Teman Yang Tak Seimbang (Bagian 4)
"Sudahlah dek, buat apa kamu susah-susah pergi ke pengadilan lihat bos tukang tipu disidang. Ikhlaskan saja. Mas aja bisa ikhlas, kenapa kamu ga ikhlas?" Protes mas Dani begitu aku mengeluh karena capek wira wiri dari kantor ke pengadilan lalu balik kantor lagi.
"Bukannya ga ikhlas mas, tapi aku ga enak sama korban yang lain. Dikira aku ga ikut berjuang. Dan lagi aku takut kemarin kata salah satu pengurus, anggota yang jarang hadir ke persidangan tidak dapat prioritas kalau dana kembali", jawabku tak mau kalah.
Dan obrolan kami pun berakhir dengan sedikit beda pendapat. Kalau sudah begini mas Dani hanya bisa menghela nafas seraya menghampiri anak-anak bermain di teras rumah.
Sambil tiduran aku merasa dadaku sesak akibat sedikit cekcok karena beda pendapat dengan mas Dani. Tiba-tiba aku teringat Tiwi, segera aku raih gawai di atas meja rias lalu aku ketik pesan whattsapp untuknya.
[Wi, kamu lagi apa ? Sibuk ga ? Aku pengen curhat. Jadi suamiku ingin aku mengikhlaskan uang yang sudah aku setorkan untuk bayar DP rumah. Gimana menurutmu, Wi ?].
Satu jam tak ada balasan dari Tiwi, sampai aku ketiduran. Kaget mendengar mas Dani masuk kamar hendak tidur, aku kembali meraih gawai yang tertindih bantal. Betapa kecewanya aku ketika chat yang aku kirim hanya di baca Tiwi tanpa ada respon apapun. Tak tahan menahan kantuk, akhirnya kuputusan tidur kembali tanpa berbicara sepatah katapun dengan mas Dani yang sudah merebahkan badannya di sebelahku.
Hari ini semangatku sudah hilang. Anak-anak aku biarkan bermain bersama eyangnya di hari Minggu yang cerah ini. Suasana hatiku masih tak enak. Mas Dani bukan tipe suami baper sehingga dia cuek dan telah melupakan kejadian semalam.
"Dek, mas gowes dulu ya", ucap mas Dani sambil menepuk pundakku.
"Hhmm", hanya suara itu yang mampu aku keluarkan.
Sambil leyeh-leyeh di ruang keluarga, iseng aku mencoba kirim pesan whattsapp lagi ke Tiwi. Aku penasaran kenapa dia tidak membalasnya. Apa memang dia tipe teman yang datang hanya karena ada butuhnya saja.
[Wi, kamu apa kabar ? Kok whattsappku semalam ga kamu balas ? Kamu baik-baik aja kan ], aku mencoba mengirim pesan kembali siapa tahu mendapat respon Tiwi.
[Ya mbak, aku semalam udah ngantuk aja makanya buka wa dari mba tapi ga kubalas. Maaf mbak aku lagi sibuk terima orderan nih, besok-besok kita sambung lagi ya], begitu balasan teman baruku di seberang sana.
Kok sepertinya ada sesak di dada. Bukan karena perdebatanku dengan mas Dani, tapi sikap Tiwi yang benar-benar sering membuatku kecewa. Hanya datang padaku jika ada maunya. Curhat karena masalah suami, sering "memaksa"ku membeli barang-barang dagangannya seolah aku ini orang banyak duit saja. Tiwi yang dengan mudah melupakan teman lama ketika berjuang dari awal datang ke kantor pemasaran, eh tiba-tiba lupa denganku begitu ada mbak Yuli yang menawarkan pergi ke tempat rapat menggunakan mobil.
Akhirnya aku beranikan diri mengirim pesan whattsapp kembali padanya.
Bersambung.
Credit foto : Google