
Dapat atau enggak dapat tempat duduk itu rezeki. Kalau dirasa enggak dapat tempat duduk di dalam Ratangga ya tunggu aja Ratangga selanjutnya. Sabar. Namanya juga transportasi publik jadi ya harus digunakan bersama-sama dong. Jangan mau menang sendiri. Oke, ya?
5. Tidak Sembarangan Buang Hajat
Miris banget pas ada berita ternyata ada anak kecil yang buang air kecil di stasiun MRT. Padahal ada toilet yang tersedia loh. Duh, inilah yang membuat Indonesia diam ditempat. Bisa jadi masih ada warga yang gagap akan teknologi. Belum siap untuk maju. Seharusnya kita sama-sama menjaga kebersihan bukan hanya tugas Cleaning Service aja.
6. Tidak Merusak Fasilitas MRT
Ada segerombolan kelompok yang dengan seenaknya bergelantungan di dalam Ratangga. Ampun deh ngeliat kelakuan mereka kok sedih, ya. Kenapa begitu sulit menjaga fasilitas publik? Bagaimana kamu bisa menjaga pasangan jika fasilitas publik aja kamu enggak bisa jaga? *eh. Nah, jadi kurangi-kurangi melakukan hal yang tak baik, gaes. Ayo dong berubah!
7. Berikan Tempat Duduk Kepada yang Membutuhkan
Masih ada loh yang ogah memberikan tempat duduknya untuk ibu yang bawa anak atau lansia atau pun ibu hamil. Duh, kok begitu tega, ya? Ayo lah, jangan hilang empati gitu. Kan katanya orang-orang Indonesia ramah-ramah tapi kok memberikan tempat duduk kepada yang membutuhkan aja sulit? Yuk, mulai berbenah dan tanamkan dalam diri bahwa orang Indonesia memang ramah.
Bagaimana? Dari penjelasan saya diatas apakah kamu tertarik untuk menaiki Ratangga juga? Sejujurnya nama kereta MRT ini lucu, ya. Ratangga. Saya sempet berpikir apakah ada hubungannya dengan Rangga dan Cinta? wkwkwk.
So, kelebihan dan kekurangan naik MRT di Jakarta sudah pasti ada sih, ya. Nah, ini versi saya ketika menaiki Ratangga beberapa waktu lalu. Kamu yang sudah naik Ratangga? Bagaimana kesan pesannya nih? Yuk, saling sharing di kolom komentar di bawah ini.
Sumber : https://www.instagram.com/mrtjkt/ |
Alhamdulillah sudah melewati akhir pekan nih. Saatnya semangat di hari senin, ya. Jangan benci sama hari senin karena siapa tahu rezeki yang sedang kita tunggu-tunggu, akhirnya datang di hari ini. Masyaallah. Yakin deh kamu bakalan tobat benci-benci sama hari senin, hihi.
Tentunya sudah kembali bekerja, ya. Kamu bekerja naik apa nih? Transportasi umum apa naik kendaraan pribadi? Kalau saya nih angkoters banget, wkwkwk. Sebutan untuk orang-orang yang senang menaiki kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Anak angkutan sejati, istilahnya. Yap, entah kenapa saya paling males naik kendaraan pribadi. Bukan karena enggak suka, sih. Tapi enggak bisa, wkwkwk. Iya, gaes saya enggak bisa naik motor, heu.
Tapi, ya sebagai anak angkoters nih. Naik kendaraan umum tuh asyik kok. Apalagi di Jakarta sekarang angkutan umumnya sudah bagus, enggak kaya dulu zaman saya sekolah. Sekarang terlihat lebih tertata, rapi, bersih dan nyaman. Zaman dulu saya masih kerja (sekarang sudah resign, wkwk), saya salah satu pejuang subuh naik Transjakarta. Bukan karena rajin sih tapi biar enggak telat ke kantor. Meski naik Transjakarta lebih muter-muter dibandingkan naik motor, tapi tetap aja saya prefer naik transjakarta, hehe.
