Berpuasa, Bekerja dan Corona



Kalau ditanya kapan ramadan terberat bagiku maka bisa dipastikan tahun ini merupakan Ramadan terberat. Karena bertepatan dengan meluasnya wabah covid-19 sementara aku masih harus berjuang bekerja yang menuntut diriku untuk berada di lapangan. Profesiku yang bisa dibilang serabutan atau bekerja tidak di satu posisi saja membuatku harus bisa berada di luar kantor bisa ada janji dengan calon pelanggan. Sementara kondisi Surabaya yang sudah memasuki musim panas membuat jalanan seperti terbakar oleh sinar matahari.

Bila di bulan selain Ramadan, aku bisa sesuka hati mampir ke salah satu mininarket untuk membeli minuman kemasan namun hal tersebut tentu tak boleh aku lakukan. Selain sudah berkomitmen kepada Allah SWT, tentu bagiku sayang banget jika harus mokel (membatalkan puasa) jika tidak ada aral sedikitpun. Membatalkan puasa itu hutang lho, dan hutang harus dibayar.

Selain cuaca yang sangat panas di siang hari, puasa tahun ini aku harus memakai masker di setiap aktivitasku. Awal-awal menggunakan masker tak ada masalah, namun sudah memasuki minggu ketiga puasa, aku menjadi sering sulit untuk bernafas sehingga posisi masker aku turunkan hanya menutupi mulut saja. Hidung sudah jarang aku tutupi masker, hehehe.

Kalau tahun sebelumnya mungkin aku masih bisa mendelegasikan tugas luar kantor pada teman, namun tahun ini temanku dipindah bagian ke divisi lain sehingga mau tidak mau aku harus bekerja seorang diri. Tapi tetap aku berusaha mensyukuri pekerjaan yang aku miliki karena akibat pandemi ini sudah mulai ada beberapa kawan yang dirumahkan. Bahkan suamiku sendiri sudah sebulan ini belum mendapat panggilan untuk bekerja di bandara lagi.


Next Post Previous Post