Berangkat kerja di waktu subuh tuh, segar banget udaranya. Terus transjakarta-nya masih sepi banget. Saya bisa lanjutin tidur karena udaranya dingin dan masih banyak bangku kosong. Selain itu, murah. Berangkat sebelum jam 7 pagi, harga transjakarta hanya Rp. 2.000,- loh. Total sehari saya naik transjakarta pulang pergi hanya merogoh Rp. 5.500,-. Masyaallah, jadi kan saya buahagia banget hehe. Irit banget, bisa banyak nabung.
Itulah mengapa saya lebih demen naik angkoters. Selain bisa melanjutkan tidur (kalau naik motor tentu enggak bisa, wkwk) naik angkutan umum juga murah meriah dan fasilitasnya pun sudah nyaman banget. Meski ada kelebihan dan kekurangan naik kendaraan umum. Tapi, insyaallah transportasi publik di Jakarta semakin baik dan melek teknologi pastinya.
Nah, baru-baru ini Jakarta mengenalkan transportasi publik yang baru loh. Sudah kenalan belum? Yap, MRT adalah transportasi publik baru yang diresmikan tanggal 25 Maret 2019 kemarin. Antusias masyarakat Jakarta begitu besar, eh enggak Jakarta doang sih, Jabodetabek mungkin ya. Karena pas saya kesana emang benar-benar ramai banget. Seperti semua masyarakat Jakarta dan sekitar pada tumpah di stasiun MRT.
Seperti biasa, setiap transportasi publik baru di buka pasti ada uji coba. Uji coba menaiki MRT ini gratis loh. Hanya perlu daftar saja ke website lalu nanti akan masuk ke Bukalapak. Terus, tinggal isi data sesuai dengan yang diminta. Setelah pilih jadwal keberangkatan, klik selesai. Enggak pakai waktu lama akan ada email yang memberitahukan bahwa kita sudah terdaftar untuk naik MRT di hari yang kita pilih.
Sticker ketika naik MRT gratis |
Ada kelebihan dan kekurangannya memang menaiki Ratangga ini. Ratangga adalah nama dari kereta MRT. Meski transportasi baru tetapi sepertinya ada beberapa sistem yang belum berjalan ketika uji coba gratis. Mungkin bisa saja masih dalam perbaikan, ya. Selain itu, masih banyak masyarakat yang masih gagap teknologi loh. Miris saya lihat-nya, heu. Nah, apa saja sih kelebihan dan kekurangan MRT ini? Berikut ini ulasannya, gaes :
Kelebihan Menaiki Ratangga
Ada beberapa kelebihan menaiki transportasi baru ini. Untuk kamu yang belum coba, ada baiknya mencobanya, nih.
1. Perjalanan Tak Macet
Iya lah, ini pasti, hehe. Jakarta itu terkenal dengan macet-nya. Nah, untuk para pekerja yang ingin berangka dan pulang pergi tanpa macet ya naik MRT aja sih. Dijamin enggak terkena macet kecuali si Ratangga tiba-tiba rusak, hehe. Ayo, naik transportasi publik aja, gaes. Sudahi naik kendaraan pribadi. Biar Jakarta enggak macet, hihi.
2. Bersih dan Rapi
Mungkin faktor masih baru, jadinya bersih dan rapi. Bagus banget pas naik pertama kali. Bikin betah sih pas naik Ratangga, hehe. Selain itu, enggak ada bau-bau aneh juga, hehe. Pokoknya enggak nyesel naik Ratangga. Kamu kapan coba?
3. Dapat Melihat Pemandangan dari Atas
Kalau dari Halte Lebak Bulus, naik Ratangga ini berada di atas. Sesampainya di Masjid Al Azhar (dekat Blok M) akan pelan-pelan turun ke bawah tanah. Tapi, enggak kerasa sama sekali loh pas turun itu. Malah takjub saya mah, wkwk, norak yes. Nah, pemandangan dari atas ini bagus sih. Bikin mata melek enggak jadi bobo. Kapan lagi kita melihat pemandangan Jakarta dari atas kalau enggak naik Ratangga. Iya enggak? Hehe.
4. Tanda Petunjuk Jelas
Setiap tanda petunjuk di stasiun maupun di Ratangga semua jelas dan enggak bikin bingung. Kebayang dong stasiun MRT itu segede gaban, gaes. Kalau kesasar kapan sampai rumah, wkwkw. Makanya bersyukur banget ada tanda petunjuk jelas. Jadi pas saya sampai di Stasiun Lebak Bulus mau ke Stasiun HI enggak kesasar kemana-mana gaes, hehe.
5. Ada Jam Keberangkatan yang Akurat
Ini juga kelebihan yang sangat membantu. Jadi, saya tau kapan harus berdiri dan kapan saya harus duduk di ruang tunggu. Penting? Iya lah, wkwkwk. Kan capek yes nunggu berdiri di depan pintu masuk Ratangga padahal itu Ratangga lewatnya masih lama, heu. Jadi, ada jam keberangkatan ini bikin kita enggak buru-buru, gitu. Seru banget ada transportasi publik yang kaya begini.
6. Perjalanan Nyaman
Sumber : https://www.instagram.com/mrtjkt/ |
Yap, tentu nyaman dong. Masih baru tapi enggak nyaman bisa di bully netizen Indonesia yang maha benar, heu. Meski tempat duduknya bukan tempat duduk busa kaya di KRL, tetapi nyaman kok. Tempat duduknya mirip-mirip di Transjakarta, gitu. Namun, tetap nyaman dan perjalanan Ratangga pun enggak berasa dan enggak terlalu berisik. Kalau saya masih kerja, naik MRT adalah salah satu solusi saya nih, hehe. Hidup, Angkoters!
7. Stasiun MRT Luas
Luas sekalih pemirsah! Saya pas sampai diatas mau siap-siap tukerin tiket dengan sticker, takjub banget. Ini Stasiun bisa untuk main sepak bola loh. Lumayan juga sih jalan dari bawah, naik tangga terus sampai di depan pintu Ratangga. Karena luasnya itu, jadi agak capek wkwk. Tapi enggak apa-apa sih biar orang Indonesia senang jalan sekaligus olahraga, hihi.
8. Terhubung dengan Transjakarta
Beberapa stasiun MRT seperti Lebak Bulus dan stasiun di daerah Sudirman sudah terhubung dengan Transjakarta. Jadi, kita enggak perlu jalan jauh lagi ketika sampai di stasiun. Tinggal turun (jika di Lebak Bulus) atau tinggal naik (jika di HI) untuk lanjut naik Transjakarta. Insyaallah naik transportasi publik semakin dipermudah.
Kekurangan Menaiki Ratangga
Kekurangan yang saya berikan disini bukan untuk menjelekkan Ratangga. Tetapi ingin membuat Ratangga menjadi lebih bagus dan lebih baik lagi kedepan-nya. Semoga kekurangan yang saya share ini bisa menjadi acuan untuk membuat Ratangga menjadi transportasi umum yang unggulan di Jakarta.
1. Ekskalator Sulit Ditemukan
Tanda petunjuk dari mana mau kemana memang jelas. Tetapi untuk menemukan tanda petunjuk fasilitas seperti ekskalator ini yang susah. Saya bawa bayi dan kakak saya baru selesai melahirkan sekitar 3 bulan lalu secara caesar, jadi butuh banget naik ekskalator. Tapi, berhubung enggak tau ada dimana, akhirnya dengan semangat 45 yang membara bisa juga naik dengan tergopoh-gopoh hehe. Mungkin kalau petunjuk-nya lebih jelas bisa menimalisir untuk nenek-nenek, wanita hamil dan membawa bayi.
2. Tempat Sampah Jarang
Saya hanya melihat tempat sampah di dekat tangga. Di sekitar pintu masuk untuk scan barcode tiket tidak ada tempat sampah. Di dekat pintu masuk Ratangga pun tak ada. Menurut saya kurang banyak tempat sampah. Selain itu, masyarakat Jakarta atau Jabodetabek masih sulit kesadarannya untuk tak buang sampah sembarangan. Miris sih, saya aja bekas sticker naik Ratangga, di bela-belain masukin ke tas biar enggak nyampah.
3. Kurangnya Penjaga di Setiap Pintu Ratangga
Ramainya MRT ketika uji coba gratis |
Bisa jadi masih baru, maka setiap pintu di dalam Ratangga tidak ada petugas. Padahal ini perlu loh, masih banyak yang tak peduli ketika ada penumpang mau turun tetapi nekat untuk masuk. Padahal saya bawa bayi ingin keluar dari Ratangga karena sudah sampai di Stasiun HI. Tapi, ya saya di dorong sama orang-orang yang mau masuk ke Ratangga, sampai bayi yang saya bawa kedesek. Duh, pengen nangis liat kelakuan orang Indonesia. Astagfirullah.
Kesan Menaiki Ratangga dan Suasana Stasiun MRT
Saya pertama kali menggunakan MRT. Mungkin yang sering jalan-jalan ke luar negeri, seperti Singapura sudah enggak asing menaiki MRT, ya. Kebetulan saya belum pernah main ke Singapura jadi enggak tau rasanya naik MRT, hehe. Maka, ini pengalaman pertama saya untuk naik MRT. Bagaimana kesan saya ketika sampai di stasiun MRT dan menaiki Ratangga?
1. Takjub dengan Stasiunnya
Pangkalan MRT di Stasiun Lebak Bulus |
Seperti yang sudah saya singgung diatas. Bahwa stasiun MRT itu luas dan besar sekali loh. Keren sih. Kaya berasa di luar negeri (sok tau, wkwk). Tapi, ya enggak nyangka gitu liat Jakarta bisa punya MRT dengan stasiun yang besar kaya gitu. Bangga!
2. Capek Naik Tangganya, Hehe
Yap, karena itu tadi enggak ketemu ekskalator jadi naik tangga biasa. Mungkin kalau saya enggak gendong ponakan enggak bakalan capek, ya. Biasa aja. Nah, karena bawa bayi ini nih, bikin sengklek punggung, wkwk. Jadi, semoga aja tanda fasilitas di MRT semakin jelas, biar memudahkan.
3. Antrian Menaiki Ratangga Kurang Tertib
Sangat kurang tertib. Enggak sabaran banget. Padahal tinggal nunggu pada turun aja, enggak mau, malah dorong-dorongan. Sudah gitu, enggak peduli banget mau bawa bayi atau enggak. Sedih akutuh. Semoga aja semakin diperbanyak petugas, jadinya bisa lebih tertib, yes.
4. Perjalanan Sangat Nyaman
Memang saya akui perjalanan naik Ratangga nyaman. Lebih nyaman dibandingkan naik Transjakarta. Enggak macet pula. Kalau naik Transjakarta masih kena macet, tapi naik Ratangga tentu bebas macet. Seru banget. Ayo, naik MRT, gaes!
5. Masih Banyak yang Membuang Sampah Sembarangan, Sedih
Iyap, saya lihat sendiri bekas sticker bertebaran di Stasiun Lebak Bulus. Ya, mungkin karena jarang tempat sampah. Tapi itu bukan alasan. Pasti kita punya kantong di rok, celana, baju atau di gamis. Tinggal masukin kantong aja dan buang ke tempat sampah kalau ada. Enggak repot kok, tapi ya gitu deh masih banyak yang kesadarannya kurang, hiks.
Pesan Kepada Pengguna Ratangga
Dari pengalaman saya menaiki Ratangga, ada beberapa pesan nih untuk para pengguna. Katanya kan kita Indonesia banget dan orang-orangnya ramah-ramah pula. Nah, ini perlu deh garis bawahi supaya emang kita beneran terkenal dengan hal tersebut. Jadi, apa pesannya?
1. Lebih Tertib Ketika Antri
Ayo lah, lebih tertib. Katanya Indonesia mau jadi negara maju, tapi jika warganya saja enggak siap untuk maju, apakah bisa? So, kita pasti bisa kok jadi negara maju asalkan perilaku warga bisa diatur nih. Hal yang mudah aja dulu seperti antri yang tertib dan enggak desak-desakkan, hehe. Kamu bisa kan? Harus bisa!
2. Kantongi Sampah di Tas
Sampah apapun masuki saja ke tas atau kantong baju atau pun kantong celana. Ingin stasiun MRT dan Ratangga bersih? Ya, harus dimulai dari diri sendiri dulu yang memang suka kebersihan. Kalau enggak begitu, bakalan susah pasti. Nah, sudah siap kan untuk menjadi duta kebersihan untuk diri sendiri? Yuk, mulai sekarang!
3. Mendahulukan yang Turun
Ada jadwal yang pasti jadi enggak usah buru-buru |
Enggak usah terburu-terburu masuk ke dalam Ratangga. Pasti ditungguin kok. Ada waktu keluar masuk ketika di dalam Ratangga. Jadi, jangan buru-buru hingga melukai orang lain. Santai bro, sis! Kedepankan sopan santun dan sabar, ya.
4. Tidak Rebutan Tempat Duduk
Dapat atau enggak dapat tempat duduk itu rezeki. Kalau dirasa enggak dapat tempat duduk di dalam Ratangga ya tunggu aja Ratangga selanjutnya. Sabar. Namanya juga transportasi publik jadi ya harus digunakan bersama-sama dong. Jangan mau menang sendiri. Oke, ya?
5. Tidak Sembarangan Buang Hajat
Miris banget pas ada berita ternyata ada anak kecil yang buang air kecil di stasiun MRT. Padahal ada toilet yang tersedia loh. Duh, inilah yang membuat Indonesia diam ditempat. Bisa jadi masih ada warga yang gagap akan teknologi. Belum siap untuk maju. Seharusnya kita sama-sama menjaga kebersihan bukan hanya tugas Cleaning Service aja.
6. Tidak Merusak Fasilitas MRT
Ada segerombolan kelompok yang dengan seenaknya bergelantungan di dalam Ratangga. Ampun deh ngeliat kelakuan mereka kok sedih, ya. Kenapa begitu sulit menjaga fasilitas publik? Bagaimana kamu bisa menjaga pasangan jika fasilitas publik aja kamu enggak bisa jaga? *eh. Nah, jadi kurangi-kurangi melakukan hal yang tak baik, gaes. Ayo dong berubah!
7. Berikan Tempat Duduk Kepada yang Membutuhkan
Masih ada loh yang ogah memberikan tempat duduknya untuk ibu yang bawa anak atau lansia atau pun ibu hamil. Duh, kok begitu tega, ya? Ayo lah, jangan hilang empati gitu. Kan katanya orang-orang Indonesia ramah-ramah tapi kok memberikan tempat duduk kepada yang membutuhkan aja sulit? Yuk, mulai berbenah dan tanamkan dalam diri bahwa orang Indonesia memang ramah.
Bagaimana? Dari penjelasan saya diatas apakah kamu tertarik untuk menaiki Ratangga juga? Sejujurnya nama kereta MRT ini lucu, ya. Ratangga. Saya sempet berpikir apakah ada hubungannya dengan Rangga dan Cinta? wkwkwk.
So, kelebihan dan kekurangan naik MRT di Jakarta sudah pasti ada sih, ya. Nah, ini versi saya ketika menaiki Ratangga beberapa waktu lalu. Kamu yang sudah naik Ratangga? Bagaimana kesan pesannya nih? Yuk, saling sharing di kolom komentar di bawah ini.
Salam,